Journey of My Life

seputar catatan yang katanya jurnal

  • Home
Home Archive for Maret 2021
Tulisan kali ini merupakan bagian terakhir dari rangkaian tulisan kemarin yang berisi seputar sampah dan turunannya.
Kalau dilihat (dibaca) seakan semuanya nampak sempurna; sampah dipilah dan diserahkan ke tempat yang bertanggung jawab. Berusaha mengurangi pemakaian plastik sekali pakai; selalu menghabiskan setiap isi produk kamar mandi, makanan, dan produk pembersih lainnya; mengatur isi lemari; dan memperbaiki barang rusak. Tapi kenyataannya PR-ku masih banyak, masih jauh dari minim sampah, masih jauh dari kata efektif dan efisien. PR-ku masih bertumpuk. Belum bisa mengatur waktu, masih sibuk sama urusan receh.
PR-PR yang belum selesai ini sepertinya akan memperpanjang masa training-ku mengatur dan membersihkan rumah dari kotoran dan sampah. Dan sebagai efek sampingnya, beberapa kesenangan dan kesempatan harus ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan. Semua PR yang sengaja atau tidak muncul ini harus selesai satu per satu sebelum muncul PR-PR lain yang tak terduga. Kecuali beberapa hal baku. Kita tetap akan mencuci piring selama masih makan, kan? Kalau mengatur rumah sama halnya dengan sertifikat memasak bergelar chef, apa orang-orang akan senang jika menyebut kegiatan mereka 'bersih-bersih rumah'?
Karena kita hidup di era pekerjaan adalah bagian dari status sosial, tidak heran aku sempat minder dengan banyak hal. Salah satunya: beberes rumah. Tidak ada yang menarik dan bisa dibanggakan dari menceritakan bagaimana gosok baju dan mencuci piring. Kegiatan yang (sepertinya) membosankan ini tidak menarik untuk dibagi sesama teman yang bekerja. Bahkan ke teman yang sudah menikah. Kesibukanku bukan sibuk karena terikat pekerjaan 'resmi' di suatu tempat, tapi bukan juga terikat perjanjian dengan pihak kedua. Tidak ada yang menarik dari anak rumah tangga. Tapi setelah melewati masa akhir umur 20-an, ternyata tidak seburuk itu. Lagipula, setiap orang punya cara dan pengalaman sendiri untuk urusan rumah. Inget ucapan mantan bos kalo nyapu itu keterampilan dasar. 
Balik lagi, PR-ku masih banyak. Masih banyak melakukan hal yg sia-sia. Sebelum muncul tanggung jawab berikutnya, tanggung jawab tadi harus lulus(minimal A). Seperti kata pepatah, practice makes perfect. Dan yang paling penting belajar untuk tidak merugikan diri sendiri, orang lain (masih payah untuk urusan dua ini), biotik, dan abiotik.
I do love earth, nature, water, air, tree. It's really sad if the trees are cut down. They deserve to live. If a little ant is passing by, just let it cross it path. It works collecting their barn for the rainy season maybe:)
Sebagai penutup, terima kasih sudah menyisihkan waktunya yang berharga untuk membaca buih-buih pengalaman memilah sampah dan turunannya yang masih berantakan.
Sampai bertemu di tulisan berikutnya.

