I don't know, bagi sebagian orang kata ganti orang pertama atau menyebut nama sendiri tidak punya efek apa-apa. Tapi bagi ayahku penting. Beliau lebih suka menyebut diri sendiri dengan "saya", sedangkan ibuku dengan nama dan aku dengan "aku". menurut ayah, penggunaan "aku" dan nama saat berbicara tentang diri sendiri menunjukkan keakuan, kebanggaan, egois akan diri sendiri. Sedangkan penggunaan "saya" berarti merendahkan diri (dalam arti positif); tiak merasa tinggi di depan orang lain. Aku sih kalo lagi ngomong dengan ayah atau ibu pasti selalu nyebut namaku sendiri.
Home
Archive for
Maret 2015
Hem... earth (h)our.... Well saya pernah membahas tentang Eart Hour, kali ini pun tanpa kehilangan antusias yang sama, saya juga akan menulis sekalimat dua kalimat tentang Earth Hour.
Saat ini Earth Hour udah banyak yang inget. Banyak yang peduli tentang pentingnya hemat energi. Look! Hal kecil yang hanya satu jam bisa menghemat banyak hal. Mulai dari energi sampai uang. Tapi gak cuma setahun sekali, kan? Setiap hari juga bisa. Semakin kita memperhatikan energi di sekitar kita, semakin kita menjaga Bumi ini dan semakin sedikitlah uang yang kita keluarkan.
Saat ini Earth Hour udah banyak yang inget. Banyak yang peduli tentang pentingnya hemat energi. Look! Hal kecil yang hanya satu jam bisa menghemat banyak hal. Mulai dari energi sampai uang. Tapi gak cuma setahun sekali, kan? Setiap hari juga bisa. Semakin kita memperhatikan energi di sekitar kita, semakin kita menjaga Bumi ini dan semakin sedikitlah uang yang kita keluarkan.
Hasil penilaian tidak mutlak dan tidak abadi karena siswa
terus berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya. IQ itu
statis. Ia tidak berjalan di tempat. Saat kau berpatokan pada nilai hasil tes
IQ, kau akan terus berada di bawah bayang-bayang nilai itu. Saya tidak suka
berpatokan pada nilai. Saya yakin kita selalu berkembang. Otak kita selalu
berkembang menerima hal-hal baru. Maka kita akan(pasti) selalu dan bertambah cerdas
setiap hari. Setiap orang cerdas. Hanya bagaimana ia menemukan jalan menuju
kecerdasannya. JK. Rowling baru menemukan kecerdasannya saat membuat Harry
Potter. Apakah dia saat itu berumur 20-an? Tidak. Tapi 43. Ini bukan masalah
seberapa tua atau muda kalian. Ini soal bagaimana kalian menemukan kecerdasaan
itu di dalam diri kalian. Saya menemukan cara belajar saya sendiri saat SD.
Saya menemukan bakat pertama saya saat SD, bakat kedua dan ketiga saya saat
SMP. Bakat ke-4 saya saat SMA. Dan bakat terakhir saya saat kuliah. Saya yakin
masih ada banyak bakat yang belum saya temukan.
Jadi, selalu ingat, saat kau menerima hasil test IQ, katakan:
“Ini nilai pertama saya dan akan terus bertambah”.
Dulu, saat populasi manusia tidak sebanyak sekarang, manusia begitu bersahabat dan bijak dengan alam. Dulu, saat populasi manusia tidak sebanyak sekarang dan mereka tidak tahu dari mana oksigen berasal, hutan begitu luas dan laut begitu bersih. Sekarang, saat populasi manusia banyak, hutan berkurang dan laut tercemar, manusia semakin tidak bersahabat dan tidak bijak dengan alam.
Ini sebenernya bukan hal yang pernah aku pikirin. Tapi gegara temen cerita tentang temannya, aku jadi mikir. Gini, aku punya temen. Dia cerita kalo temen cowoknya selalu ngusahain beli minum atau hal-hal kecil yang kudu dibeli saat di jalan atau dimanapun, di warung ato warung gerobak pinggir jalan. Kenapa? Karena hal tadi setidaknya membantu pedagang-pedagang kecil. Jangan dikit-dikit ke minimarket, padahal cuma beli minuman dalam kemasan. Aku jadi inget Ayah. Beliau suka beli dari pedagang keliling yang kebetulan ketemu di masjid, misalnya. Kadang beli korek kuping atau catut. Yah, hal-hal kecil kayak gitu bisa begitu penting bagi orang lain. Bisa begitu membantu. Bisa ikut membantu perekonomian mereka.
