Tuntutan

Dengan rasa tidak jelas kucoba menuruti keinginan ibuku untuk bekerja. Tapi berakhir dengan resign karena jarak. Aku tahu ibuku butuh bantuan untuk menopang keuangan keluarga. Tapi rasa benci dan kesal menjadikan diriku lebih egois. Kupikir itu bukan kewajibanku. Harusnya ayahku juga berusaha memenuhi kebutuhan kami. Untuk beberapa waktu aku pikir bukan aku yang harus berkorban atau melakukan semua itu. Bukan aku yang harus menanggungnya.
Secara tidak langsung ibuku seakan menuntut agar aku bisa membantunya membayar cicilan rumah atau membantu biaya kuliah dan sekolah adik-adikku atau paling tidak membayar tagihan listrik bulanan. Tapi saat itu pikiranku tidak sejalan dengannya. Cara berpikir kami berbeda. Ya, aku kasihan, aku tahu keluarga butuh uang. Uang! Untuk membayar hutang ini dan itu. Tunggakan ini dan itu.
Tapi kenapa hanya aku yang seakan dibebankan seperti itu? Aku sudah melepas banyak hal. Cita-citaku, tidak membeli pakaian baru, alas kaki baru, alat tulis. Aku berusaha tidak meminta apapun. Apa tidak bisa izinkan aku mengejar impianku? Aku yakin uang atau rejeki akan mengikuti. Kuakui pikiranku masih anak kecil. Sedikit aku pernah berpikir kalau itu balas jasa. Tapi begitu dipikir lagi "bukan balas jasa". Setelah banyak hal yang terjadi, tidak adanya perubahan hidup dan nasib, aku sampai pada satu titik: ini adalah akibat dari ketidaksabaran dan melihat segalanya dengan buruk. Betapa salah apa yang sudah kupikirkan. Menyombongkan diri kalau bisa mencapai impianku sendiri di saat keluargaku butuh bantuan atau setidaknya meringankan sedikit saja beban ibuku. 
Ini bukan saat siapa yang wajib menanggung siapa. Di saat keluarga memang butuh bantuan, mau itu anak perempuan atau laki-laki, jika harus bekerja, maka bekerja. Membantu sedikit lebih baik daripada keluarga hina karena hutang.
Aku tahu tidak mudah meringankan bebannya. Menjadi pencari nafkah untuk kelima anaknya sejak muda bukanlah hal yang mudah. Sesekali terbersit kalau caranya juga salah yang hanya diam menunggu pasien datang ke rumah. Aku tahu tidak semua yang berobat dikenai biayai. Jika saudara yang sakit, ibuku akan membebaskan biaya. Tapi aku ingin beliau tidak hanya diam di rumah seakan menunggu keajaiban.
Ayolah keluar rumah, Bu. Ada banyak hal yang bisa ditemukan di luar sana. Lupakan dan hilangkan beban untuk sementara. Ada banyak tuntutan, tapi ada saat untuk membuatnya ringan. Sedikit-sedikit pasti semuanya akan terbayar dan selesai. Aku memang belum bisa membantu secara finansial, tapi ada banyak hal baru tentang hidup di luar sana.


Share this:

ABOUT THE AUTHOR

I really thank you for looking and read my blog. Have a nice day! And always be a good person everyday

0 komentar:

Posting Komentar