Pada Masa Jayanya

Kemaren, sambil ngucek cucian, seperti biasa orang tua ngobrol ngalor-ngidul. Enggak tau darimana asalnya, pembicaraan sampai pada telegram. Mereka berdua cerita gimana dulu telegram begitu penting, lalu berlanjut pada pager. 

Dari sini, hari ini saya teringat wesel pos. Oke, kita mulai satu-satu tentang barang-barang canggih ini pada masa jayanya.
 
1. Telegram
Ada yang gak tau telegram? Aku juga gak tau. Melihat dan  menggunakannya aja gak pernah. Tapi alat ini begitu penting untuk mengirimkan pesan. Uniknya, alat ini memakai sandi yang diterjemahkan sesuai panjang pendeknya suara--kayak sandi Morse Pramuka. 
Orang tuaku masih mengalami pemakaian telegram. Waktu itu, ibuku sedang kuliah di Semarang. Dari sana mengirim kabar akan pulang pada tanggal sekian pada suami dan anaknya. Eh, dari sini mereka malah lanjut ngobrol tentang listrik pada masa itu yang udah ada di Depok. Bahkan telepon udah masuk kelurahan. Mereka ragu apa itu tahun 60-an atau 70-an. Pokoknya listrik udah ada di Depok dari jaman Belanda--kata ayahku.
Kalo gak salah yang ngirim pesannya Pak Pos. Bentuk kertas pesannya kecil.
Mengingat telegram lebih dulu ditemukan daripada telepon, maka benda ini lebih dulu 'hilang' dan tergantikan telepon rumah. Kayaknya telegram tidak dimiliki secara pribadi, yah? Layaknya telepon rumah.

2. Pager
Nah, ayo siapa yang waktu kecilnya inget punya pager? Aku waktu kecil, masih awal SD, cuma liat benda ini dipegang Omku. Benda kecil berlayar kecil panjang kayak layar kalkulator, biasanya disimpan disangkut di gesper, kayak bapak-bapak pada masa setelahnya yang punya dompet nempel di gespernya, tempat naro hape Nokia batangan atau yang lebih gede kayak comunicator.
Bunyi benda satu ini khas setiap ada pesan masuk. Uniknya, kalo mau kirim pesan, kita harus nelepon dulu ke operator. Nanti bilang mau kirim pesan ke nomor "xxx", isinya pesannya "bla bla bla".
Pager mungkin ibu dari SMS. Hehe... 
Nah, dari obrolan orang tuaku itu, aku baru tahu mereka pernah punya pager. Itu juga dibeliin sama temen ibuku. Katanya, supaya gambang hubungin ibuku setiap ada panggilan praktek. Ibuku bilang, pada masa itu hampir setiap dokter punya pager. Keren keliatannya. Canggihlah. Setiap ada panggilan darurat, pager berbunyi. Sayangnya, nih pager ibuku gak pernah dipakai. Sekalinya temen ibuku kirim pesan ada panggilan, eh, malah gak sampe. Taunya hilang. Iya, hilang di rumah, gak tau diambil siapa. Mungkin anak tetangga yang gak ngerti itu benda apa. Dikira mainan kali.

3. Wesel Pos
Setidaknya sebelum transfer antar bank marak (sepertinya kartu ATM juga belun banyak yang punya), berkembang dan menjadi kebutuhan utama, wesel pos sudah lebih dulu berurusan dengan kiriman uang dari orang tua untuk para anaknya yang kuliah di lain kota atau dari individu satu ke yang lain. Kantor pos tidak hentinya mengurus kiriman uang. 
Sampai aku MTs, aku kadang mendengar panggilan di pusat informasi untuk santri yang mendapat kiriman uang dari orang tuanya. Lalu perlahan meredup berganti transferan. 
Sekarang, masih ada yang pakai wesel pos untuk kirim uang?
Saat ini malah ada aplikasi yang memudahkan transferan tanpa biaya admin. Lebih enak tanpa harus gesek. Iya, kan?

Itu, deh, beberapa teknologi lama yang begitu cepat pergi begitu ada teknologi yang lebih mudah dan praktis.

Share this:

ABOUT THE AUTHOR

I really thank you for looking and read my blog. Have a nice day! And always be a good person everyday

0 komentar:

Posting Komentar