Pernah nonton Goong/Princess Hours? Tau kan scene pas Chae Kyoung dan Shin belanja di supermarket when they nginep one night di istana musim panas buat look sunrise? Nah, pas belanja Shin ngambil apa aja. Percis kayak gitu my Dad. Kalo belanja bulanan, aish… Abah suka ambil apa aja yang gak penting, termasuk sumpit. Buat apa coba? Masalahnya kalo belanja kita semua pada mencar. Pada ambil belanjaan masing-masing, nanti baru dikumpulin dah di trolly yang dibawa Umi. Termasuk menghemat waktu, kan? Nah, Bapake suka ngambil barang-barang yang gak guna. Kalo Umi liat Abah lagi mau ambil belanjaan apa gitu, Abah look at her untuk minta persetujuan(kalo gak sengaja ketemu di bagian supermarket). Kalo Umi geleng, Abah naro lagi belanjaannya di raknya. Kadang kalo ada SPG-nya, SPG-nya nanya “gak jadi pak?” Say Abah: “dilarang nyonya besar”. Hahaha… urusan belanja bulanan emang pake uang Umi. Di awal mau ke supermarket, Umi udah bilang ambil yang dibutuhin. Kalo gak boleh, di sono Umi kami dirayu-rayu biar boleh. Tapi kalo udah sampe rumah pas Umi lagi ngecek barang belanjaan sama struknya, pasti marah-marah karena banyak yang gak penting dibeli. Hahaha… always kayak gitu kalo belanja, terulang lagi, lagi, dan lagi.
Sekarang ada satu acara penting buat anak sekolahan. OIC
singkatannya. Acara ini mungkin satu-satunya yang begitu di nanti yang berhubungan dengan mata pelajaran sekolah. Saya sih termasuk yang jarang nonton OIC. Tapi malam
itu, saat lagi nonton, saya sempet gemes sama pertanyaan tentang bandara di
Singapura itu. Lupa sih pertanyaannya gimana. Apa nanyain Changi-nya atau
nanyain dimana letak Changi Airport. Gemes, soalnya itu ada di monopoli. Buat yang
masa kecilnya, atau pernah and sering banget maen monopoli. Pasti tau (kan)? Ayolah,
itu pertanyaan gampang. Tapi gak ada yang tau (walau akhirnya terjawab juga). Hem… gak maen monopoli dia.
Saya
jadi mikir ternyata ada gunanya juga monopoli. Jadi tau lah negara-negara di
empat benus. Gara-gara monopoli, jadi tau apa itu hipotek. Sekarang masih ada
gak ya yang maen monopoli? Pas aku kecil, seringnya bukan maen. Sampe ilang,
sampe rusak, sampe duit-duitannya berkurang, sampe lusuh papannya. Kalo udah
gitu, ya beli lagi. Sampe ngerasa kok sekarang papannya lebih kecil, ya? Ato sayanya
aja yang makin gede, yah? Hehe….
Siang, ngantuk, ditambah mata kuliah mantep. Di depan kelas,
dosen kami lagi nerangin mata kuliah penting dalam teknik sipil: mekanika
rekayasa/mekanika teknik. Dosen kami sedang menjelaskan tentang gaya statis. Lupa
sih tentang momen atau gaya. Lantas dosen kami pun bertanya, apakah gayanya (-)
atau (+). Karena gak ada yang jawab, ditanya lah satu-satu. Di kelas kami
hanya ada 11 mahasiswa. Ya, sebelas! Itu pun kalo masuk semuanya. Satu-satu kami
ditanya; ada yang jawab (+), ada yang jawab (-); ada yang asal tebak(sebenernya
asal tebak); ada yang ikut-ikutan mana yang paling banyak. Setelah dihitung-hitung
ternyata kebanyakan jawab (-). Yang jawab (+) cuma sedikit. Dan eng ing eng,
jawaban yang bener yang (+), walau dosen sempet nyindir "paling nebak".
