Journey of My Life

seputar catatan yang katanya jurnal

  • Home
Home Archive for 2021
Isi tugas yang satu ini sudah seperti membuat rencana masa depan. Kalau dipikir-pikir, iya juga, ya. Hampir banyak hal dari hidup kita dimulai dari rumah, dari keluarga. Kalau dari rumah aja udah beres, udah rapi, dan teratur, Insya Allah hidupnya juga, kan?
Sebelum mulai baca, bismillah dulu, yuk! Semoga bisa jadi bacaan yang penuh manfaat.

Bagian pertama dari tugas ini adalah impian. Apa impian yang ingin kita wujudkan dalam waktu dekat atau nanti beberapa tahun lagi? 
Impianku sama seperti kebanyakan muslim lain: masuk surga dan beberes ini jadi salah satu cabang menuju impian tadi. Apalagi keluarga dan rumah adalah awal dari jalan panjang menuju surga. Punya suasana rumah yang memberikan ketenangan pada penghuninya, tempat berisitirahat dan berkumpul jadi salah satu hal penting menuju baitii jannatii. Rumah yang sesuai fungsinya, bersih, rapi, ada halaman, sirkulasi udara dan cahaya bagus. Tidak terlalu besar, kecil, dan cukup menunjang hidup penghuninya. Dari rumah akan berefek pada kehidupan harian keluarga. Punya keluarga yang sesuai sunnah, bermanhaj salaf, cukup secara finansial, dan hidup sederhana.

Kedua, rumahku sekarang. Awalnya rumah orang tuaku sangat-sangat nyaman, tidak banyak barang, hampir free visual clutter, dan sampah selalu dipilah dua antara organik dan anorganik. Tapi lama-kelamaan, perabot rumah seperti sofa, kasur ukuran queen, lemari pakaian dan piring, juga boks susun, memenuhi rumah. Belum lagi adik-adikku yang kembali dari pondok pesantren membawa kardus dan boks berisi buku.
Aku yang semula tidak terlalu memperhatikan dan hanya fokus pada urusan bebersih rumah tangga, jadi memikirkan bagaimana caranya agar rumah bisa tetap lega. Belum lagi beberapa titik bocor di bagian rumah dan kusen jendela yang sudah lapuk. Selain itu kamar tambahan yang dibuat beberapa tahun lalu membuat rumah menjadi semakin gelap dan sempit. Akhirnya, ada ruang mati dan area laundry yang semula taman dan tempat sirkulasi udara, akhirnya jadi pengap karena ditutup kanopi dan dijadikan ruangan tambaha. 
Ibuku selalu mengatakan kalau rumahnya kecil, tapi itu lebih karena banyak perabot ukuran besar dan penataannya yang kurang tepat. Beberapa kali ibuku mengeluh rumah yang banyak clutter visual (aku baru sadar kalau ibuku sosok yang suka rumah free visual clutter) dan memintaku untuk mengaturnya. Walau kami sekeluarga rapi dan cinta kebersihan, tapi karena standar kami berbeda-beda, rumah bisa terlihat sudah cukup rapi dan tertata untuk satu mata, tapi tidak mata yang lain.

Ketiga, tujuanku berbenah: meringankan diri dari beban pekerjaan rumah yang banyak dan tidak ada habisnya. Kita hanya punya dua tangan, waktu 24 jam, dan juga bekerja di luar rumah lima hari. Setelah sempat stress dan beberapa kali menangis (apalagi kalo nikah dan jadi ibu), aku mulai putar otak. Pekerjaan rumah tangga tidak hanya sebatas cuci baju-piring, nyapu, ngepel, gosok dan masak. Apalagi kedua orang tuaku sangat perfeksionis dengan kebersihan (dengan standar yang berbeda-beda), debu jadi pekerjaan tambahan. Belum lagi mencuci hordeng, melap kaca, nyapu halaman, ngepel teras (yang semula carport). Aku berusaha meringkas pekerjaan, tapi tidak mengurangi hasilnya: kebersihan dan kerapian. Tujuan berikutnya: menjadikan rumah rapi dan tidak ada barang atau apapun jenisnya yang berakhir mubazir. Tidak dipakai, tidak dibaca, tidak disentuh. Dan tentu menjadikan rumah bukan penambah stres penghuninya. 

Keempat, motivasi. Kalau ditanya apa motivasiku, penggerak utamanya adalah waktu, tenaga, dan pikiran.
Setelah hampir sewindu berjibaku dengan segala barang dan isi rumah, aku menyadari betapa waktuku hanya untuk bersih-bersih. Dan banyaknya barang sebanding dengan banyaknya waktu, uang dan perhatian(tenaga) yang harus disisihkan. Padahal masih banyak amanah lain yang tidak hanya sebatas berhubungan dengan materi. Apalagi kalau apa yang sudah kulakukan tidak sesuai standar penghuni rumah lain (ini pernah kuutarakan pada ibuku agar beliau mengerti). Rasa tertekan karena selalu salah harus dibuang, disingkirkan. Walau saat ini masih sendiri dan bertanggung jawab penuh memegang urusan rumah tangga, tapi aku ingin agar melakukan itu semua tanpa harus mengorbankan dan menyingkirkan banyak hal. Karena suatu saat aku tahu, aku akan jadi istri, jadi ibu, dan ingin memberikan segalanya pada mereka. Rumah yang nyaman, saling membantu dalam kebaikan, dan memberikan manfaat untuk jangka panjang. 

