Bimbingan Belajar (bag. 1)

Untuk guru-guru TK dan guru SD, pasti sangat paham dengan tingkah laku anak-anak muridnya yang ajaib dan di luar prediksi. Ada saja tingkah dan keributan yang terjadi. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana harus mengatur 20-an atau 30-an lebih siswa.
Saya pikir tidak akan pernah mengajar SD di bawah kelas 6. Saya bahkan tidak pernah mengajar anak-anak. Sebagai keterangan, saya bukanlah guru, hanya membantu membimbing adik-adik di tempat bimbel.
Sungguh saya tidak pernah mengira kalau mereka bIsa begitu atraktif dan membuat saya berpikir untuk resign. Kadang saya begitu kesal, tapi harus bisa tersenyum di depan mereka. Tidak semua peserta bimbel SD banyak gerak. Hanya ada satu untuk tiap kelas. Tapi itu sudah cukup menyita perhatian saya.
Sabtu kemarin, saya kembali harus menghadapi dua kakak-beradik yang bisa membuat mood saya naik-turun. Adalah Syahira--kakak--dan Salman yang harus selalu saya ingatkan untuk setidaknya sebentar saja memerhatikan pelajaran bahasa Inggris yang sedang saya jelaskan. Mereka berdua les bahasa Inggris.  Si kakak kelas 5 dan si adik kelas 3. Sejak awal si adik sudah susah untuk diatur. Bisa dibilang hiperaktif--tapi saya memilih untuk tidak menggunakan istilah tadi. Mereka di tempatkan di jam dan kelas yang sama. Awalnya saya menyamakan materi untuk mereka berdua, tapi selanjutnya saya bedakan, mengingat si kakak sudah lebih banyak mengenal kosakata bahasa Inggris. Belum lama ini jadwal mereka dipisah, hanya beda jam.
Seperti biasa saya harus mempersiapkan diri dengan segala kemungkinan keusilan dan tingkah Salman. Karena kemaren saya tidak terlalu mempersiapkan materi, akhirnya kami membahas tentang perhiasan dan bahasa Inggrisnya. Di awali dengan cerita mereka yang pergi ke pasar--padahal saya sedang menjelaskan tentang market. Jadilah setelah mengetahui bahasa Inggris dari setiap perhiasan mereka bercerita tentang toko emas langganan ibu mereka, ibu-ibu di pasar yang kejambret karena memakai perhiasan berlebihan. Itu salah satu taktik saya agar mereka tenang, tapi sedikit belajar. Keadaan awal terkendali, tapi di akhir pelajaran Salman mulai bertingkah. Mulai dari rebutan spidol dengan Syahira, peluk-peluk si kakak, dan naik ke atas kursi--yang diikuti si kakak. Syahira teriak-teriak karena Salman terus memeluknya--yang menurut saya bagian dari keakraban mereka. Saya pun memutuskan untuk pindah tempat. Di luar kelas, mereka masih bertingkah. Syahira sudah duduk, tapi Salman lari ke sana-kemari, naik ke atas meja dan keluar-masuk rumah les. Karena sudah habis jamnya, saya pun duduk-duduk, tidak peduli dengan Salman. Tapi itu tidak membuatnya berhenti. Dia masih mencari perhatian dengan guru lain. Karena sudah lelah dengan tingakh si adik, Syahira juga hanya duduk. Saya pergi sholat, yang setelahnya saya menghubungi ibu mereka untuk dijemput karena agak lama datangnya. Barulah saat saya sudah pamitan pada mereka berdua, Salman duduk diam.
Itu baru satu murid, masih ada satu lagi yang begitu sulit untuk diajak fokus dan dua lagi yang mulai banyak tingkah. Hari sabtu ini cukup. Saya harus pulang untuk istirahat dan makan.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

I really thank you for looking and read my blog. Have a nice day! And always be a good person everyday

0 komentar:

Posting Komentar