Home
Archive for
2012
Bisakah kita sehari
saja meletakkan ponsel di atas meja kerja kita? Sama sekali tidak menyentuhnya?
Sama sekali tidak ada SMS.
Bisakah kita sebulan
saja tidak menonton TV?
Bisakah kita seminggu
saja tidak mendengarkan musik?
Kadang dalam sehari
sama sekali tidak ada SMS di ponsel saya. Sudah hampir tiga tahun saya tidak
menonton TV. Hampir setengah tahun saya tidak mendengarkan musik—secara pribadi
dari komputer atau saya menyetelnya sendiri. Apakah bisa kita menahan diri,
tidak membiarkan kesenangan selalu di samping kita? Mungkin mustahil kita bisa
lepas dari gadget atau perangkat elektronik lainnya.
Ada seorang teman yang
begitu gila baca. Saat tidak ada buku yang bisa dibaca, dia membaca tumpukan
koran lama yang selama ini teronggok di dekat lemari-meja-jati. Bosan di rumah,
tapi tidak bisa kemana-mana. Hanya diam menunggu kapan tes-tes masuk
universitas di buka(ini sekitar tahun 2009) dan haflah(wisuda kelulusan) yang
masih sebulanan lagi. Kebanyakan rubrik adalah tentang bola. Itu memang
tumpukan koran yang baru setahun terbit. Jadi berita yang dimuat belum terlalu
‘basi’. Setelah membersihkan rumah, dia akan membaca koran-koran sampai dia yakin
bahwa membaca hari itu cukup memuaskannya. Tumpukan koran pun habis dibacanya.
Tidak ada bacaan lain, dia membaca sepuluh jilid buku Ensiklopedi Pelajar
Oxford, walau enam tahun lalu dia juga melakukannya. Selesai sepuluh jilid, dia
melihat gambar-gambar yang ada di dalam buku ensiklopedia. Tanpa pernah bosan.
Yang ada selalu rasa takjub. Yang tidak saya mengerti, kenapa dia jarang sekali
bosan dengan rutinitasnya yang sangat monoton. Memang dia selalu menyempatkan
diri untuk menghibur dirinya sendiri, tapi itu tidak berlangsung lama. Dia
tidak kaku, tidak memakai kacamata, dia bisa bersosialisasi, bukan seseorang
yang sibuk sendiri, tapi lagi-lagi dia tidak memiliki rasa bosan yang dominan.
Artikel koran yang
belum sempat dia baca, dibaca. Bahkan bisa seluruh artikel yang ada dibaca.
Saking sangat membutuhkan bacaan. Menarik memang mempunyai teman seperti
dirinya. Seandainya dia di Jepang, hemm…pasti dia akan membawa buku kemana pun
dia pergi.
Wow!!! Hebat!!! Adik limun yang paling kecil udah apal diluar kepala buku teka-teki humor.
Hari itu limun lagi belajar dan si ineu lagi belajar juga sama tetangga depan. Bukannya belajar yang bener, mereka berdua malah maen tebak-tebakan. Si ineu yang jawab, si tetangga yang nanya sesuai pertanyaan yang ada di dalam buku itu. Dari situlah limun tahu kalo dia lebih hapal 'itu' daripada pelajaran sekolahnya. Hebat emang, ampe apal gitu. Kalo abau tahu, bukan maen marahnya.
Hari itu limun lagi belajar dan si ineu lagi belajar juga sama tetangga depan. Bukannya belajar yang bener, mereka berdua malah maen tebak-tebakan. Si ineu yang jawab, si tetangga yang nanya sesuai pertanyaan yang ada di dalam buku itu. Dari situlah limun tahu kalo dia lebih hapal 'itu' daripada pelajaran sekolahnya. Hebat emang, ampe apal gitu. Kalo abau tahu, bukan maen marahnya.
Angin yang selalu berhembus di daerah rumah limun membuat limun pengen ngebungkel terus. Sampe-sampe peke sarung mulu. Pas malem lagi mau ngebungkel, ada makanan, padahal limun udah mau tidur. Maka ke dapur lah diriku--emang laper, sih.. Dan tidak disangka abau nyeletuk "Bang. Ada si abang". Hanya itu. Maksudnya bagi limun sudah sangat jelas: memakai sarung seperti abang-abang lagi ronda. Limun hanya diam sambil menikmati makanan, lalu kembali ngebungkel.
"I don't like adaptasi"
Seven years ago, I said it. But now all is change.
I know, I can, saya ternyata bisa beradaptasi lebih mudah dari yang saya duga.
Saya selalu beranggapan bahwa berada di tempat yang baru, mengenal orang-orang baru adalah hal yang menyusahkan. Saya tidak suka perubahan. Saya lebih suka 'seperti ini sejak awal'. Tidak ada yang berubah. Tapi setiap saat selalu ada yang berubah. Kelas baru. Tetangga baru. Teman baru. Keponakan baru.
Awalnya saya menolak itu semua, menolak perubahan yang bagi saya tidak harus, tidak mesti. Perlahan saya tahu, seakan baru mengenal diri saya sendiri, ternyata saya sangat menyukai perubahan, adaptasi, terutama hal yang menarik bagi saya, hal yang baik.