“Bisa
dilihat kan kalo yang mayoritas belum tentu benar. Betul?” ujar dosen kami.
Begitulah kata Pak Dosen yang langsung ‘menyulut’ kami dan secara tidak langsung membuat (yang)
berpikir, kembali berpikir apa yang mayoritas selalu benar? Dari hal sederhana
tadi kita bisa mengambil kesimpulan.
Jadi, apa kesimpulan kalian?
Waktu kecil, pelajaran IPA yang paling kusuka adalah air. Sifat-sifat air dan kandungan air. Satu dekade kemudian, ketertarikanku pada air masih sama.
Saat ini muncul air jenis baru: air kesehatan/air kecantikan—air yang bisa menyembuhkan penyakit. Pernah, kan, baca atau melihat buku tentang air: The True Power of Water, yang kalo air dibekukan, kristal-kristal esnya akan berbentuk sangat cantik. Saking sukanya dengan air, saya berencana masuk jurusan water management di HZ University. Saya baru tahu kalau ada jurusan tentang air. Apakah yang akan saya pelajari hanya air? I don’t know.
Saya harus bersyukur sampai saat ini akses air bersih mudah saya dapatkan. Saya harus bersyukur air yang selama ini saya nikmati begitu segar, bebas besi dan kapur.
Namun, di lain sisi saya begitu sedih. Entah berapa banyak air di rumah yang terbuang. Air bekas bilasan cucian, air bekas mencuci beras dan sayuran, air sisa minuman. Saya ingin tahu, apakah air-air tadi bisa langsung dibuang ke tanah tanpa harus masuk sungai?
Air bekas—kecuali yang mengandung deterjen dan sabun—masih bisa dimanfaatkan. Buat nyiram pohon, buat nyikat kamar mandi(bahkan bisa pake air cucian), buat nyikat carport, dan lain-lain. Atau kalo enggak, air sisa minum, buang aja langsung ke pohon. Air kan harus bertemu dengan tanah dan akar pohon. Di daerah pertanian, air irigasi kadang tidak mencukupi. Sedangkan kita di sini berlimpah air.
Yuk, kita lebih bijak dalam memanfaatkan air, menggunakan air dan membuang air. Minumlah air yang sehat dan cukup dengan kebutuhan tubuh kita.
Aku berusaha membedakan antara impian, ambisi, dan emosi.
Emosi hanyalah keinginan sesaat seperti terpengaruh dari apa yang kita lihat,
dengar dan rasakan. Seperti saat aku begitu menggebu-gebu ingin beli sepatu,
tapi hanya bertahan two weeks. Aku harus tahu apakah yang kuinginkan adalah
emosi atau ambisi. Menjadi dokter, arsitek, punya butik, bisa menjahit, jadi
author, punya galeri sendiri, apakah itu hanya emosi atau ambisi?
Jadi dokter hanyalah emosi sesaat karena begitu aku tidak
bisa mencapainya dan menyerah begitu saja, tidak ada perasaan apapun. Lewat
begitu saja. Apakah jadi dokter hanya emosi sesaat, untuk kesombongan, gengsi,
pride and prejudice? Kalo ambisi, tidak terpengaruh itu semua. Tidak peduli
apapun hasilnya. Murni tanpa apapun.
Berbeda dengan dengan ambisi. Ambisi adalah penyokong mimpi,
impian, yang tidak tergoyahkan oleh faktor apapun, yang dikejar dengan tekun
tanpa henti, yang terus dicoba apapun keadaannya. Ambisi terlihat jelas. Dan
impian adalah titik fokusnya. Ambisiku saat ini hanya dua: author dan Japan.
Apapun yang terjadi, dua hal ini dikejar apapun hasilnya. Tidak seperti emosi,
walau It’s a God-gift-14days. Mesin jait pun nganggur saat aku mulai bosan.
Hanya emosi sesaat. Saat emosi menjadi seorang desainer baju sendiri aku begitu
antusias. Tapi hanya sementara. Lalu mulai lagi dengan kegiatan baru yang lain.
