Tulisan kali ini merupakan bagian terakhir dari rangkaian tulisan kemarin yang berisi seputar sampah dan turunannya.
Kalau dilihat (dibaca) seakan semuanya nampak sempurna. sampah dipilah dan diserahkan ke tempat yang bertanggung jawab. Berusaha mengurangi pemakaian plastik sekali pakai; selalu menghabiskan setiap isi produk kamar mandi, makanan, dan produk pembersih lainnya; mengatur isi lemari; dan memperbaiki barang rusak. Tapi kenyataannya PR-ku masih banyak, masih jauh dari minim sampah, masih jauh dari kata efektif dan efisien. PR-ku masih bertumpuk. Belum bisa mengatur waktu, masih sibuk sama urusan receh.
PR-PR yang belum selesai ini sepertinya akan memperpanjang masa training-ku mengatur dan membersihkan rumah dari kotoran dan sampah. Dan sebagai eek sampingnya, beberapa kesenangan dan kesempatan harus ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan. Semua PR yang sengaja atau tidak muncul ini harus selesai satu per satu sebelum muncul PR-PR lain yang tak terduga. Kecuali beberapa hal baku. Kita tetap akan mencuci piring selama masih makan, kan? Kalau mengatur rumah sama halnya dengan sertifikat memasak bergelar chef, apa orang-orang akan senang jika menyebut kegiatan mereka 'bersih-bersih rumah'?
Karena kita hidup di era pekerjaan adalah bagian dari status sosial, tidak heran aku sempat minder dengan banyak hal. Salah satunya: beberes rumah. Tidak ada yang menarik dan bisa dibanggakan dari menceritakan bagaimana gosok baju dan mencuci piring. Kegiatan yang (sepertinya) membosankan ini tidak menarik untuk dibagi sesama teman yang bekerja. Bahkan ke teman yang sudah menikah. Kesibukanku bukan sibuk karena terikat pekerjaan 'resmi; di suatu tempat, tapi bukan juga terikat perjanjian dengan pihak kedua. Tidak ada yang menarik dari anak rumah tangga. Tapi setelah melewati masa akhir umur 20-an, ternyata tidak seburuk itu.Lagipula, setiap orang punya cara dan pengalaman sendiri untuk urusan rumah. Inget ucapan mantan bos kalo nyapu itu keterampilan dasar.
Balik lagi, PR-ku masih banyak. Masih banyak melakukan hal yg sia-sia. Sebelum muncul tanggung jawab berikutnya, tanggung jawab tadi harus lulus(minimal A). Seperti kata pepatah, practice makes perfect. Dan yang paling penting belajar untuk tidak merugikan diri sendiri, orang lain (masih payah untuk urusan dua ini), biotik, dan abiotik.
I do love earth, nature, water, air, tree. It's really sad if the trees are cut down. They deserve to live. If a little ant is passing by, just let it cross it path. It works collecting their barn for the rainy season maybe:)
Sebagai penutup, terima kasih sudah menyisihkan waktunya yang berharga untuk membaca buih-buih pengalaman memilah sampah dan turunannya yang masih berantakan.
Sampai bertemu di tulisan berikutnya. (hamba Allah yang buruk hafalannya, bukanlah orang yang mutqin, bukan pula orang yang bertaqwa, semoga Allah mengampuninya)