Akibatnya, saya selalu ingin mengubah sesuatu saat hal itu tidak berguna bagi saya atau membuat saya hanya berjalan di tempat, padahal banyak orang yang berlari mengejar mimpi-mimpi mereka. Saya pun menjadi sosok yang mudah beradaptasi. Dimana pun itu, saya menikmatinya. Ngomong-ngomong, perubahan yang sejak awal saya tidak suka adalah 'tempat'--beradaptasi dengan tempat.
Now, all is change. I like everywhere!
Seven years ago, I said it. But now all is change.
I know, I can, saya ternyata bisa beradaptasi lebih mudah dari yang saya duga.
Saya selalu beranggapan bahwa berada di tempat yang baru, mengenal orang-orang baru adalah hal yang menyusahkan. Saya tidak suka perubahan. Saya lebih suka 'seperti ini sejak awal'. Tidak ada yang berubah. Tapi setiap saat selalu ada yang berubah. Kelas baru. Tetangga baru. Teman baru. Keponakan baru.
Awalnya saya menolak itu semua, menolak perubahan yang bagi saya tidak harus, tidak mesti. Perlahan saya tahu, seakan baru mengenal diri saya sendiri, ternyata saya sangat menyukai perubahan, adaptasi, terutama hal yang menarik bagi saya, hal yang baik.
Akibatnya, saya selalu ingin mengubah sesuatu saat hal itu tidak berguna bagi saya atau membuat saya hanya berjalan di tempat, padahal banyak orang yang berlari mengejar mimpi-mimpi mereka. Saya pun menjadi sosok yang mudah beradaptasi. Dimana pun itu, saya menikmatinya. Ngomong-ngomong, perubahan yang sejak awal saya tidak suka adalah 'tempat'--beradaptasi dengan tempat.
Now, all is change. I like everywhere!
Bahasa adalah hal yang dinamis. Berubah terus seiring perkembangan waktu. Sama halnya dengan bahasa Indonesia--bahasa kita tercinta.
Saya sendiri tidak terlalu tahu kapan tepatnya bahasa kita 'ditemukan'. Yang saya tahu bahasa Indonesia 'ada' saat Sumpah Pemuda terjadi, termasuk lagu kebangsaan kita yang untuk pertama kalinya dikumandangkan. Jadi, kapan sesungguhnya bahasa kita mulai digunakan secara luas? Jika kalian tahu, tolong beritahu saya.
Sama seperti bahasa lain yang terdiri dari beberapa bahasa serapan, bahasa kita pun begitu. Tiga bahasa yang sangat berpengaruh adalah Melayu(akar dari bahasa ini), Sanskerta, dan Arab. Tentu bahasa Belanda juga berpengaruh--dari mana kita mendapatkan kata 'kuli' atau 'kulkas'?
Bahasa kita memang bahasa yang kaya kosakata karena menyerap dari bahasa lain. Dan bahasa kita saat ini sangat mudah menyerap bahasa Inggris. Hampir sebagian besar istilah keilmuwan atau perdagangan berasal dari bahasa Inggris. Ekspor, impor, transportasi, migrasi, apa lagi?
Lalu bagaimana dengan bahasa Jepang? Setidaknya bahasa ini pernah terdengar di negara ini. Apa hanya kata 'sayonara' yang tidak asing? Tapi sepertinya tidak banyak yang tersisa dari bahasa ini.
Kalian tahu apa lagi bahasa yang mewarnai kosakata bahasa kita? Can you help me?
Saya sendiri tidak terlalu tahu kapan tepatnya bahasa kita 'ditemukan'. Yang saya tahu bahasa Indonesia 'ada' saat Sumpah Pemuda terjadi, termasuk lagu kebangsaan kita yang untuk pertama kalinya dikumandangkan. Jadi, kapan sesungguhnya bahasa kita mulai digunakan secara luas? Jika kalian tahu, tolong beritahu saya.
Sama seperti bahasa lain yang terdiri dari beberapa bahasa serapan, bahasa kita pun begitu. Tiga bahasa yang sangat berpengaruh adalah Melayu(akar dari bahasa ini), Sanskerta, dan Arab. Tentu bahasa Belanda juga berpengaruh--dari mana kita mendapatkan kata 'kuli' atau 'kulkas'?
Bahasa kita memang bahasa yang kaya kosakata karena menyerap dari bahasa lain. Dan bahasa kita saat ini sangat mudah menyerap bahasa Inggris. Hampir sebagian besar istilah keilmuwan atau perdagangan berasal dari bahasa Inggris. Ekspor, impor, transportasi, migrasi, apa lagi?
Lalu bagaimana dengan bahasa Jepang? Setidaknya bahasa ini pernah terdengar di negara ini. Apa hanya kata 'sayonara' yang tidak asing? Tapi sepertinya tidak banyak yang tersisa dari bahasa ini.
Kalian tahu apa lagi bahasa yang mewarnai kosakata bahasa kita? Can you help me?
Hari ini, malam ini, di dekat rumah saya sedang ada hajatan, nikahan anaknya. Masih saudara memang. Tapi saya tidak akan membicarakan konsep pernikahannya atau tetek bengek yang berhubungan dengan pernikahannya. Saya akan membicarakan suatu tradisi yang baru saya sadari di kampung saya sendiri.