Tapi tidak ada yang tau apakah semua emosi tadi akan menjad ambisi. Sebelum aku
memutuskan sesuatu, aku harus tau apakah itu impian, ambisi atau hanya emosi.
Saat menonton TV, kita begitu terpengaruh, begitu emosional
dengan apa yang kita lihat dan dengar, biasanya hal-hal yang terpengaruh emosi
terbuang di ruang bernama “penyesalan”. Kecuali yang tadinya hanya emosi naik
menjadi ambisi dan merupakan satu dari sekian banyak impian yang ingin kita
capai.
17-11-2014
Sama kayak koper, tempat sampah kalo yang masuknya rapi juga bisa muat banyak. Bayangin kalo baju-baju yang masuk koper kita gak dilipet. Hem… tau sendiri, kan? Terutama yang biasa traveling bawa koper. Tempat sampah juga bisa muat banyak. Caranya gampang. Ikutin step by step di bawah ini.
Note: khusus sampah plastik. Dari yang seukuran permen sampe bungkus ciki ukuran paling gede, sampe bungkus deterjen. Bukan plastik botol atau gelas aqua, apalagi tetrapak. Oke let’s do it!!!
GAMBAR 1
GAMBAR 2
Lipat bungkus plastik. Bisa jadi dua atau tiga bagian.
Seorang teman sempat putus asa dan marah kenapa dia tidak
langsung kuliah setelah lulus SMA. Kenapa dia tidak pernah lulus tes? Walau
lulus satu, tapi dia tidak terlalu menginginkannya. Karena itu dia tidak
terlalu bersemangat untuk mengurus segala keperluan daftar ulang. Dia ingin
masuk kampus kelas A. Mungkin pikiran dan langkahnya saat itu terlalu
terburu-buru. Entah kenapa apa yang dikatakannya sungguh terjadi: “nganggur
setaun”.
Tapi justru setahun inilah dia menemukan banyak cerita.
Alih-alih belajar untuk persiapan tahun depan, dia justru fokus dengan proyek
cerita terbarunya, di samping dia juga merevisi cerita pertamanya.
Seiring bertambahnya pengetahuan dan perubahan dalam menulis
cerita atau novel(mungkin lebih tepatnya perkembangan), ia menemukan begitu
banyak kesalahan dalam buku novel pertamanya(itu baru buku tulis, bukan
buku-cetak-novel sesungguhnya). Kata-kata atau kombinasi kata-kata yang ia
temukan begitu kekanak-kanakan, belum ‘dewasa’. Sangat ‘anak SMP sekali’. Ia
pun merevisi plus menambahkan banyak hal dan penjelasan baru dalam novel
revisinya.
Setelah novel itu selesai direvisi, dia menulis satu cerita
lagi. Ini berdasarkan pengalamannya “menyetir”. Saat menulis cerita ini, gaya
penulisannya terlah berkembang pesat. Kali ini gaya menulisnya benar-benar
lebih riil. Novel ini berjudul “My Instructor”. Cukup tebal jika dijadikan satu
novel.
Belum kelar novel ini, dia memutuskan untuk lebih fokus
belajar. Kali ini dia diterima di salah satu PTN di Bandung. Namun, orang
tuanya justru tidak mengizinkannya jauh dari rumah. Dia marah. Dia menangis,
walau hanya dalam hati. Sekali lagi, dia memendam segalanya sendiri.
Dia tahu alasan kedua orang tuanya tanpa harus dijelaskan.
Tapi karena inilah dia menemukan dunia baru. Dia bertemu teman-teman baru yang
begitu hebat. Sosok-sosok yang tidak akan dia temukan jika dia kuliah di tempat
lain. Di kampus inilah dia belajar bagaimana kampus itu sesungguhnya. Bagaimana
tidak melabeli sesuatu dengan melihat casing-nya atau luarnya. Dan suekali lagi
dia menemkan cerita barunya. Saya tidak habis pikir bagaimana dia menyiapkan
dan membuat hampir sepuluh novel, sedangkan baru empat novel yang dibuatnya.
Sisanya ada di salah satu bagian pikirannya. Ini hanya soal waktu kapan karya
itu keluar.