Kelima, urutan berbenahku. Di bawah ini adalah rencana berbenah rumah kami yang sengaja kubuat sampai berbulan-bulan. Yang paling sebentar waktunya tentu karena paling mudah dan tidak banyak barang yang harus diatur atau dikeluarkan atau dibersihkan. Yang paling lama, selain karena tiga faktor tadi, juga karena alasana emosional dan area yang tidak mudah aku sentuh dan seenaknya saja kuatur ini-itu. Yang diluar area pribadiku atau area anak, pasti akan lama untuk dibenahi. Mengingat ini rumah orang tua dan bukan hanya aku seorang yang tinggal. Aku sangat menghormati barang milik orang lain dan tidak bisa semudah itu mengatakan kalau barang A tidak dipakai. Selama ini, aku hanya akan membersihkan dan menjaganya tetap rapi selama penghuni rumah tidak risih dan baik-baik saja dengan keadaan di dalamnya.

Keenam, jadwal berbenahku. Seperti inilah jadwal harianku sejak setahun ini (karena sudah mulai masuk kantor lagi).
Sama seperti pekerja lain, Sabtu dan Ahad adalah waktu beristirahat yang berarti bisa beberes rumah full. Di hari lain, seperti Senin dan Rabu, aku bekerja penuh dari jam 9 siang ke 9 malam. Kamis hanya sampai jam 5. Sisa hari kerja lain, diisi ngelesin ada yang dari ashar sampai maghrib, ada yang hanya sampai jam 5. Nah, di hari kerja ini biasanya aku mencicil pekerjaan ringan dan sebentar agar diakhir pekan tidak kelelahan fisik dan pikiran.
Disela-sela mencuci pakaian, biasa sambil Nyambi memilah sampah, mencuci kantong plastik, kadang mengepel, dan membersihkan area laundry. Untuk berbenah skala besar aku lakukan saat sedang haidh. Jadi, tidak terpotong waktu sholat.

Ketujuh, aku siapa bahan dan alat apa saja untuk berbenah. Berikut tabelnya:

Untuk setiap alat dan bahan, pakai saja apa yang ada di rumah. Aku berusaha tidak membeli alat baru atau barang baru dalam proses berbenah selama ini. Karena bagiku apa yang ada sudah sangat cukup. Untuk barang yang perlu disimpan saat berbenah nanti, aku biasanya putar otak bagaimana caranya muat di lemari perabot atau boks susun yang ada.

Kedelapan, kriteria seleksi barang-barang di rumah meliputi: 
barang/perabot tidak terpakai
barang/perabot rusak
barang kenangan/souvenir/hiasan
pakaian rusak/belel dan tidak terpakai
buku lama
pretelan kerajinan tangan/barang handcraft
barang elektronik rusak
sepatu dan sandal rusak
sampah B3
sampah rumah tangga

Alhamdulillah untuk semua barang yang memenuhi kriteria di atas akan keluar rumah ke tempat yang bertanggung jawab mengolahnya atau diberikan kepada yang mau/butuh.

Terakhir, bila tidak terpilih, maka barang-barang ini akan dipisahkan dan disimpan sementara waktu (maksimal sebulan) sambil tetap mencari jalan untuk dikeluarkan dari rumah, tapi tidak menjadi sampah dan beban lingkungan.

Itulah rencana panjang berbenahku bersama program Gemari Pratama ke 6 ini. Semoga kalian juga jadi punya rencana untuk beberes demi rumah yang rapi, aman, dan sehat. Tentu juga membawa kebaikan bagi penghuninya. Jazakallah sudah membaca.

 

Alhamdulillah pekan ini masih bisa melanjutkan tugas Gemari Pratama. Di pekan terakhir bulan November tahun ini, tugas Gemari Pratama berikutnya berhubungan dengan safety home. Keamanan rumah di sini berhubungan dengan isi rumah yang bebas kecelakaan dan aman. Yuk, kita kulik satu per satu per ruangan yang ada di rumah orang tuaku yang isinya orang dewasa (hanya sesekali ada cucu dan anak kecil bermain).