Saya sudah sangat tahu kalau pernikahan di sini dilakukan dua kali: di rumah mempelai laki-laki dan perempuan. Yang baru saya sadari adalah kebiasaan di sini, tamu laki-laki yang datang pada saat malam. Biasanya kalo siang ibu-ibu pengajian. Kesannya, seperti dipisah antara tamu laki-laki dan perempuan. Tidak murni seperti itu memang. Di daerah lain juga pasti seperti itu: bapak-bapak pergi kondangan malam hari.
Malam memang waktunya bapak-bapak dan anak muda, laki-laki atau perempuan. Tapi biasanya hanya bapak-bapak dan anak muda--laki-laki--yang sampai larut malam. Seiring perkembangan zaman, entah sejak kapan ini dimulai, biasanya warga asli daerah saya nanggep grup band. bukan grup band biasa, tapi grup nasyid. Yang baru mendengar mungkin berpikir: 'Wah Islami bangat!'. Dulu biasanya nanggepnya layar tancep(ini zaman saya kecil) atau wayang atau lenong atau gambang kromong.
Tentu saya bangga dengan hal ini. Walau ada banyak hal-hal unik yang hilang dari acara pernikahan di sini. Suatu kebiasaan masa lalu yang sudah punah tertelan zaman yang tidak pernah berhenti bergerak.
Saya sudah sangat tahu kalau pernikahan di sini dilakukan dua kali: di rumah mempelai laki-laki dan perempuan. Yang baru saya sadari adalah kebiasaan di sini, tamu laki-laki yang datang pada saat malam. Biasanya kalo siang ibu-ibu pengajian. Kesannya, seperti dipisah antara tamu laki-laki dan perempuan. Tidak murni seperti itu memang. Di daerah lain juga pasti seperti itu: bapak-bapak pergi kondangan malam hari.
Malam memang waktunya bapak-bapak dan anak muda, laki-laki atau perempuan. Tapi biasanya hanya bapak-bapak dan anak muda--laki-laki--yang sampai larut malam. Seiring perkembangan zaman, entah sejak kapan ini dimulai, biasanya warga asli daerah saya nanggep grup band. bukan grup band biasa, tapi grup nasyid. Yang baru mendengar mungkin berpikir: 'Wah Islami bangat!'. Dulu biasanya nanggepnya layar tancep(ini zaman saya kecil) atau wayang atau lenong atau gambang kromong.
Tentu saya bangga dengan hal ini. Walau ada banyak hal-hal unik yang hilang dari acara pernikahan di sini. Suatu kebiasaan masa lalu yang sudah punah tertelan zaman yang tidak pernah berhenti bergerak.
Awalnya saya
mencari-cari dimana Skotlandia? Dimana letak negara ini? Kalian tahu dimana?
Beberapa tahun
kemudian saya tahu dimana letak Skotlandia.
Secara letak, negara
ini memang satu pulau dengan Inggris—juga Wales. Dulu Skotlandia adalah negara
yang terpisah dari Inggris, termasuk budayanya, pemerintahannya, sejarahnya,
rajanya, alat ukurnya, alat timbangannya. Tapi saat ini dia masuk kedalam
Inggris—kita mengenalnya begitu—atau lebih tepatnya Kerajaan Inggris Raya atau
United Kingdom.
Sejatinya, Britania Raya terdiri dari negara-negara bagian: Skotlandia, Wales, Inggris, dan
Irlandia Utara. Apa di sekolah kita mempelajari ini? Tentu saja tidak karena
kita bukan negara Inggris. Tapi tidak ada salahnya kita mengetahui sedikit
sejarahnya.
Beberapa penemu
terkenal, seperti Bell, berasal dari Skotlandia. Tidak memakai nama ‘Inggris’.
Maka, pasti kita akan bertanya-tanya dimana Skotlandia.
Skotlandia, Wales, dan
Irlandia Utara adalah negara yang berbeda satu sama lain. Seperti Jawa dan
Kalimantan. Keadaan geografisnya pun berbeda. Tapi, sama seperti halnya bule
yang tidak bisa membedakan mana orang Jawa dan Sumatra, begitu pun saya.
Semuanya sama saja: bule.
Saya sangat menyukai
nama-nama, sastra, dan terutama bahasa. Mungkin saya terlalu tertarik pada
banyak bahasa. Akar dari suatu bahasa, perkembangan dari suatu bahasa, sampai
bahasa yang kata-katanya tidak lagi didengar saat ini. Bagi saya bahasa adalah
hal yang sangat menarik. Sama seperti seseorang yang begitu tertarik untuk
mencicipi aneka kuliner. Tentu saya bukan orang pertama yang tertarik pada
bahasa. Tapi saya menambah deretan manusia yang gila bahasa.
Dari banyak bahasa di
dunia, saya tertarik pada rumpun bahasa Asia Timur, Timur Tengah, rumpun bahasa
Jerman, Latin, Eropa Timur, dan turunan dari bahasa Inggris. Namun, masih
banyak bahasa lain yang masuk dalam kamus saya yang belum pernah saya dengar.