(hamba Allah yang buruk hafalannya, bukanlah orang yang mutqin, bukan pula orang yang bertaqwa, semoga Allah mengampuninya)
Bismillah, lanjutan tulisan sebelumnya. Setelah memilah sampah, hal yang penting dilakukan berhubungan dengan barang yang berpotensi menjadi sampah adalah "pakai sampai habis" dan "pakai sampai rusak".
Ada satu iklan yang berefek bagiku sampai sekarang (kalimat lain yang mempengaruhi hidupku). Waktu kecil ada iklan susu Dancow yang lirik lagunya berbunyi "sampai tetes terakhir". Sejak saat itu aku hampir tidak pernah menyisakan setetes pun susu di dasar mug. Dan hal ini secara tidak langsung diterapkan pada banyak produk berbentuk liquid/cairan dan padat. Karena melihat Ummi dari kecil tidak pernah menyisakan makanan, maka anak-anaknya pun melakukan hal yang sama. Tidak boleh menyia-nyiakan makanan.
Sampai-sampai ada tetangga yang rajin banget kirim makanan ke rumah karena tahu apa yang mereka berikan pasti habis. Bahkan adikku menyebut orang rumah 'dementor'. Ibaratnya di rumah berlaku hukum rimba. Siapa cepat, dia dapat. Apalagi kalau makanannya enak. Kadang juga kami dapat kiriman makanan dari rumah nenekku di RT sebelah karena tahu memasaka adalah hal termewah di rumah. Selain makanan dan minuman, dari Ummi juga aku selalu membuka tube pasta gigi yang sudah habis. Lumayan sisa isinya yang sulit untuk ditekan keluar tube bisa digunakan untuk tiga harian. Atau membuka tube BB cream misalnya.
Berbagai produk di dalam botol juga mendapat perlakukan serupa. Seperti isi sampo yang tersisa sedikit, tambah air agar botolnya bersih saat masuk ke tempat sampah plastik botol.
Untuk "pakai sampai rusak', perbaiki barang sesegera mungkin. Apapun itu kalau masih bisa diperbaiki, segera lakukan sampai fungsinya habis. Membuang barang karena rusak/cacat satu titik bisa menambah sampah di luar sana. Nah, salah satu alternatifnya kalau emang sudah tidak mau dipakai bisa diberikan ke orang lain. Ada satu grup WA yang Insya Allah berfaedah. Namanya "Saling Beri". Grup berbagi ini di bawah naungan komunitas Gemar Rapi. Dari grup ini aku sudah dapat gamis, rok, paket perawatan badan untuk bayi, termasuk cadar.
Karena sudah hampir setahun bertahan di dalam rumah, kesibukanku lebih banyak mengatur bagaimana isi rumah yang selama ini tertunda. Setelah beberapa tahun ke belakang mengurangi barang dan menyicil atur barang pribadi, sekarang atur barang di dalam rumah. Mulai dari isi lemari, bagaimana agar barang yang dicari mudah dilihat, diambil, dan tetap rapi (thanks or konmari method). Lalu atur barang dan perabotan yang jarang dipakai. Terutama pertengahan tahun kemarin, dapur jadi sasaran. Banyak barang terbuka di dapur berarti mengundang tikus lebih aktif (pengalaman di rumahku, yah). Dari dapur beralih ke kamar orang tuaku. Sayangnya tidak bisa melakukan proses jaga-lepas barang. Terlalu banyak yang harus disimpan.
Setelah berjibaku dengan sampah zhohir, kini saatnya mengurus sampah tak kasat mata.
Sepertinya sudah mau tahun keempat aku sibuk menyortir berbagai barang yang hanya mengurangi luas dari suatu tempat (I'm sorry, I really can deny my mental calculation). Kebanyakan adalah barang koleksi, pretelan tidak jelas, kertas-kertas macam binder dan orji, dan buku. Sebagian dikasih ke orang dan dijual untuk buku. Proses ini yang namanya lebih dikenal decluttering, terus kulakukan, terutama untuk barang pribadi. Diluar milik sendiri aku harus ekstra hati-hati apakah si pemilik sudah bisa melepaskan si barang atau belum.
Melepaskan suatu barang juga bisa meringankan pikiran dan mengurangi waktu untuk merawat dan membersihkan si barang. Waktu inilah yg digunakan untuk hal lain yang lebih penting.