1.       Ruang Tamu

Kondisi ruang tamu di rumah kami pernah sekali waktu langit-langitnya turun di bagian yang mendekati pintu kea rah area cuci dan jemur. Dan sudah diperbaiki. Untuk saat ini kondisi langit-langit yang terhubung dari ruang tamu sampai dapur boleh dibilang sedikit mengkhawatirkan. Walaupun bukan rumah lama, tapi sudah berumur lebih dari satu dekade dan mengingat bagaimana kualitas rumah saat ini yang tidak untuk bertahan puluhan atau sampai seabad, beberapa bagian langit-langit bisa saja ambrol jika tidak dicek berkala.  Tapi setidaknya untuk saat ini masih aman dan bisa bertahan. Untuk rencana perbaikan, orang tuaku sudah sudah merencanakannya. Tinggal menunggu kapan bisa dieksekusi yang kisarannya bisa sampai di atas setengah juga mengingat langit-langit yang dipasang saling terhubung dengan ruangan lain.

2.       Kamar Tidur 1 & 2

Ada dua kamar tidur di rumah kami. Satu kamar orang tua dalam kondisi baik dan kamar anak dalam kondisi setengah baik. Ada dua titik bocor dan rembesan di kamar anak. Untuk langit-langit masih aman kondisinya. Tidak ada barang yang bisa menyebabkan kecelakaan di kemudian hari. Pintu yang kusennya sudah keropos pun sudah diterpaiki karena kondisi darurat saat itu. Tinggal kusen jendela yang rusak dan kacanya bisa sewaktu-waktu jatuh atau terlepas dari kusennya. Saat ini baru dipasang penyangga sementara.

3.       Dapur

Kita pindah ke dapur yang keamanannya sangat harus diperhatikan. Karena dapur tempat api dan gas berkumpul, penghuni rumah harus berhati-hati jika sudah mencium bau gas dan saat memasang gas. Selain itu, langit-langit yang bocor juga menjadi perhatian; tikus-tikus yang di malam hari aktiff; dan cicak yang buang kotoran sembarangan. Untuk saat ini jika sudah malam, semua makan sisa akan masuk ke kulkas atau dihangatkan di magic jar. Wadah air atau panci harus ditutup. Perabot dapur yang jarang dipakai disimpan di lemari lain di ruang tamu dan disimpan di atas lemari dapur.

4.       Kamar Mandi 1 & 2

Ada dua kamar mandi di rumah, satu di dalam kamar orang tua dan satu di samping kamar anak. Langit-langit masih menjadi isu di rumah kami. Bukan karena akan turun posisinya, tapi karena bagian kapur pelapisnya sudah mulai rontok. Kedua kamar mandi sama-sama bocor di satu titik, bedanya di kamar mandi orang tua ada rembesan. Untuk urusan kebersihan kamar mandi, karena punya orang tua yang perfeksionis untuk urusan kebersihan dan hieginitas, kamar mandi harus rutin dibersihkan. Dan untuk isinya, kamar mandi anak yang WC jongkok tidak banyak barang. Beda dengan kamar mandi satunya yang WC duduk, cermin di dalamnya sudah longgar bagian pegangannya. Jika tidak ada penyangga seperti meja keramik kecil di bawahnya, cermin bisa saja jatuh.

5.       Area Cuci dan Jemur

Di area ini, berkumpul mesin cuci, mesin air, rak sepatu, tabung gas biru, dan kardus-kardus berisi pilahan sampah rumah tangga. Sebagai tempat yang bocornya paling parah (harus diserok airnya di lantai dan hampir di setiap sudut area), perlu berhati-hati saat melewati lantai area ini saat berjalan ke dapur. Beberapakali saya hampir terpeleset dan anak tetangga yang sedang main jatuh terduduk. Belum lagi kanopi di atasnya yang bisa saja ambruk karena kayu tempatnya bertumpu (kayu langit-langit dan penyangga genting) sudah keropos. Aslinya area ini adalah halaman belakang, lalu berubah jadi area cuci.

 

Secara umum, tidak ada banyak barang yang membahayakan atau kemungkinan jatuh dari tempat yang tinggi. Barang-barang yang jarang dipakai dan agak berbahaya, seperti pisau dan golok, sudah disimpan di tempat yang aman. Anak-anak tidak mudah membuka lemari di rumah dan jarang bermain sampai ke dapur atau kamar orang tua. Yang menjadi perhatian adalah langit-langit rumah yang bocor dan kusen pintu dan jendela yang mulai keropos, juga lantai rumah yang misalnya ketumpahan air atau basah.


Tugas kedua ini adalah rangkuman secara garis besar apa itu Gemar Rapi, metodenya, karakteristiknya dan pilar-pilar yang membuatnya berbeda dengan metode bersih-bersih lain.

Metode gemar rapi bisa dibilang cara bebenah yang Indonesia banget, yang berdasarkan karakteristik orang kita. Tidak terlalu kaku dan bisa dimulai dari hal yang ingin kita lakukan. Gemar Rapi tidak hanya sebatas bebersih rumah atau menata barang, tapi juga mencakup bagaimana menerapkan kebiasaan baik, kenyamanan bersama, kesehatan diri dan lingkungan, juga keamanan penghuni rumah.