Anehnya, itu justru semakin membuat saya tertarik.
Selain bahasa, saya
juga tertarik dengan abjad yang digunakan. Bukankah itu suatu hal yang luar
biasa, suatu bagian dari penemuan umat manusia?
Awal mula saya
menyukai bahasa adalah buku ensiklopedia yang saya baca pertama kali saat kelas
IV. Bagi anak SD, buku itu begitu berat, baik dari sisi timbangan atau bacaan.
Tapi saya begitu tertarik dengan gambar-gambar, foto-foto yang ada di dalamnya.
Sampai-sampai, saking saya ingin melihat semua gambar dari sepuluh jilid
ensiklopedia, leher saya sakit karena terlalu lama menunduk. Saya tidak pernah
bosan untuk membacanya, walau sudah dilihat puluhan kali. Buku besar ini begitu
banyak menginsipari dan membantu saya, termasuk membuat novel saya lebih
‘hidup’. Dari buku ini juga saya mengetahui tentang keluarga kerajaan Inggris.
Sejarah-sejarahnya, dari era paling awal sampai Ratu Victoria. Hal itu juga
yang membuat saya menyukai rumah gaya Tudor dan Victoria.
Artikel-artikel dalam
buku itu begitu menarik. Seperti halnya ensiklopedi umum, buku itu terdiri dari
banyak artikel tentang banyak hal yang diulas secara umum(jika mau lebih rinci,
cari ensiklopedi yang khusus mengambil tema tentang satu hal). Ensiklopedi ini
juga menyediakan satu jilid khusus tentang biografi tokoh-tokoh terkenal. Baik
yang sudah pernah didengar namanya atau belum. Dan yang membanggakan, dua tokoh
Indonesia masuk ke dalam jilid biografi.
Encik—begitu saya
menyebutnya saat SD, dari sanalah saya menyukai bahasa yang beragam. Hal aneh
yang saya lakukan untuk mendengar suatu bahasa adalah Google Translate. Menulis
katanya dalam bahasa ibu, lalu mendengar hasil terjemahannya. Itu hal aneh, hal
wajar adalah mendengar siaran radio internasional, seperti DW, NHK World;
menonton film dengan bahasa aslinya(bukan dubbing); atau mendengar
lagu-lagunya. Dan suatu saat, mendengar langsung dari penutur aslinya. Caranya?
Ilmu tidak pernah mendatangi, tapi didatangi. Maka saya harus datang ke tempat
dimana ilmu itu berada.
Saya sangat menyukai
nama-nama, sastra, dan terutama bahasa. Mungkin saya terlalu tertarik pada
banyak bahasa. Akar dari suatu bahasa, perkembangan dari suatu bahasa, sampai
bahasa yang kata-katanya tidak lagi didengar saat ini. Bagi saya bahasa adalah
hal yang sangat menarik. Sama seperti seseorang yang begitu tertarik untuk
mencicipi aneka kuliner. Tentu saya bukan orang pertama yang tertarik pada
bahasa. Tapi saya menambah deretan manusia yang gila bahasa.
Dari banyak bahasa di
dunia, saya tertarik pada rumpun bahasa Asia Timur, Timur Tengah, rumpun bahasa
Jerman, Latin, Eropa Timur, dan turunan dari bahasa Inggris. Namun, masih
banyak bahasa lain yang masuk dalam kamus saya yang belum pernah saya dengar.
Anehnya, itu justru semakin membuat saya tertarik.
Selain bahasa, saya
juga tertarik dengan abjad yang digunakan. Bukankah itu suatu hal yang luar
biasa, suatu bagian dari penemuan umat manusia?
Awal mula saya
menyukai bahasa adalah buku ensiklopedia yang saya baca pertama kali saat kelas
IV. Bagi anak SD, buku itu begitu berat, baik dari sisi timbangan atau bacaan.
Tapi saya begitu tertarik dengan gambar-gambar, foto-foto yang ada di dalamnya.
Sampai-sampai, saking saya ingin melihat semua gambar dari sepuluh jilid
ensiklopedia, leher saya sakit karena terlalu lama menunduk. Saya tidak pernah
bosan untuk membacanya, walau sudah dilihat puluhan kali. Buku besar ini begitu
banyak menginsipari dan membantu saya, termasuk membuat novel saya lebih
‘hidup’. Dari buku ini juga saya mengetahui tentang keluarga kerajaan Inggris.
Sejarah-sejarahnya, dari era paling awal sampai Ratu Victoria. Hal itu juga
yang membuat saya menyukai rumah gaya Tudor dan Victoria.
Artikel-artikel dalam
buku itu begitu menarik. Seperti halnya ensiklopedi umum, buku itu terdiri dari
banyak artikel tentang banyak hal yang diulas secara umum(jika mau lebih rinci,
cari ensiklopedi yang khusus mengambil tema tentang satu hal). Ensiklopedi ini
juga menyediakan satu jilid khusus tentang biografi tokoh-tokoh terkenal. Baik
yang sudah pernah didengar namanya atau belum. Dan yang membanggakan, dua tokoh
Indonesia masuk ke dalam jilid biografi.
