Saya sangat menyukai
nama-nama, sastra, dan terutama bahasa. Mungkin saya terlalu tertarik pada
banyak bahasa. Akar dari suatu bahasa, perkembangan dari suatu bahasa, sampai
bahasa yang kata-katanya tidak lagi didengar saat ini. Bagi saya bahasa adalah
hal yang sangat menarik. Sama seperti seseorang yang begitu tertarik untuk
mencicipi aneka kuliner. Tentu saya bukan orang pertama yang tertarik pada
bahasa. Tapi saya menambah deretan manusia yang gila bahasa.
Dari banyak bahasa di
dunia, saya tertarik pada rumpun bahasa Asia Timur, Timur Tengah, rumpun bahasa
Jerman, Latin, Eropa Timur, dan turunan dari bahasa Inggris. Namun, masih
banyak bahasa lain yang masuk dalam kamus saya yang belum pernah saya dengar.
Anehnya, itu justru semakin membuat saya tertarik.
Selain bahasa, saya
juga tertarik dengan abjad yang digunakan. Bukankah itu suatu hal yang luar
biasa, suatu bagian dari penemuan umat manusia?
Awal mula saya
menyukai bahasa adalah buku ensiklopedia yang saya baca pertama kali saat kelas
IV. Bagi anak SD, buku itu begitu berat, baik dari sisi timbangan atau bacaan.
Tapi saya begitu tertarik dengan gambar-gambar, foto-foto yang ada di dalamnya.
Sampai-sampai, saking saya ingin melihat semua gambar dari sepuluh jilid
ensiklopedia, leher saya sakit karena terlalu lama menunduk. Saya tidak pernah
bosan untuk membacanya, walau sudah dilihat puluhan kali. Buku besar ini begitu
banyak menginsipari dan membantu saya, termasuk membuat novel saya lebih
‘hidup’. Dari buku ini juga saya mengetahui tentang keluarga kerajaan Inggris.
Sejarah-sejarahnya, dari era paling awal sampai Ratu Victoria. Hal itu juga
yang membuat saya menyukai rumah gaya Tudor dan Victoria.
Artikel-artikel dalam
buku itu begitu menarik. Seperti halnya ensiklopedi umum, buku itu terdiri dari
banyak artikel tentang banyak hal yang diulas secara umum(jika mau lebih rinci,
cari ensiklopedi yang khusus mengambil tema tentang satu hal). Ensiklopedi ini
juga menyediakan satu jilid khusus tentang biografi tokoh-tokoh terkenal. Baik
yang sudah pernah didengar namanya atau belum. Dan yang membanggakan, dua tokoh
Indonesia masuk ke dalam jilid biografi.
Encik—begitu saya
menyebutnya saat SD, dari sanalah saya menyukai bahasa yang beragam. Hal aneh
yang saya lakukan untuk mendengar suatu bahasa adalah Google Translate. Menulis
katanya dalam bahasa ibu, lalu mendengar hasil terjemahannya. Itu hal aneh, hal
wajar adalah mendengar siaran radio internasional, seperti DW, NHK World;
menonton film dengan bahasa aslinya(bukan dubbing); atau mendengar
lagu-lagunya. Dan suatu saat, mendengar langsung dari penutur aslinya. Caranya?
Ilmu tidak pernah mendatangi, tapi didatangi. Maka saya harus datang ke tempat
dimana ilmu itu berada.
ABOUT THE AUTHOR
I really thank you for looking and read my blog. Have a nice day! And always be a good person everyday
0 komentar:
Posting Komentar