Saya pernah membaca artikel
tentang “Gambatte apakah bisa diterapkan di Indonesia?” Saat saya membaca
artikel dengan judul tadi, saya pun menyadari betapa perbedaan keadaan sosial
dan kebiasaan suatu negara terlihat. Bencana tsunami yang melanda Jepang
beberapa tahun silam langsung mendapatkan bantuan dari pelosok negeri dan
dunia. Bagi sesama rakyat Jepang, mereka saling mengucapkan “gambatte” atau
semangat. Mereka menyemangati korban tsunami.
Bagi orang Jepang, kata
“gambatte” punya arti yang besar dan begitu berpengaruh. Namun begitu saya
melihat orang Indonesia, saya tidak bisa asal menyemangati orang. Mungkin saya
hanya bisa melakukannya dengan sesame penggemar anime atau dengan teman sebaya.
Tapi kalau mengatakannya pada orang tua, sepertinya tidak mungkin.
Di negara kita, ada dua kata yang begitu punya arti,
hampir sama seperti “gambatte”. Saat ada musibah, atau teman atau saudara kita
kena musibah, biasanya kita mengatakan “sabar”. Bahkan kata “syukur” juga
kadang diucapkan karena masih bersyukur selamat atau musibah tidak terlalu
parah seperti yang lain—tanpa bermaksud senang dengan mereka yang terkena
musibah lebih hebat. Kata “sabar”, “syukur”, “Alhamdulillah”, atau istigfar,
bisa begitu menguatkan. Sepertinya akan aneh kalau kita mengatakan “semangat”
pada mereka yang kena musibah. Kata “semangat” lebih cocok untuk mereka yang
menghadapi ujian atau hal-hal yang berarti pencapaian. Jadi, kata yang
Indonesia banget, ya, “sabar” dan “syukur”. “Sabar, ya…” Kata ini saja sudah
cukup. Tanpa perlu membantu perbuatan dan materi. Iya gak?
ABOUT THE AUTHOR
I really thank you for looking and read my blog. Have a nice day! And always be a good person everyday
0 komentar:
Posting Komentar