Ada 5 metode Gemar Rapi yang diterapkan agar tercipta rumah yang rapi dan teratur.

1.    Pembentukan mindset, pendekatan spiritual, dan perubahan habit.

2.    Personalized, potensi individu, dan ramah anak.

3.    Faktor kesehatan dan menghargai perasaan.

4.    Safety first, aman kondisi, dan aman perbuatan.

5.    Sustainable, rumah ramah alam, less waste, dan tidak konsumtif.

 

Setelah metode, Gemar Rapi punya prinsip RASA

R Rapi dan teratur

A Aman dan nyaman

S Sehat dan bersih

A Alami dan berkelanjutan


 

 

Terakhir, ada 8 pilar Gemar Rapi:

1.    Dilakukan oleh pemilik barang

2.    Penguatan mindset sebagai pondasi awal

3.    Perubahan kebiasaan sebagai tujuan

4.    Pengurangan barang dengan prinsip Lagom (decluttering)

5.     Menyesuaikan kondisi individu

6.     RASA sebagai prinsip

7.    Memenuhi standar safety dan hygiene

8.    Tidak mencemari lingkungan

 

Kesemua hal ini—metode, prinsip dan pilar Gemar Rapi—perlu diterapkan selangkah demi selangkah agar terwujud keadaan rumah yang sesuai idaman. Karena diri setiap manusia unik, metode ini sangat cocok untuk yang sudah terbiasa dengan cara bebenah yang diajarkan nenek sejak kecil dan bisa dimulai dari yang menurut kita paling penting atau paling mudah. Kita bisa mengatur kapan waktu untuk bebenah dan decluterring sesuai dengan keadaan dan kondisi.

Dibanding beberapa metode bebenah lain, Gemar Rapi sangat memperhatikan faktor keamanan dan bagaimana efeknya pada lingkungan. Sepertinya tidak adil jika rumah kita bersih dan nyaman, tapi malah membebani dan mencemari lingkungan. Jadi, sambil bebenah ala Gemar Rapi, kita juga akan menjadi lebih sedikit menghasilkan sampah, belajar memilahnya, dan tidak perlu harus membeli tempat penyimpanan demi rumah yang free visual clutter.


3. Mindset Gemar Rapi yang ingin ditumbuhkan selama kelas Gemari Pratama: tentu siapa pun yang ingin terus tumbuh dan berkembang akan lebih memilih growth mindset. Itulah yang akan tetap aku pilih. Dulu, sekarang, dan seterusnya.

4. Prioritas utama hidupku saat ini : 
- menambah terus keimanan pada qodo dan qodar-Nya
- berusaha membayar hutang keluarga satu demi satu
- berhenti menyalahkan diri sendiri dan tidak mudah tertekan
- memperibaiki diri dan yakin akan menikah