I really don’t know,
apa saat ini masih banyak yang denger radio? Radio apa masih jadi hiburan utama
selain TV? Sedangkan teknologi begitu berkembang maju ke depan. Dengerin musik bisa
dari playlist di hp. Terus di radio dengerin apa?
For me, radio tetep lebih menarik dibanding acara music di TV.
Terutama untuk lagu-lagu Barat-nya. Biasanya promo song baru lewat radio. Radio
adalah cara paling mudah promo lagu. Iya gak, sih?
Apalagi TV-TV kita kan gak ada yang show music Barat. So,
kita bisa dengan mudah tau new lyrist song dari artis Barat dibanding TV. Mungkin
kebanyakan orang tau song-song baru dari temen ke temen. Oh ini toh yang lagi
tren. Baru deh(kalo good listening) yah download or minta sama temen yang
punya.
Tiga tipe orang yg denger song:
- Dia tau dari radio atau emang update banget dan termasuk pemerhati music and song. Jadi pasti download lewat situs resmi.
- Tau dari temen, download dewek dari situs antah berantah.
- Nunggu song new. Kalo ada yang good, minta sama temen. Bukan orang yang suka bersusah payah buat nyari.
- Tambahan, paksaan dari temen kalo lagu ini enak, nih!
One again, for me radio is important. Maybe, kalo gua diluar
negeri, gua streaming radio-radio Indonesia, kayak mustang, jakfm, etc… hehe….
She’s the real queen. Umi sama seperti ibu pada umumnya. Tapi tetap saja bagi seorang anak ibunya istimewa. So do I.
Dia seperti ratu. Sangat menjaga sikap dan ucapannya. Umi makan dengan pelan dan hati-hati. Sangat menjaga apa yang masuk ke dalam tubuhnya. Sudah tidak makan di atas maghrib. Sudah tidak makan daging, kecuali telur. Paling suka sayur bening dan lalaban, juga ikan. Sudah tidak tertarik dengan cake, kecuali nyoba segigit. Selalu berusaha tidak berisik: saat menutup pintu, menutup magic jar, mencuci piring, saat di dapur, saat naik ke atas kasur. Sangat berusaha menjaga keharmonisan antar tetangga. Umi tidak suka keributan, walau dia juga menyadari tidak mungkin tidak ada gesekan antar tetangga, dalam rumah tangga, dalam keluarga, antar sodara, antar anak, dan dengan suami.
Umi adalah tulang punggung keluarga. Umi tidak suka melihat hal yang tidak benar, juga mendengar yang tidak benar. Umi mempercayai apa yang didengar dan semakin percaya saat melihat.
Umi sangat lembut. Umi menjaga rahasia keluarganya dengan sangat baik. Umi mengajari anaknya untuk prihatin saat keadaan keluarga tidak menguntungkan. Umi tidak suka mengeluh. Umi sangat menghargai waktu. Umi mendidik anaknya untuk menjadi orang yang berguna. Berharap sempurna untuk segala hal. Umi tidak suka hal yang sia-sia. Umi sangat pemikir dalam hal uang. Sangat berhati-hati saat mengeluarkan uang. Umi sekarang suka nonton TV. Padahal dulu pas lagi sibuk-sibuknya nyalain tipi aja gak pernah. Umi bahkan lebih tau stand up comedy, siapa saja komika, dibanding anaknya.
Umi begitu mudah sedih dan tersentuh. Begitu mudah memaafkan. Saat Umi tidak suka akan satu hal, umi akan tetap tidak suka. Pendirian umi bisa begitu teguh dan tidak mudah terpengaruh orang lain. Tapi umi juga mudah menerima pendapat orang lain saat dia membutuhkannya. Umi selalu tersenyum saat bertemu siapapun. Begitu mudah lelah. Selalu bekerja. Tidak peduli malam. Umi awet muda. Diumurnya yang sudah lebih setengah abad, begitu sehat, terlihat seperti berumur 40-an.
Umi selalu mewujudkan keinginannya. Bahkan kalau itu hanya mengubah posisi kasur. Kalo belom terlaksana, walau sudah lewat sebulan, Umi tidak akan bosan untuk menyuruh kami.
