Entah siapa yang pertama kali menyuarakan slogan "sampahmu tanggung jawabmu". Entah siapa yang terpikir membuatnya. Tiga kata ini memperlihatkan bagaimana aku lebih bertanggung jawab dengan sampah yang kuhasilkan. Pekan lalu ada jenis sampah yang belum disebutkan yang dipilah di rumah: cangkang telur, ampas kopi dan teh, juga styrofoam. Untuk sampah organik ampas kopi, teh, dan cangkang telur yang sudah dihancurkan dibuang ke pot tanaman.
Melanjutkan tulisan pekan lalu, ada seorang teman yang bertanya bagaimana cara memilah sampah agar keluarga ikut serta. Yah, konsisten. Terus dan terus memilah.
Tidak ada yang mudah saat memulai kebiasaan baru. Apalagi kebiasaan yang satu ini punya nilai berbeda tergantung siapa yang melihatnya. Boleh dibilang kebiasaan memilah sampah bukan sesuatu yang menyenangkan. Pamornya hanya dirasakan kalangan tertentu. Namanya sampah ngapain diurusin. Apalagi kalo cuma sendirian di rumah dan anggota keluarga yang lain seakan ngandelin satu orang ini. Pasti ada rasa kesal dan capek sendiri yang ujungnya jadi males milah sampah. Mereka yang sudah memilah sampah tahunan juga punya kendala sama di awal. Kalo udah ngajak ngomong keluarga dan hanya diawal semangat, tinggal kita sendiri yang tetap konsisten, maka lanjutkan.Karena mengajak secara lisan saja kurang menarik minat, maka konsisten terus memilah sampah bisa jadi memberikan efek. Tapi tidak perlu terburu-buru untuk memilah atau melakukan banyak hal sekaligus kalau baru pertama kali diterapkan di rumah. Satu-satu pilah antara organik dan anorganik. Udah oke, lanjut pilah anorganik. Cek dulu sampah anorganik apa saja yang dihasilkan di rumah. Minimal sampah plastik botol, kertas, dan bungkus plastik. Lalu cari bank sampah atau tempat yang terima jenis sampah tadi. Itu saja sudah mengurangi sampah yang berakhir di TPA. Lakukan pelan-pelan karena banyak yang diawal semangat berakhir kecewa.
Bukankah Allah menyukai amal(pekerjaan) yang dilakukan sedikit tapi berkelanjutan? Maka pilahlah sampah semampunya. Kalo masih sering kecolongan, misalnya sampah tetap bercampur dan diangkut petugas kebersihan karena kitanya sibuk dengan urusan lain, tetap lakukan hari berikutnya. Aku pun pernah kecolongan. Tong sampah khusus kertas tetap masuk sampah plastik. Memang butuh waktu agar semua anggota keluarga terlibat memilah sampah. Bulanan atau tahunan mungkin. Tapi kalau bukan kita yang memberikan contoh dan memulai, siapa lagi?
Untuk kamu yang baru memulai memilah sampah atau sudah mulai lama, tenang aja kamu gak sendiri. Banyak di luar sana yang punya kendala dan melakukan hal yang sama. Yang bikin lelah dan kecewa urus sampah, yang ngerasa sendirian urus begituan. Tidak mudah memang mengajak memilah. Kalo udah dikasih contoh, diajak ngomong belum ngena juga, tinggal doa. Kemauan untuk memilah bukan kuasa kita. Do what you can do. Dan jangan terlalu berharap orang lain akan melakukan hal yang sama dengan cepat. Karena sampah yang dipilah tidak semuanya bernilai ekonomi dan bukan itu tujuan utamanya.
ABOUT THE AUTHOR
I really thank you for looking and read my blog. Have a nice day! And always be a good person everyday
0 komentar:
Posting Komentar