Decluttering yang sekarang kulakukan masih berurusan dengan barang rusak tak terpakai di rumah. Untuk urusan ini harus izin dulu ke tuan dan nyonya rumah. Kalau barang milik teteh dan adik-adikku masih lebih mudah dan cepat prosesnya. Tanya masih dipakai atau tidak, kalau tidak aku siap pasang 'iklan' di Saling Beri. Belakangan ini karena sudah tidak banyak barang, jadi lebih ringan saat beberes rumah. Pikiran tidak terlalu mumet setiap pulang kerja rumah berantakan.
Entah siapa yang pertama kali menyuarakan slogan "sampahmu tanggung jawabmu". Entah siapa yang terpikir membuatnya. Tiga kata ini memperlihatkan bagaimana aku lebih bertanggung jawab dengan sampah yang kuhasilkan. Pekan lalu ada jenis sampah yang belum disebutkan yang dipilah di rumah: cangkang telur, ampas kopi dan teh, juga styrofoam. Untuk sampah organik ampas kopi, teh, dan cangkang telur yang sudah dihancurkan dibuang ke pot tanaman.
Melanjutkan tulisan pekan lalu, ada seorang teman yang bertanya bagaimana cara memilah sampah agar keluarga ikut serta. Yah, konsisten. Terus dan terus memilah.
Tidak ada yang mudah saat memulai kebiasaan baru. Apalagi kebiasaan yang satu ini punya nilai berbeda tergantung siapa yang melihatnya. Boleh dibilang kebiasaan memilah sampah bukan sesuatu yang menyenangkan. Pamornya hanya dirasakan kalangan tertentu. Namanya sampah ngapain diurusin. Apalagi kalo cuma sendirian di rumah dan anggota keluarga yang lain seakan ngandelin satu orang ini. Pasti ada rasa kesal dan capek sendiri yang ujungnya jadi males milah sampah. Mereka yang sudah memilah sampah tahunan juga punya kendala sama di awal. Kalo udah ngajak ngomong keluarga dan hanya diawal semangat, tinggal kita sendiri yang tetap konsisten, maka lanjutkan.
Karena mengajak secara lisan saja kurang menarik minat, maka konsisten terus memilah sampah bisa jadi memberikan efek. Tapi tidak perlu terburu-buru untuk memilah atau melakukan banyak hal sekaligus kalau baru pertama kali diterapkan di rumah. Satu-satu pilah antara organik dan anorganik. Udah oke, lanjut pilah anorganik. Cek dulu sampah anorganik apa saja yang dihasilkan di rumah. Minimal sampah plastik botol, kertas, dan bungkus plastik. Lalu cari bank sampah atau tempat yang terima jenis sampah tadi. Itu saja sudah mengurangi sampah yang berakhir di TPA. Lakukan pelan-pelan karena banyak yang diawal semangat berakhir kecewa.
Bukankah Allah menyukai amal(pekerjaan) yang dilakukan sedikit tapi berkelanjutan? Maka pilahlah sampah semampunya. Kalo masih sering kecolongan, misalnya sampah tetap bercampur dan diangkut petugas kebersihan karena kitanya sibuk dengan urusan lain, tetap lakukan hari berikutnya. Aku pun pernah kecolongan. Tong sampah khusus kertas tetap masuk sampah plastik. Memang butuh waktu agar semua anggota keluarga terlibat memilah sampah. Bulanan atau tahunan mungkin. Tapi kalau bukan kita yang memberikan contoh dan memulai, siapa lagi?
Untuk kamu yang baru memulai memilah sampah atau sudah mulai lama, tenang aja kamu gak sendiri. Banyak di luar sana yang punya kendala dan melakukan hal yang sama. Yang bikin lelah dan kecewa urus sampah, yang ngerasa sendirian urus begituan. Tidak mudah memang mengajak memilah. Kalo udah dikasih contoh, diajak ngomong belum ngena juga, tinggal doa. Kemauan untuk memilah bukan kuasa kita. Do what you can do. Dan jangan terlalu berharap orang lain akan melakukan hal yang sama dengan cepat. Karena sampah yang dipilah tidak semuanya bernilai ekonomi dan bukan itu tujuan utamanya.