Dari tugas ini dan tentu setelah membaca materi sebelumnya, lagi-lagi diingatkan kalau kita semua punya masanya masing-masing. Kita semua berada di jalan yang kita buat dan akan dilalui sendiri. Musim apa yang sedang kita alami tidak akan sama dengan yang lain. Cermin yang kita miliki akan berbeda dengan yang lain. 
Kadang hanya karena tidak terlihat melakukan apapun bukan berarti sama sekali tidak mengerjakan. Kadang hanya karena diam saja bukan berarti pasif. Kadang karena segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana, tidak berarti salah dan gagal total. Hanya melihat satu sisi bisa jadi kerugian besar. Padahal setiap manusia tidak seperti garis lurus dan bangun datar. Banyak sisi-sisi yang harus dilihat sebelum menghakimi perilaku dan sikap seseorang. Bahkan sekedar buruk sangka pun bukan hal yang baik. Tapi prasangka demi prasangka lebih mudah memutarbalikkan kenyataan yang tidak pernah terlihat langsung oleh mata. Mata dan diri ini kadang lebih ingin menjadi CCTV demi sebuah kepuasaan dan bukti akan kepastian prasangka yang dibuat-buat.
Stop, berhenti berpikir seperti itu. Ada lebih banyak nikmat Allah yang perlu kita syukuri. Ada begitu banyak hal yang bisa kita lakukan. Tidak peduli kecil, sepele, ataupun besar karena kita tidak tahu mana yang akan menjadi tabungan kebaikan tak terduga.
Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca catatan tugas ini. Ke depannya, akan ada banyak tugas lagi sambil tetap pelan-pelan menyelesaikan beberapa PR yang menumpuk. Barakallah fiikum. Semoga Allah memberikan kita banyak kesempatan untuk selalu berbuat baik.
Tulisan kali ini merupakan bagian terakhir dari rangkaian tulisan kemarin yang berisi seputar sampah dan turunannya.
Kalau dilihat (dibaca) seakan semuanya nampak sempurna; sampah dipilah dan diserahkan ke tempat yang bertanggung jawab. Berusaha mengurangi pemakaian plastik sekali pakai; selalu menghabiskan setiap isi produk kamar mandi, makanan, dan produk pembersih lainnya; mengatur isi lemari; dan memperbaiki barang rusak. Tapi kenyataannya PR-ku masih banyak, masih jauh dari minim sampah, masih jauh dari kata efektif dan efisien. PR-ku masih bertumpuk. Belum bisa mengatur waktu, masih sibuk sama urusan receh.
PR-PR yang belum selesai ini sepertinya akan memperpanjang masa training-ku mengatur dan membersihkan rumah dari kotoran dan sampah. Dan sebagai efek sampingnya, beberapa kesenangan dan kesempatan harus ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan. Semua PR yang sengaja atau tidak muncul ini harus selesai satu per satu sebelum muncul PR-PR lain yang tak terduga. Kecuali beberapa hal baku. Kita tetap akan mencuci piring selama masih makan, kan? Kalau mengatur rumah sama halnya dengan sertifikat memasak bergelar chef, apa orang-orang akan senang jika menyebut kegiatan mereka 'bersih-bersih rumah'?
Karena kita hidup di era pekerjaan adalah bagian dari status sosial, tidak heran aku sempat minder dengan banyak hal. Salah satunya: beberes rumah. Tidak ada yang menarik dan bisa dibanggakan dari menceritakan bagaimana gosok baju dan mencuci piring. Kegiatan yang (sepertinya) membosankan ini tidak menarik untuk dibagi sesama teman yang bekerja. Bahkan ke teman yang sudah menikah. Kesibukanku bukan sibuk karena terikat pekerjaan 'resmi' di suatu tempat, tapi bukan juga terikat perjanjian dengan pihak kedua. Tidak ada yang menarik dari anak rumah tangga. Tapi setelah melewati masa akhir umur 20-an, ternyata tidak seburuk itu. Lagipula, setiap orang punya cara dan pengalaman sendiri untuk urusan rumah. Inget ucapan mantan bos kalo nyapu itu keterampilan dasar. 
Balik lagi, PR-ku masih banyak. Masih banyak melakukan hal yg sia-sia. Sebelum muncul tanggung jawab berikutnya, tanggung jawab tadi harus lulus(minimal A). Seperti kata pepatah, practice makes perfect. Dan yang paling penting belajar untuk tidak merugikan diri sendiri, orang lain (masih payah untuk urusan dua ini), biotik, dan abiotik.
I do love earth, nature, water, air, tree. It's really sad if the trees are cut down. They deserve to live. If a little ant is passing by, just let it cross it path. It works collecting their barn for the rainy season maybe:)
Sebagai penutup, terima kasih sudah menyisihkan waktunya yang berharga untuk membaca buih-buih pengalaman memilah sampah dan turunannya yang masih berantakan.
Sampai bertemu di tulisan berikutnya.