Encik—begitu saya
menyebutnya saat SD, dari sanalah saya menyukai bahasa yang beragam. Hal aneh
yang saya lakukan untuk mendengar suatu bahasa adalah Google Translate. Menulis
katanya dalam bahasa ibu, lalu mendengar hasil terjemahannya. Itu hal aneh, hal
wajar adalah mendengar siaran radio internasional, seperti DW, NHK World;
menonton film dengan bahasa aslinya(bukan dubbing); atau mendengar
lagu-lagunya. Dan suatu saat, mendengar langsung dari penutur aslinya. Caranya?
Ilmu tidak pernah mendatangi, tapi didatangi. Maka saya harus datang ke tempat
dimana ilmu itu berada.
Tidak seperti nama-nama di negara lain. Nama di Indonesia berkembang menjadi lebih luas. Kita tentu bisa membedakan seseorang dari namanya. Seperti nama orang Jepang, orang Tiongkok, orang Korea, orang Rusia, orang Afrika, orang Arab dan masih banyak lagi.
Secara umum, nama-nama mereka tidak berubah. Konsisten dengan polanya. Mungkin ada sedikit pengecualian dengan keluarga yang mempunyai orang tua berbeda bangsa. Namanya bisa jadi merupakan campuran. Jika ayahnya berasal dari Jepang, sedangkan ibunya Spanyol, mungkin tidak akan banyak percampuran. Beda dengan ayahnya yang berasal dari Inggris, ibunya Korea. Pasti nama keluarganya memakai bahasa Inggris. Tapi itu hal yang wajar. Karena hampir semua tempat di luar negeri, nama keluarga adalah bagian dari nama seseorang yang akan terus di bawa. Sekalipun sebagai artis dia memakai nama panggung.
Itu adalah nama di luar negeri. Bagaimana dengan dalam negeri?
Dulu, dari namanya saja kita bisa dengan mudah mengetahui dari manakah dia berasal. Seperti nama orang Jawa yang khas. Atau orang Sumatra. Tapi tidak untuk sekarang. Kebanyakan bayi yang lahir di abad millenium memiliki nama yang paling sedikit dua kata. Tidak seperti orang dulu, kadang satu kata saja sudah cukup. Mungkin yang membuat panjang adalah nama panggilannya yang banyak. Sampai-sampai ada yang tidak tahu nama aslinya. Oke, kita tidak membicara nama panggilan.
Nama saat ini bisa terdiri dari banyak arti dengan bahasa yang berbeda. Orang tua bisa memakai nama orang Prancis untuk nama anaknya, dicampur Sanskerta dan Arab. Hasilnya, nama yang terdengar berbeda dan 'cantik'. Kadang nama-nama ini secara tidak langsung seperti menunjukkan status. Karena namanya 'cantik', orang beranggapan dia kaya(apa kita sudah keluar jalur dari topik yang sedang dibicarakan?)
Ujung-ujungnya, orang-orang yang tidak terbiasa salah menyebut nama si anak. Seharusnya dibaca "Marie"(Meri), jadi "Marie". Sesuai dengan tulisannya.
Perkembangan nama di Indonesia memang terus meningkat. Kadang semakin panjang namanya, semakin bagus. Dan jenis bahasa yang digunakan semakin banyak. Memang tidak semuanya. Mungkin nama yang konstan di Indonesia adalah nama yang memakai bahasa Arab dan keluarga yang memakai marga atau nama keluarga di namanya.
Sekarang kita tidak akan menemukan anak dengan nama "Sumantri", "Wati", "Ramsih", "Slamet", dan lain-lain(pikir sendiri yah...).
Harus diakui, orang tua saat ini memang kreatif. Tidak asal pilih nama. Artinya juga harus bagus. Tidak seperti zamannya kakek-nenek kita. Kadang nama yang diberikan asal saja.
Begitulah perkembangan nama-nama di negara kita tercinta. Pastinya nama-nama akan terus berkembang dan bertambah kosakatanya. Tidak harus bahasa Indonesia 'asli'. Kalau bagus, enak didengar dan memiliki makna yang baik, kenapa tidak dipakai. Tentu itu semua tergantung kreativitas masing-masing orang tua.
Selamat membuat nama...
Secara umum, nama-nama mereka tidak berubah. Konsisten dengan polanya. Mungkin ada sedikit pengecualian dengan keluarga yang mempunyai orang tua berbeda bangsa. Namanya bisa jadi merupakan campuran. Jika ayahnya berasal dari Jepang, sedangkan ibunya Spanyol, mungkin tidak akan banyak percampuran. Beda dengan ayahnya yang berasal dari Inggris, ibunya Korea. Pasti nama keluarganya memakai bahasa Inggris. Tapi itu hal yang wajar. Karena hampir semua tempat di luar negeri, nama keluarga adalah bagian dari nama seseorang yang akan terus di bawa. Sekalipun sebagai artis dia memakai nama panggung.
Itu adalah nama di luar negeri. Bagaimana dengan dalam negeri?