That’s my Mom… karena itu Umi mendidikku seperti seorang putri. Tidak boleh makan bunyi, tidak boleh bunyi sendok dan piring, tidak boleh minum bunyi “glek-glek” dan buru-buru. Tidak boleh membanting pintu, tidak boleh ribut suara peralatan dapur. Saat masak, usahakan setenang mungkin. Tidur harus telentang. Duduk usahakan tegak. Menulis tegak. Baca tidak boleh di tempat gelap dan harus 25 cm. Tidur tidak boleh malam. Hp tidak boleh dibaca sambil tiduran. Mandi tidak boleh jebar-jebur. Pakaian keluar harus rapi.
Saat aku kecil, kami terbiasa dengan tiga jenis baju: baju main, baju jalan-jalan dan baju tidur. Tidak boleh bersikap seperti laki-laki. Begitu juga sebaliknya. Tidak boleh bicara kasar dengan yang muda dan tua. Kalo dipanggil menyahut dengan: “saya…”. Harus menulis pengeluaran untuk apa aja.
Umi sangat bersih. Setiap yang datang ke rumah pasti selalu menganggap rumah kami rapi. Tapi menurut Umi masih berantakan. Umi tidak suka debu, alergi debu. Debu sedikit apapun harus bersih. Kebersihan adalah segalanya. Tidak ada panci atau kuali yang pantatnya gosong. Semua cling. Umi sangat bersih dengan noda. Pantang menyerah dalam menghilangkan noda. Umi sangat sensitive dengan ketidakbersihan.
you know, she's my mom...
Ada berapa kali kalian melihat kertas dalam kehidupan sehari-hari? Abis dari alfa dikasih bon, dari supermarket dikasih bon. Beli baju dapet bon, beli makan di resto, dapet bon. Ulangan pake kertas. Ngeprint. Fotokopi, buku-buku dan masih banyak lagi.
Mengolah sampah di rumah
Rumah adalah tempat terkecil di sekitar kita. Tempat yang membatasi kita dengan dunia di luar sana. Tapi dari rumah lah sampah banyak berasal. Seperti kita tahu, selalu ada output dari input. Apa itu sedikit, tapi outputnya banyak atau sebaliknya. Kita bisa saja tidak terlalu memperhatikan sampah. Karena kita lebih mementingkan apa yang dilihat orang lain dari penampilan kita.
Tempat sampah umumnya ada di dapur atau mungkin kita punya tempat sampah sendiri di kamar. Tapi tempat sampah yang paling kotor adalah dapur. Kalian tentu tau sampah organik dan anorganik. Yang pasti sampah organik adalah sampah yang bisa diurai oleh alam, yang sangat mudah membusuk.
Penting loh memisahkan mana sampah organik dan anorganik. Setidaknya kita punya dua tempat sampah. Jadi pas tukang sampah mau ambil sampah, dia gampang misahinnya. Karena kita jarang di rumah dan melihat ibu atau pembantu kita masak, ada baiknya kita ngasih tau mereka untuk memisahkan sampah. Syukur-syukur keluarga kalian udah lama menerapkan pembuangan sampah kayak gitu.
Batang sayur, kulit bawang, bekas kerikan jahe, nasi yang udah gak ke makan, tulangan ikan dan ayam, dan masih banyak lagi sampah organik yg bisa dijadiin penyubur tanah alias pupuk atau kalau pun gak jadi pupuk, yah langsung diurai alam tanpa harus dibakar(nanti saya akan membuat tulisan tentang membakar sampah).
Nah, untuk sampah anorganik, kita harus memisahkannya lagi jadi:
- Kertas-kertas
Mau itu kardus coklat bekas aqua, kardus susu, pokok yang ada unsur kertasnya.
- Plastik-plastik
Apakah itu gelas plastik aqua, botol-botol, jepitan, gantungan baju, maenan, pokoknya yang bentukannya dari palstik deh. Tapi buat kantong kresek gak masuk yah. Pisahin.
- Kaca-kaca
Pastinya bekas kaca yang pecah, atau jendela pecah, cermin. Kaca deh namanya.
- Kaleng-kaleng
Pasti yang ada unsur logamnya. Kumpulin aja jadi satu. Kayak panci bolong, bekas kaleng minuman, bekas tutup selai dan sebagainya yang kalian tahu. Paku, baut gak da temennya, kawat, juga bisa masuk di kategori ini.