(hamba Allah yang buruk hafalannya, bukanlah orang yang mutqin, bukan pula orang yang bertaqwa, semoga Allah mengampuninya)
Bismillah, lanjutan tulisan sebelumnya. Setelah memilah sampah, hal yang penting dilakukan berhubungan dengan barang yang berpotensi menjadi sampah adalah "pakai sampai habis" dan "pakai sampai rusak".
Ada satu iklan yang berefek bagiku sampai sekarang (kalimat lain yang mempengaruhi hidupku). Waktu kecil ada iklan susu Dancow yang lirik lagunya berbunyi "sampai tetes terakhir". Sejak saat itu aku hampir tidak pernah menyisakan setetes pun susu di dasar mug. Dan hal ini secara tidak langsung diterapkan pada banyak produk berbentuk liquid/cairan dan padat. Karena melihat Ummi dari kecil tidak pernah menyisakan makanan, maka anak-anaknya pun melakukan hal yang sama. Tidak boleh menyia-nyiakan makanan.
Sampai-sampai ada tetangga yang rajin banget kirim makanan ke rumah karena tahu apa yang mereka berikan pasti habis. Bahkan adikku menyebut orang rumah 'dementor'. Ibaratnya di rumah berlaku hukum rimba. Siapa cepat, dia dapat. Apalagi kalau makanannya enak. Kadang juga kami dapat kiriman makanan dari rumah nenekku di RT sebelah karena tahu memasaka adalah hal termewah di rumah. Selain makanan dan minuman, dari Ummi juga aku selalu membuka tube pasta gigi yang sudah habis. Lumayan sisa isinya yang sulit untuk ditekan keluar tube bisa digunakan untuk tiga harian. Atau membuka tube BB cream misalnya.
Berbagai produk di dalam botol juga mendapat perlakukan serupa. Seperti isi sampo yang tersisa sedikit, tambah air agar botolnya bersih saat masuk ke tempat sampah plastik botol.
Untuk "pakai sampai rusak', perbaiki barang sesegera mungkin. Apapun itu kalau masih bisa diperbaiki, segera lakukan sampai fungsinya habis. Membuang barang karena rusak/cacat satu titik bisa menambah sampah di luar sana. Nah, salah satu alternatifnya kalau emang sudah tidak mau dipakai bisa diberikan ke orang lain. Ada satu grup WA yang Insya Allah berfaedah. Namanya "Saling Beri". Grup berbagi ini di bawah naungan komunitas Gemar Rapi. Dari grup ini aku sudah dapat gamis, rok, paket perawatan badan untuk bayi, termasuk cadar.
Karena sudah hampir setahun bertahan di dalam rumah, kesibukanku lebih banyak mengatur bagaimana isi rumah yang selama ini tertunda. Setelah beberapa tahun ke belakang mengurangi barang dan menyicil atur barang pribadi, sekarang atur barang di dalam rumah. Mulai dari isi lemari, bagaimana agar barang yang dicari mudah dilihat, diambil, dan tetap rapi (thanks or konmari method). Lalu atur barang dan perabotan yang jarang dipakai. Terutama pertengahan tahun kemarin, dapur jadi sasaran. Banyak barang terbuka di dapur berarti mengundang tikus lebih aktif (pengalaman di rumahku, yah). Dari dapur beralih ke kamar orang tuaku. Sayangnya tidak bisa melakukan proses jaga-lepas barang. Terlalu banyak yang harus disimpan.
Setelah berjibaku dengan sampah zhohir, kini saatnya mengurus sampah tak kasat mata.
Sepertinya sudah mau tahun keempat aku sibuk menyortir berbagai barang yang hanya mengurangi luas dari suatu tempat (I'm sorry, I really can deny my mental calculation). Kebanyakan adalah barang koleksi, pretelan tidak jelas, kertas-kertas macam binder dan orji, dan buku. Sebagian dikasih ke orang dan dijual untuk buku. Proses ini yang namanya lebih dikenal decluttering, terus kulakukan, terutama untuk barang pribadi. Diluar milik sendiri aku harus ekstra hati-hati apakah si pemilik sudah bisa melepaskan si barang atau belum.
Melepaskan suatu barang juga bisa meringankan pikiran dan mengurangi waktu untuk merawat dan membersihkan si barang. Waktu inilah yg digunakan untuk hal lain yang lebih penting.
Decluttering yang sekarang kulakukan masih berurusan dengan barang rusak tak terpakai di rumah. Untuk urusan ini harus izin dulu ke tuan dan nyonya rumah. Kalau barang milik teteh dan adik-adikku masih lebih mudah dan cepat prosesnya. Tanya masih dipakai atau tidak, kalau tidak aku siap pasang 'iklan' di Saling Beri. Belakangan ini karena sudah tidak banyak barang, jadi lebih ringan saat beberes rumah. Pikiran tidak terlalu mumet setiap pulang kerja rumah berantakan.
Entah siapa yang pertama kali menyuarakan slogan "sampahmu tanggung jawabmu". Entah siapa yang terpikir membuatnya. Tiga kata ini memperlihatkan bagaimana aku lebih bertanggung jawab dengan sampah yang kuhasilkan. Pekan lalu ada jenis sampah yang belum disebutkan yang dipilah di rumah: cangkang telur, ampas kopi dan teh, juga styrofoam. Untuk sampah organik ampas kopi, teh, dan cangkang telur yang sudah dihancurkan dibuang ke pot tanaman.
Melanjutkan tulisan pekan lalu, ada seorang teman yang bertanya bagaimana cara memilah sampah agar keluarga ikut serta. Yah, konsisten. Terus dan terus memilah.
Tidak ada yang mudah saat memulai kebiasaan baru. Apalagi kebiasaan yang satu ini punya nilai berbeda tergantung siapa yang melihatnya. Boleh dibilang kebiasaan memilah sampah bukan sesuatu yang menyenangkan. Pamornya hanya dirasakan kalangan tertentu. Namanya sampah ngapain diurusin. Apalagi kalo cuma sendirian di rumah dan anggota keluarga yang lain seakan ngandelin satu orang ini. Pasti ada rasa kesal dan capek sendiri yang ujungnya jadi males milah sampah. Mereka yang sudah memilah sampah tahunan juga punya kendala sama di awal. Kalo udah ngajak ngomong keluarga dan hanya diawal semangat, tinggal kita sendiri yang tetap konsisten, maka lanjutkan.
Karena mengajak secara lisan saja kurang menarik minat, maka konsisten terus memilah sampah bisa jadi memberikan efek. Tapi tidak perlu terburu-buru untuk memilah atau melakukan banyak hal sekaligus kalau baru pertama kali diterapkan di rumah. Satu-satu pilah antara organik dan anorganik. Udah oke, lanjut pilah anorganik. Cek dulu sampah anorganik apa saja yang dihasilkan di rumah. Minimal sampah plastik botol, kertas, dan bungkus plastik. Lalu cari bank sampah atau tempat yang terima jenis sampah tadi. Itu saja sudah mengurangi sampah yang berakhir di TPA. Lakukan pelan-pelan karena banyak yang diawal semangat berakhir kecewa.
Bukankah Allah menyukai amal(pekerjaan) yang dilakukan sedikit tapi berkelanjutan? Maka pilahlah sampah semampunya. Kalo masih sering kecolongan, misalnya sampah tetap bercampur dan diangkut petugas kebersihan karena kitanya sibuk dengan urusan lain, tetap lakukan hari berikutnya. Aku pun pernah kecolongan. Tong sampah khusus kertas tetap masuk sampah plastik. Memang butuh waktu agar semua anggota keluarga terlibat memilah sampah. Bulanan atau tahunan mungkin. Tapi kalau bukan kita yang memberikan contoh dan memulai, siapa lagi?
Untuk kamu yang baru memulai memilah sampah atau sudah mulai lama, tenang aja kamu gak sendiri. Banyak di luar sana yang punya kendala dan melakukan hal yang sama. Yang bikin lelah dan kecewa urus sampah, yang ngerasa sendirian urus begituan. Tidak mudah memang mengajak memilah. Kalo udah dikasih contoh, diajak ngomong belum ngena juga, tinggal doa. Kemauan untuk memilah bukan kuasa kita. Do what you can do. Dan jangan terlalu berharap orang lain akan melakukan hal yang sama dengan cepat. Karena sampah yang dipilah tidak semuanya bernilai ekonomi dan bukan itu tujuan utamanya.