Dulu, dari namanya saja kita bisa dengan mudah mengetahui dari manakah dia berasal. Seperti nama orang Jawa yang khas. Atau orang Sumatra. Tapi tidak untuk sekarang. Kebanyakan bayi yang lahir di abad millenium memiliki nama yang paling sedikit dua kata. Tidak seperti orang dulu, kadang satu kata saja sudah cukup. Mungkin yang membuat panjang adalah nama panggilannya yang banyak. Sampai-sampai ada yang tidak tahu nama aslinya. Oke, kita tidak membicara nama panggilan.
Nama saat ini bisa terdiri dari banyak arti dengan bahasa yang berbeda. Orang tua bisa memakai nama orang Prancis untuk nama anaknya, dicampur Sanskerta dan Arab. Hasilnya, nama yang terdengar berbeda dan 'cantik'. Kadang nama-nama ini secara tidak langsung seperti menunjukkan status. Karena namanya 'cantik', orang beranggapan dia kaya(apa kita sudah keluar jalur dari topik yang sedang dibicarakan?)
Ujung-ujungnya, orang-orang yang tidak terbiasa salah menyebut nama si anak. Seharusnya dibaca "Marie"(Meri), jadi "Marie". Sesuai dengan tulisannya.
Perkembangan nama di Indonesia memang terus meningkat. Kadang semakin panjang namanya, semakin bagus. Dan jenis bahasa yang digunakan semakin banyak. Memang tidak semuanya. Mungkin nama yang konstan di Indonesia adalah nama yang memakai bahasa Arab dan keluarga yang memakai marga atau nama keluarga di namanya.
Sekarang kita tidak akan menemukan anak dengan nama "Sumantri", "Wati", "Ramsih", "Slamet", dan lain-lain(pikir sendiri yah...).
Harus diakui, orang tua saat ini memang kreatif. Tidak asal pilih nama. Artinya juga harus bagus. Tidak seperti zamannya kakek-nenek kita. Kadang nama yang diberikan asal saja.
Begitulah perkembangan nama-nama di negara kita tercinta. Pastinya nama-nama akan terus berkembang dan bertambah kosakatanya. Tidak harus bahasa Indonesia 'asli'. Kalau bagus, enak didengar dan memiliki makna yang baik, kenapa tidak dipakai. Tentu itu semua tergantung kreativitas masing-masing orang tua.
Selamat membuat nama...
You know the difference between split and diamond?
Kerikil lebih sering digunakan untuk komponen jalan atau paling berharga sebagai bagian dari campuran beton. Sedangkan berlian, ia tidak mudah didapat, tidak mudah dimiliki, tidak murah, tidak begitu saja ada. Ia melalui berbagai proses. Begitu banyak tekanan di dalam perut Bumi. Semakin ditekan, semakin bagus mutunya.
Sekarang tinggal bagaimana kita memilih, berlian atau kerikil.
Jika kita memilih berlian, keluarlah dari zona aman. Carilah tempat yang penuh dengan tekanan. Bukan mengharapkan semua berjalan sesuai dengan kehendak kita. Cari sesuatu yang orang lain tidak berani untuk mengambilnya. Jadilah sosok yang melawan arus, bukan mengikuti kemana arus membawa.
Orang-orang hebat bukan dilihat dari seberapa banyak uang yang ia miliki, tapi dilihat dari seberapa hebat dia ditekan.
Jadilah berlian, yang semakin ditekan semakin mahal, semakin berharga.
Ini bukan soal seberapa sering Anda gagal, tapi seberapa sering Anda mencoba dan bangkit lagi.
Ingat! Jangan pernah melihat orang yang lebih mudah sukses dalam waktu singkat. Jangan penah melihat keluar. Lihatlah diri Anda. Semakin Anda menghargai diri Anda, semakin Anda terlihat istimewa.
Jangan pernah menunggu. Keluar dan cari dimana tempat Anda.
Orang lain terkadang tidak peduli proses, mereka hanya tahu hasilnya.
Jangan pikirkan orang lain. Egoislah pada diri Anda. Jangan mengalah jika Anda menginginkan sesuatu.
Setiap orang bersaing. Tapi ingat, Anda bisa lebih unggul walau perbedaannya hanya sepersekian detik. Orang lain tidak akan peduli apa hambatan Anda. Tapi mereka peduli dengan kesuksesan Anda.
Hentikan segala omong kosong Anda tentang impian dan masa depan. Lakukanlah sekarang.
Ingat waktu Anda sempit dan sangat berharga.
Salam!
Kerikil lebih sering digunakan untuk komponen jalan atau paling berharga sebagai bagian dari campuran beton. Sedangkan berlian, ia tidak mudah didapat, tidak mudah dimiliki, tidak murah, tidak begitu saja ada. Ia melalui berbagai proses. Begitu banyak tekanan di dalam perut Bumi. Semakin ditekan, semakin bagus mutunya.
Sekarang tinggal bagaimana kita memilih, berlian atau kerikil.
Jika kita memilih berlian, keluarlah dari zona aman. Carilah tempat yang penuh dengan tekanan. Bukan mengharapkan semua berjalan sesuai dengan kehendak kita. Cari sesuatu yang orang lain tidak berani untuk mengambilnya. Jadilah sosok yang melawan arus, bukan mengikuti kemana arus membawa.
Orang-orang hebat bukan dilihat dari seberapa banyak uang yang ia miliki, tapi dilihat dari seberapa hebat dia ditekan.