Dari kecil melihat Ummi memisahkan antara sampah organik dan anorganik, mempengaruhi bagaimana aku mengatur sampah sampai sekarang. sebagai makhluk konsumti, sampah jadi bagian yang tidak terpisahkan seumur hidup. Dan membuangnya begitu saja akan berefek buruk bagi lingkungan. Tahu, ya, kalau Allah tidak suka dengan orang-orang yang membuat kerusakan (5:64).

Sampah organik bisa dikubur langsung atau dibuat kompos. Alhamdulillah masih ada lahan di samping rumah. Jadi, sampah organik konsumsi sekeluarga dikubur di situ dan tidak perlu diangkut petugas kebersihan RW. Untuk sampah jenis minyak jelantah, akan dikumpulkan sampai cukup banyak sebelum disetorkan ke bank mijel terdekat. Tinggal sampah anorganik yang harus dipilah. 

Ada 10 jenis sampah anorganik yang dipilah di rumah: kertas (termasuk kardus, karton dan teman-temannya), tetrapak, botol & gelas plastik, plastik layer, kawat/ isi staples, aluminium foil, kaca/beling, kaleng-kalengan, plastik berbagai jenis, dan sampah elektronik.

Setelah terkumpul sebulan atau sudah banyak, siap disetor ke tempat yang menerima sampah-sampah jenis tadi. tempat pilihan pertama seharusnya bank sampah dekat rumah (silakan cek apa di lingkungan rumah kalian ada bank sampah. Lumayan buat tabungan Lebaran), tapi selama ini aku menyetorkannya langsung ke AKN (Armada Kemasan Nusantara) via grabcar/gocar. Tapi untuk sampah elektronik, aku kirim ke EwasteRJ. Pernah dikirim paket, pernah juga langsung ke dropbox-nya di Bogor saat ada event yang diadakan EwasteRJ bareng satu komunitas di sana.

Saat ini banyak komunitas/tempat yang mengolah/menerima sampah anorganik yang menerima jasa jemput. Ada waste4change, rekosistem, AKN, yang baru ada crapco. Ada yang khusus terima plastik sachet/layer, seperti rebrick. Ada yang khusus terima sampah kertas, seperti Rubah Kertas. Ada yang berbasis aplikasi ponsel, ada yang isi form via website jika ingin menyerahkan sampahnya. Semuanya Insya Allah memudahkan. Tinggal dicari, Insya Allah ada banyak pilihan mau diolah siapa sampah yang kita hasilkan.

Tapi demi meminimalisir jejak karbon, kadang tidak semua jenis sampah anorganik dikirim ke AKN. Sekali waktu ada acara yang juga terima sampah tetrapak dan minyak jelantah. Jadi, sekalian nambah ilmu, juga setor sampah. Atau untuk sampah botol dibiarkan ditaro di depan rumah. Biasanya suka ada tukang beling yang lewat. Atau sekalian jalan sekalin bawa e-waste. Nanti di drop sambil lewat.


Saat ini menolak kantung plastik dan sedotan masuk rumah sudah hampir bisa di atasi. Yang tidak bisa dicegah (dan memang belum bisa)kalau ada kerabat yang membawa tentengan. Di rumah sudah bisa menahan diri beli-beli sesuatu berkemasan plastik, tapi kadang orang rumah masih suka beli soto/sop pakai plastik sekali pakai. Kalau aku yang beli Insya Allah bawa wadah dari rumah. Nah, di sinilah tugasku mencuci plastik-plastik sebelum disetir ke tempatnya. Mencuci di sini tidak harus. Hanya saja memberikan sampah yang sangat kotor (efek dari sisa makanan yang menempel di plastik dan mulai membusuk) pasti menyebabkan bau yang tidak sedap. Apalagi aku tidak menyetorkannya esok hari. Kalau didiamkan sebulan jadi apa plastik basah tadi? Maka, mencuci jadi cara menghindari bau busuk sampah muncul. Aku juga mencuci kotak tetrapak untuk alasan yang sama. Jadi, mengurangi sedikit... saja pekerjaan bapak/ibu yang menerima sampah.