Dari kecil melihat Ummi memisahkan antara sampah organik dan anorganik, mempengaruhi bagaimana aku mengatur sampah sampai sekarang. sebagai makhluk konsumti, sampah jadi bagian yang tidak terpisahkan seumur hidup. Dan membuangnya begitu saja akan berefek buruk bagi lingkungan. Tahu, ya, kalau Allah tidak suka dengan orang-orang yang membuat kerusakan (5:64).

Sampah organik bisa dikubur langsung atau dibuat kompos. Alhamdulillah masih ada lahan di samping rumah. Jadi, sampah organik konsumsi sekeluarga dikubur di situ dan tidak perlu diangkut petugas kebersihan RW. Untuk sampah jenis minyak jelantah, akan dikumpulkan sampai cukup banyak sebelum disetorkan ke bank mijel terdekat. Tinggal sampah anorganik yang harus dipilah. 

Ada 10 jenis sampah anorganik yang dipilah di rumah: kertas (termasuk kardus, karton dan teman-temannya), tetrapak, botol & gelas plastik, plastik layer, kawat/ isi staples, aluminium foil, kaca/beling, kaleng-kalengan, plastik berbagai jenis, dan sampah elektronik.

Setelah terkumpul sebulan atau sudah banyak, siap disetor ke tempat yang menerima sampah-sampah jenis tadi. tempat pilihan pertama seharusnya bank sampah dekat rumah (silakan cek apa di lingkungan rumah kalian ada bank sampah. Lumayan buat tabungan Lebaran), tapi selama ini aku menyetorkannya langsung ke AKN (Armada Kemasan Nusantara) via grabcar/gocar. Tapi untuk sampah elektronik, aku kirim ke EwasteRJ. Pernah dikirim paket, pernah juga langsung ke dropbox-nya di Bogor saat ada event yang diadakan EwasteRJ bareng satu komunitas di sana.

Saat ini banyak komunitas/tempat yang mengolah/menerima sampah anorganik yang menerima jasa jemput. Ada waste4change, rekosistem, AKN, yang baru ada crapco. Ada yang khusus terima plastik sachet/layer, seperti rebrick. Ada yang khusus terima sampah kertas, seperti Rubah Kertas. Ada yang berbasis aplikasi ponsel, ada yang isi form via website jika ingin menyerahkan sampahnya. Semuanya Insya Allah memudahkan. Tinggal dicari, Insya Allah ada banyak pilihan mau diolah siapa sampah yang kita hasilkan.

Tapi demi meminimalisir jejak karbon, kadang tidak semua jenis sampah anorganik dikirim ke AKN. Sekali waktu ada acara yang juga terima sampah tetrapak dan minyak jelantah. Jadi, sekalian nambah ilmu, juga setor sampah. Atau untuk sampah botol dibiarkan ditaro di depan rumah. Biasanya suka ada tukang beling yang lewat. Atau sekalian jalan sekalin bawa e-waste. Nanti di drop sambil lewat.