Jadilah berlian, yang semakin ditekan semakin mahal, semakin berharga.
Ini bukan soal seberapa sering Anda gagal, tapi seberapa sering Anda mencoba dan bangkit lagi.
Ingat! Jangan pernah melihat orang yang lebih mudah sukses dalam waktu singkat. Jangan penah melihat keluar. Lihatlah diri Anda. Semakin Anda menghargai diri Anda, semakin Anda terlihat istimewa.
Jangan pernah menunggu. Keluar dan cari dimana tempat Anda.
Orang lain terkadang tidak peduli proses, mereka hanya tahu hasilnya.
Jangan pikirkan orang lain. Egoislah pada diri Anda. Jangan mengalah jika Anda menginginkan sesuatu.
Setiap orang bersaing. Tapi ingat, Anda bisa lebih unggul walau perbedaannya hanya sepersekian detik. Orang lain tidak akan peduli apa hambatan Anda. Tapi mereka peduli dengan kesuksesan Anda.
Hentikan segala omong kosong Anda tentang impian dan masa depan. Lakukanlah sekarang.
Ingat waktu Anda sempit dan sangat berharga.
Salam!
Beberapa hari ini, bahkan hampir seminggu lebih
langit terus mendung. Kalau pun panas mungkin hanya satu dua jam. Boleh
dibilang saat ini Jakarta seperti berada di negeri kawasan lintang utara. Dingin
yang membuat beberapa orang malas untuk mandi, lebih nyaman berselimut. Tentu di
saat seperti ini ibu-ibu rumah tangga bingung dengan cuciannya yang terus
bertumpuk. Belum lagi yang belum kering. Alhasil rumah seperti hutan pakaian. Bukan
hanya para ibu yang pusing, tapi juga anak kost-kostan, terutama muslimah.
Kalau mau dihitung, pakaian seorang muslimah dari atas sampai bawah bisa lebih dari dua ratus ribu. Itu belum termasuk tas yang dipakai, sepatunya, atau kawat yang menempel di giginya. Wow!
Musim hujan memang terkadang tidak selalu membawa
keuntungan. Apalagi sebagai muslimah, kita punya atribut yang banyak. Saat kehujanan,
kita harus mencuci pakaian yang jumlahnya bisa empat sampai lima potong. Belum lagi
kaos kaki yang kotor karena cipratan air. Pastinya kaos kaki dan rok atau
bawahan adalah yang paling kotor dan membutuhkan tenaga lebih saat mencuci. Kekuatan
seribu tangan pun tidak bisa membersihkannya(iklan banget…).
Jika pakaian belum benar-benar kering atau masih demek bahasa betawi-nya, dan pakaian di lemari benar-benar kosong, kita termaksa memakainya. Bisa-bisa baju yang masih demek yang kita pakai mengeluarkan aroma yang tidak nyaman. Akibatnya orang malah menganggap kita jorok. “Ih… Orang berkerudung kok bau!” Tanggapan seperti ini pun keluar. Yah, pakaian yang setengah basah memang terkadang berbau aneh. Itu belum termasuk aroma dari badan sendiri yang sedang terkena sindrom malas mandi.
Kita juga harus lebih memperhatikan lingkungan sekitar. Terutama kamar kostan sendiri.
Kita memang harus pintar-pintar mensiasati pakaian
saat musim seperti ini. Berikut adalah kiat-kiat yang bisa muslimah terapkan
saat musim hujan.
1.Jangan sampai
merendam lebih dari sehari.
Beberapa
deterjen menganjurkan untuk merendam
selama tiga puluh menit. Jika pakaian direndam seharian, tentu baunya bukan
main. Sampai-sampai menyebar ke tetangga sebelah. Usahakan tidak menunda jadwal
mencuci. Apapun yang terjadi, mencucilah. Daripada kita kehabisan baju atau
kamar penuh aroma baju kotor.
2.Bilas pakaian
sampai bersih.
Membilas
pakaian sangat berpengaruh pada bau pakaian yang kita cuci. Semakin bersih membilas,
semakin tidak ada bau sabun saat pakaian kering. Pakaian yang demek kadang akan
berbau tidak sedap jika membilasnya tidak bersih. Alternatif lain adalah
menggunakan cairan softener.
3.Jangan terlalu
banyak menggunakan deterjen.
Kita harusnya
menuangkan deterjen sesuai dengan pakaian yang kita cuci. Terkadang memang kita
menuangkan deterjen secara berlebihan dengan maksud pakaian cepat bersih. Ingat:
deterjen yang terlalu banyak digunakan akan menambah beban saat membilas. Kita memang
harus lebih bijak saat menuangkan deterjen. Selain bisa berhemat, kita juga
meminimalisir penggunaan air.
4.Keringkan
dengan mesin cuci.
