Task04: Persiapan Berbenah

Isi tugas yang satu ini sudah seperti membuat rencana masa depan. Kalau dipikir-pikir, iya juga, ya. Hampir banyak hal dari hidup kita dimulai dari rumah, dari keluarga. Kalau dari rumah aja udah beres, udah rapi, dan teratur, Insya Allah hidupnya juga, kan?
Sebelum mulai baca, bismillah dulu, yuk! Semoga bisa jadi bacaan yang penuh manfaat.

Bagian pertama dari tugas ini adalah impian. Apa impian yang ingin kita wujudkan dalam waktu dekat atau nanti beberapa tahun lagi? 
Impianku sama seperti kebanyakan muslim lain: masuk surga dan beberes ini jadi salah satu cabang menuju impian tadi. Apalagi keluarga dan rumah adalah awal dari jalan panjang menuju surga. Punya suasana rumah yang memberikan ketenangan pada penghuninya, tempat berisitirahat dan berkumpul jadi salah satu hal penting menuju baitii jannatii. Rumah yang sesuai fungsinya, bersih, rapi, ada halaman, sirkulasi udara dan cahaya bagus. Tidak terlalu besar, kecil, dan cukup menunjang hidup penghuninya. Dari rumah akan berefek pada kehidupan harian keluarga. Punya keluarga yang sesuai sunnah, bermanhaj salaf, cukup secara finansial, dan hidup sederhana.

Kedua, rumahku sekarang. Awalnya rumah orang tuaku sangat-sangat nyaman, tidak banyak barang, hampir free visual clutter, dan sampah selalu dipilah dua antara organik dan anorganik. Tapi lama-kelamaan, perabot rumah seperti sofa, kasur ukuran queen, lemari pakaian dan piring, juga boks susun, memenuhi rumah. Belum lagi adik-adikku yang kembali dari pondok pesantren membawa kardus dan boks berisi buku.
Aku yang semula tidak terlalu memperhatikan dan hanya fokus pada urusan bebersih rumah tangga, jadi memikirkan bagaimana caranya agar rumah bisa tetap lega. Belum lagi beberapa titik bocor di bagian rumah dan kusen jendela yang sudah lapuk. Selain itu kamar tambahan yang dibuat beberapa tahun lalu membuat rumah menjadi semakin gelap dan sempit. Akhirnya, ada ruang mati dan area laundry yang semula taman dan tempat sirkulasi udara, akhirnya jadi pengap karena ditutup kanopi dan dijadikan ruangan tambaha. 
Ibuku selalu mengatakan kalau rumahnya kecil, tapi itu lebih karena banyak perabot ukuran besar dan penataannya yang kurang tepat. Beberapa kali ibuku mengeluh rumah yang banyak clutter visual (aku baru sadar kalau ibuku sosok yang suka rumah free visual clutter) dan memintaku untuk mengaturnya. Walau kami sekeluarga rapi dan cinta kebersihan, tapi karena standar kami berbeda-beda, rumah bisa terlihat sudah cukup rapi dan tertata untuk satu mata, tapi tidak mata yang lain.

Ketiga, tujuanku berbenah: meringankan diri dari beban pekerjaan rumah yang banyak dan tidak ada habisnya. Kita hanya punya dua tangan, waktu 24 jam, dan juga bekerja di luar rumah lima hari. Setelah sempat stress dan beberapa kali menangis (apalagi kalo nikah dan jadi ibu), aku mulai putar otak. Pekerjaan rumah tangga tidak hanya sebatas cuci baju-piring, nyapu, ngepel, gosok dan masak. Apalagi kedua orang tuaku sangat perfeksionis dengan kebersihan (dengan standar yang berbeda-beda), debu jadi pekerjaan tambahan. Belum lagi mencuci hordeng, melap kaca, nyapu halaman, ngepel teras (yang semula carport). Aku berusaha meringkas pekerjaan, tapi tidak mengurangi hasilnya: kebersihan dan kerapian. Tujuan berikutnya: menjadikan rumah rapi dan tidak ada barang atau apapun jenisnya yang berakhir mubazir. Tidak dipakai, tidak dibaca, tidak disentuh. Dan tentu menjadikan rumah bukan penambah stres penghuninya. 