Saat ini menolak kantung plastik dan sedotan masuk rumah sudah hampir bisa di atasi. Yang tidak bisa dicegah (dan memang belum bisa)kalau ada kerabat yang membawa tentengan. Di rumah sudah bisa menahan diri beli-beli sesuatu berkemasan plastik, tapi kadang orang rumah masih suka beli soto/sop pakai plastik sekali pakai. Kalau aku yang beli Insya Allah bawa wadah dari rumah. Nah, di sinilah tugasku mencuci plastik-plastik sebelum disetir ke tempatnya. Mencuci di sini tidak harus. Hanya saja memberikan sampah yang sangat kotor (efek dari sisa makanan yang menempel di plastik dan mulai membusuk) pasti menyebabkan bau yang tidak sedap. Apalagi aku tidak menyetorkannya esok hari. Kalau didiamkan sebulan jadi apa plastik basah tadi? Maka, mencuci jadi cara menghindari bau busuk sampah muncul. Aku juga mencuci kotak tetrapak untuk alasan yang sama. Jadi, mengurangi sedikit... saja pekerjaan bapak/ibu yang menerima sampah.

Langganan: Postingan ( Atom )

Featured Post

DATA IN-OUT DUIT

28/9/2015 Kadang di akhir bulan kita bertanya kemana saja uang gaji yang kita terima. Kemana saja perginya uang-uang tadi? Kita hanya tahu...

Iklan Gratis
Memuat

Total Tayangan Halaman

Google
Custom Search

Categories

  • berhenti sejenak (38)
  • film (4)
  • language (9)
  • motivation (4)
  • my culture (2)
  • my friend (2)
  • my mind (49)
  • my observ (40)
  • my resep (1)
  • the world (61)
  • tips (9)
  • tips: berpakaian (3)
  • tips: kesehatan (3)
  • tips: perawatan (1)

My Blog List

Diberdayakan oleh Blogger.

about me

Foto saya
limun
Hello, I'm Limun. I try really hard to fix my own life. You too? Manage my time and my life.
Lihat profil lengkapku

my friend

Archive

  • ► 2025 (2)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (1)
  • ▼ 2021 (8)
    • ▼ Desember (1)
      • Task04: Persiapan Berbenah
    • ► November (3)
      • Task03: Safety Home
      • Task02: Metode, Prinsip dan Pilar Gemar Rapi
      • Task01 Gemari Pratama 6
    • ► Maret (4)
      • The last part: I've A Lot Of Homework
      • Part 3: Pakai Sampai Habis Dan Rusak
      • Part 2: Sampahmu Tanggung Jawabmu
      • Part 1: Memilah Sampah Organik dan Anorganik
  • ► 2020 (6)
    • ► Juli (2)
    • ► Juni (4)
  • ► 2019 (17)
    • ► Juni (6)
    • ► Maret (4)
    • ► Februari (7)
  • ► 2018 (15)
    • ► Oktober (8)
    • ► September (3)
    • ► Mei (1)
    • ► April (3)
  • ► 2017 (29)
    • ► Oktober (2)
    • ► September (4)
    • ► Agustus (3)
    • ► Mei (7)
    • ► April (6)
    • ► Maret (1)
    • ► Februari (6)
  • ► 2016 (63)
    • ► Desember (24)
    • ► November (23)
    • ► Oktober (8)
    • ► Juni (4)
    • ► Maret (4)
  • ► 2015 (95)
    • ► Desember (3)
    • ► November (8)
    • ► Oktober (11)
    • ► September (11)
    • ► Juni (3)
    • ► Mei (2)
    • ► April (40)
    • ► Maret (17)
  • ► 2014 (11)
    • ► November (1)
    • ► Oktober (3)
    • ► September (6)
    • ► Februari (1)
  • ► 2012 (16)
    • ► Desember (1)
    • ► Januari (15)
  • ► 2011 (26)
    • ► Desember (3)
    • ► November (3)
    • ► Oktober (2)
    • ► September (3)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juli (4)
    • ► Juni (3)
    • ► Mei (7)
  • ► 2010 (10)
    • ► Juni (1)
    • ► April (1)
    • ► Maret (1)
    • ► Januari (7)
  • ► 2008 (1)
    • ► Oktober (1)
AllBlogTools.com Blogger Templates

Latest Posts

  • Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara
    Awalnya saya mencari-cari dimana Skotlandia? Dimana letak negara ini? Kalian tahu dimana? Beberapa tahun kemudian saya tahu dimana letak...
  • WhatsApp Initializing
    Pernah mengalami WhatsApp susah di-instal ulang? Notifnya “initializing” atau apalah ejaan Inggrisnya. Saya pernah mengalami kejadian i...
  • Pekerjaan Suami Saya Cuma Petani
    Kalo lagi kumpul-kumpul bareng teman lama, terutama karena udah pada berkeluarga, pasti ngomongin pekerjaan suami. Beberapa teman bisa ...

Visitors

free counters
Free counters
Copyright 2014 Journey of My Life.
Distributed By My Blogger Themes | Designed By OddThemes