Langganan: Postingan ( Atom )

Featured Post

DATA IN-OUT DUIT

28/9/2015 Kadang di akhir bulan kita bertanya kemana saja uang gaji yang kita terima. Kemana saja perginya uang-uang tadi? Kita hanya tahu...

Iklan Gratis
Memuat

Total Tayangan Halaman

Google
Custom Search

Categories

  • berhenti sejenak (38)
  • film (4)
  • language (9)
  • motivation (4)
  • my culture (2)
  • my friend (2)
  • my mind (49)
  • my observ (40)
  • my resep (1)
  • the world (61)
  • tips (9)
  • tips: berpakaian (3)
  • tips: kesehatan (3)
  • tips: perawatan (1)

My Blog List

Diberdayakan oleh Blogger.

about me

Foto saya
limun
Hello, I'm Limun. I try really hard to fix my own life. You too? Manage my time and my life.
Lihat profil lengkapku

my friend

Archive

  • ► 2025 (2)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (1)
  • ▼ 2021 (8)
    • ► Desember (1)
    • ► November (3)
    • ▼ Maret (4)
      • The last part: I've A Lot Of Homework
      • Part 3: Pakai Sampai Habis Dan Rusak
      • Part 2: Sampahmu Tanggung Jawabmu
      • Part 1: Memilah Sampah Organik dan Anorganik
  • ► 2020 (6)
    • ► Juli (2)
    • ► Juni (4)
  • ► 2019 (17)
    • ► Juni (6)
    • ► Maret (4)
    • ► Februari (7)
  • ► 2018 (15)
    • ► Oktober (8)
    • ► September (3)
    • ► Mei (1)
    • ► April (3)
  • ► 2017 (29)
    • ► Oktober (2)
    • ► September (4)
    • ► Agustus (3)
    • ► Mei (7)
    • ► April (6)
    • ► Maret (1)
    • ► Februari (6)
  • ► 2016 (63)
    • ► Desember (24)
    • ► November (23)
    • ► Oktober (8)
    • ► Juni (4)
    • ► Maret (4)
  • ► 2015 (95)
    • ► Desember (3)
    • ► November (8)
    • ► Oktober (11)
    • ► September (11)
    • ► Juni (3)
    • ► Mei (2)
    • ► April (40)
    • ► Maret (17)
  • ► 2014 (11)
    • ► November (1)
    • ► Oktober (3)
    • ► September (6)
    • ► Februari (1)
  • ► 2012 (16)
    • ► Desember (1)
    • ► Januari (15)
  • ► 2011 (26)
    • ► Desember (3)
    • ► November (3)
    • ► Oktober (2)
    • ► September (3)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juli (4)
    • ► Juni (3)
    • ► Mei (7)
  • ► 2010 (10)
    • ► Juni (1)
    • ► April (1)
    • ► Maret (1)
    • ► Januari (7)
  • ► 2008 (1)
    • ► Oktober (1)
AllBlogTools.com Blogger Templates

Latest Posts

  • Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara
    Awalnya saya mencari-cari dimana Skotlandia? Dimana letak negara ini? Kalian tahu dimana? Beberapa tahun kemudian saya tahu dimana letak...
  • WhatsApp Initializing
    Pernah mengalami WhatsApp susah di-instal ulang? Notifnya “initializing” atau apalah ejaan Inggrisnya. Saya pernah mengalami kejadian i...
  • Pekerjaan Suami Saya Cuma Petani
    Kalo lagi kumpul-kumpul bareng teman lama, terutama karena udah pada berkeluarga, pasti ngomongin pekerjaan suami. Beberapa teman bisa ...

Visitors

free counters
Free counters
Copyright 2014 Journey of My Life.
Distributed By My Blogger Themes | Designed By OddThemes