- Kain-kain
Secara umum yah pakaian yang udah gak kepake.
- Barang elektronik
Kabel bekas casan laptop dan hape, rolan/terminal gak kepake, kepala casan, pokoknya temennya barang yang berhubungan ama listrik lah.
- Kayu-kayu
Bisa maenan kayu-kayuan, furniture kayu, sendok kayu. Dan lain-lain.
Kalo kayak gitu kita gampang ngasihnya ke tukang beling. Kalo kalian gak mo repot misahin kayak yang di atas, bagia dua aja:sampah organik dan anorganik.
Ingat yah, jangan kecampur karena alam hanya mengurai yang dari alam. ^_^
Pernah gak kepikiran untuk mendaur satu barang yg gak boleh ketinggalan dari tangan kita? Kalo udah ketinggalan atau gak kepegang atau yang paling parah lost in jalan, wah, wah,, udah kalang kabut gak tentu arah.
Pasti belum banyak yang tau tentang daur ulang hp. Paling-paling kita Cuma tau hp lama ganti hp baru atau tuker-tambah demi dapet hp terbaru atau yang paling kita incer tahun itu. Tapi gimana kalo di rumah kita banyak hp-hp gak kepake. Entah itu karena rusak, karena udah bosen, atau karena dapet ‘sumbangan’ hp dr orang padahal kita gak butuh. Kebanyakan dari kita pasti akan membuangnya ke tempat sampah. Kecil kemungkinan menjualnya.
Di Indonesia hp matot aja masih bisa dapet 50rb. Gak tau deh ama abang konternya mo diapain. Yg penting kita dapet uang and gak da hape nganggur yg menyesakkan isi rumah kita. Yang pasti gak da yg rugi. Si abang konter juga untung. Kitanya aja yg gak tau kelanjutan dari hp bekas kita.
Di luar negeri, daur ulang hape sudah mulai dilakukan karena keuntungannya juga besar(tapi jangan tanya dulu berapa harga jualnya). Kita tentu tau secara umum ponsel kita terdiri dari: a. Plastik; b. Logam-logam; dan c. Kaca. Ada juga yang pake karet. Tapi secara umum seperti yg sudah saya sebutkan tadi. Tiga komponen tadi pasti gak langsung diolah alam. Beda sama daon-daon. Kalau pun akan hancur, pasti akan membutuhkan waktu ratusan tahun atau lebih. Karena itu kita harus bijak saat membuang hp. Untuk negara berkembang seperti kita, ada kok yang mau nerima hp-hp plus aksesorisnya yg udah gak kepake, kayak nokia. Perusahaan ini udah lama punya program recycle hp, walau hanya sebatas hp nokia aja. Buat kalian yg punya hape nokia yg bisa buat nimpuk kucing, coba aja dateng ke nokia care terdekat. Atau buka websitenya n cari halaman “recycle”. Perusahaan lain yang mendaur ulang hp, ada bakrie telecom.
Nah, apa sih untungnya dari daur ulang hp? Banyak kawan…‼‼! Yang pasti gak rugi deh. Segala aksesoris hp, mo itu chargeran-nya, casingnya, baterenya, headsetnya, semua bisa di daur ulang. Tinggal gimana kitanya aja yg mau gerak dikit.
Kita mungkin terlihat seperti peduli dengan orang lain dan lingkungan, tpi kenyataannya kita hanya peduli pada orang di sekitarnya kita yang kita kenal baik. Bisa saja kita tidak akrab dengan tetangga sebelah, padahal ada di sekitar kita. Nah, gimana kita mau peduli lingkungan, apalagi alam kalo sama orang di sekitar aja kayak gitu?
Ingat kawan, kita hidup di jaman plastik, bukan jaman daon pisang, yg abis dipake dibuang dan diurai oleh alam. Alam hanya mengurai benda yang berasal dari alam. Kalo buatan manusia? Yah manusia yang harus mengolahnya kembali.
Tulisan berikutnya saya akan mengulas sedikit tentang hasil tambang dari barang bekas yang lebih menguntung dibanding mengambil dari pertambangan alam.
See ya… ^_^
Langganan:
Postingan
(
Atom
)