Kiat yang
ke empat ini memang hanya terbatas untuk mereka yang mempunyai mesin cuci. Tapi
sebagai anak kostan tidak ada salah, kok. Kita bisa patungan untuk membeli
mesin cuci. Keuntungan dari mesin pengering ini adalah pakaian hanya perlu
untuk diangin-anginkan. Beberapa jenis pakaian sebenarnya tidak memerlukan
dijemur langsung di bawah sinar matahari. Termasuk pakaian dalam. Coba lihat
labelnya, jangan langsung dibuang. Pasti kita akan menemukan instruksi mencuci
dan menggosok. Memang kebanyakan orang tidak mempedulikan label ini. Mereka menyamakan
semua jenis pakaian. Nah disitulah ruginya. Pakaian jadi cepat rusak atau
kendor karetnya. Kita tidak terlalu menyadari kalau pakaian dalam tidak harus
di jemur di bawah terik matahari. Jadi cobalah untuk membaca label!^_^
5.Segera cuci
pakaian yang kehujanan.
Pakaian
yang basah akibat kehujanan tidak boleh ditumpuk terlalu lama. Itu justru akan
menimbulkan gas ‘beracun’. Lingkungan kamar pun jadi tidak sehat. Cobalah untuk
mencuci sambil mandi. Jadi sambil mandi karena kehujanan, rendamlah pakaiannya.
Itu adalah
lima kiat saat mencuci dan menjemur di musim hujan. Selanjutnya adalah cara
berpakaian di musim hujan. Lihat baik-baik kiat-kiatnya.
1.Pilihlah
pakaian yang mudah kering.
Pakaian tipis
memang mudah sekali kering. Tapi saya tidak menganjurkan untuk menggunakan. Tetntu
kita akan masuk angin memakai pakaian seperti itu di musim ini. Atribut seorang
muslimah memang bukan satu helai. Sekali pakai bisa empat potong yang menempel
di badan. Nah, di sinilah kecerdikan kita dalam berpakaian. Pilihlah pakaian
yang mudah kering hanya dengan diangin-anginkan. Tidak ada salahnya kita
mempunyai baju dua musim(kalo di negara lain kan dikenal dengan baju empat
musim). Beberapa potong khusus untuk musim panas dan yang lainnya untuk musim
hujan.
2.Kerudung
yang mudah kering.
Saat ini
ada banyak sekali jenis kerudung yang bisa kita pilih. Namun, untuk musim ini
pilihlah kerudung yang mudah kering, seperti kerudung paris. Kita bisa
menggunakan dua lembar kerudung paris sekaligus agar tidak terlalu tipis. Walau
pun kita memakai dua lembar sekaligus, kerudung jenis ini lebih mudah kering
dan juga mudah untuk dicuci. Bahannya yang ringan memang menguntungkan untuk
beberapa hal.
3.Jangan memakai
rok yang berbahan ‘berat’.
Maksud bahan
berat di sini bukanlah rok dari bahan metal, tapi rok-rok yang tebal. Sebagai pemilik,
tentu kita sudah berpengalaman dalam mencuci rok-rok yang kita pakai. Mana yang
susah diperas, mana yang lama kering. Tentu kita sudah tahu hal ini. Rok jeans
memang memiliki keuntungan tertentu. Seperti kuat untuk segala medan, bisa
dipakai berkali-kali(ups…ketahuan joroknya). Tapi rok jenis ini merugikan di
musim hujan. Pilihlah rok-rok ringan, namun tidak tipis. Seperti rok bahan
model kotak-kotak atau rok katun.
4.Kaos kaki
yang mudah kering.
Kaos kaki
memang malang. Di saat hujan seperti ini, dialah yang paling harus
diperhatikan. Padahal atribut yang satu ini paling penting. Seorang muslimah
tidak bisa lepas dari kaos kaki. Tapi kalu sudah kena hujan, rasanya mau cepat
ganti. Apa harus selalu menyediakan kaos kaki cadangan di dalam tas? Harus. Namun,
kita bisa menyiasatinya dengan berbagai cara. Lagi-lagi bahan yang harus cepat
keringlah yang dipilih dan tidak terlalu tebal. Jangan sampai kaos kaki
berserakan di kamar hanya karena setiap hari ganti karena basah.
5.Pakailah
sepatu.
Kaos kaki
memang tidak mudah kering. Jadi cobalah untuk tidak memakai sandal atau sepatu sandal
untuk saat ini. Pakailah sepatu yang tidak tembus air. Seperti sepatu bahan
karet atau plastik. Tidak harus mahal. Saat ini banyak sekali sepatu jenis ini
yang dijual dengan harga murah. Dari sepuluh ribu sampai ratusan ribu. Tinggal bagaimana
kita memilih. Hargakah atau merek? Sepatu boots juga tidak salah untuk dipakai
saat ini. Cobalah dengan sepatu jenis ini. Setidaknya kaos kaki cukup
terlindungi.
6.Jas hujan.
Tidak ada
salahnya kita memakai jas hujan jika payung dirasa kurang untuk melindungi
badan kita. Jangan berpikir memakai jas hujan seperti anak kecil, tapi
pikirkanlah keuntungan.
Itulah beberapa kiat berpakaian yang bisa saya
bagi. Jika kita tidak nge-kost atau tinggal dengan orang tua, kita juga harus
bijak dalam menurunkan pakaian ke bak cucian. Jika pembaca mempunyai kiat lain
saat berpakaian di musim hujan, bisa berbagi di sini. Semohga bermanfaat ^_^
Langganan:
Postingan
(
Atom
)