Keempat, motivasi. Kalau ditanya apa motivasiku, penggerak utamanya adalah waktu, tenaga, dan pikiran.
Setelah hampir sewindu berjibaku dengan segala barang dan isi rumah, aku menyadari betapa waktuku hanya untuk bersih-bersih. Dan banyaknya barang sebanding dengan banyaknya waktu, uang dan perhatian(tenaga) yang harus disisihkan. Padahal masih banyak amanah lain yang tidak hanya sebatas berhubungan dengan materi. Apalagi kalau apa yang sudah kulakukan tidak sesuai standar penghuni rumah lain (ini pernah kuutarakan pada ibuku agar beliau mengerti). Rasa tertekan karena selalu salah harus dibuang, disingkirkan. Walau saat ini masih sendiri dan bertanggung jawab penuh memegang urusan rumah tangga, tapi aku ingin agar melakukan itu semua tanpa harus mengorbankan dan menyingkirkan banyak hal. Karena suatu saat aku tahu, aku akan jadi istri, jadi ibu, dan ingin memberikan segalanya pada mereka. Rumah yang nyaman, saling membantu dalam kebaikan, dan memberikan manfaat untuk jangka panjang. 

Kelima, urutan berbenahku. Di bawah ini adalah rencana berbenah rumah kami yang sengaja kubuat sampai berbulan-bulan. Yang paling sebentar waktunya tentu karena paling mudah dan tidak banyak barang yang harus diatur atau dikeluarkan atau dibersihkan. Yang paling lama, selain karena tiga faktor tadi, juga karena alasana emosional dan area yang tidak mudah aku sentuh dan seenaknya saja kuatur ini-itu. Yang diluar area pribadiku atau area anak, pasti akan lama untuk dibenahi. Mengingat ini rumah orang tua dan bukan hanya aku seorang yang tinggal. Aku sangat menghormati barang milik orang lain dan tidak bisa semudah itu mengatakan kalau barang A tidak dipakai. Selama ini, aku hanya akan membersihkan dan menjaganya tetap rapi selama penghuni rumah tidak risih dan baik-baik saja dengan keadaan di dalamnya.
Keenam, jadwal berbenahku. Seperti inilah jadwal harianku sejak setahun ini (karena sudah mulai masuk kantor lagi).
Sama seperti pekerja lain, Sabtu dan Ahad adalah waktu beristirahat yang berarti bisa beberes rumah full. Di hari lain, seperti Senin dan Rabu, aku bekerja penuh dari jam 9 siang ke 9 malam. Kamis hanya sampai jam 5. Sisa hari kerja lain, diisi ngelesin ada yang dari ashar sampai maghrib, ada yang hanya sampai jam 5. Nah, di hari kerja ini biasanya aku mencicil pekerjaan ringan dan sebentar agar diakhir pekan tidak kelelahan fisik dan pikiran.
Disela-sela mencuci pakaian, biasa sambil Nyambi memilah sampah, mencuci kantong plastik, kadang mengepel, dan membersihkan area laundry. Untuk berbenah skala besar aku lakukan saat sedang haidh. Jadi, tidak terpotong waktu sholat.

Ketujuh, aku siapa bahan dan alat apa saja untuk berbenah. Berikut tabelnya:
Untuk setiap alat dan bahan, pakai saja apa yang ada di rumah. Aku berusaha tidak membeli alat baru atau barang baru dalam proses berbenah selama ini. Karena bagiku apa yang ada sudah sangat cukup. Untuk barang yang perlu disimpan saat berbenah nanti, aku biasanya putar otak bagaimana caranya muat di lemari perabot atau boks susun yang ada.

Kedelapan, kriteria seleksi barang-barang di rumah meliputi: 
barang/perabot tidak terpakai
barang/perabot rusak
barang kenangan/souvenir/hiasan
pakaian rusak/belel dan tidak terpakai
buku lama
pretelan kerajinan tangan/barang handcraft
barang elektronik rusak
sepatu dan sandal rusak
sampah B3
sampah rumah tangga

Alhamdulillah untuk semua barang yang memenuhi kriteria di atas akan keluar rumah ke tempat yang bertanggung jawab mengolahnya atau diberikan kepada yang mau/butuh.

Terakhir, bila tidak terpilih, maka barang-barang ini akan dipisahkan dan disimpan sementara waktu (maksimal sebulan) sambil tetap mencari jalan untuk dikeluarkan dari rumah, tapi tidak menjadi sampah dan beban lingkungan.

Itulah rencana panjang berbenahku bersama program Gemari Pratama ke 6 ini. Semoga kalian juga jadi punya rencana untuk beberes demi rumah yang rapi, aman, dan sehat. Tentu juga membawa kebaikan bagi penghuninya. Jazakallah sudah membaca.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

I really thank you for looking and read my blog. Have a nice day! And always be a good person everyday

0 komentar:

Posting Komentar