Journey of My Life

seputar catatan yang katanya jurnal

  • Home
Home Archive for 2020
Mungkin kitalah yang terlalu menuntut banyak. Mungkin kitalah yang terlalu berpikir kalau sudah banyak memberi dan melakukan. Mungkin hati kitalah yang sakit. Mungkin itu sebab kenapa urusan kita tak kunjung selesai.
Mungkin kita banyak bicara tanpa berbuat. Mungkin kita banyak menasihati tanpa memberi contoh nyata. Mungkin kita sudah merasa banyak beramal, banyak ilmu, dan lebih baik dari orang lain. Mungkin kita lebih sering mengaudit orang lain tanpa sempat melihat ke dalam diri. Mungkin kitalah yg terlalu sombong.
Mungkin kita dituntut terlalu banyak padahal hanya punya satu tubuh dan dua tangan. Diminta untuk melakukan ini-itu dan dipikir tidak mungkin lelah hanya karena masih muda. Dituntut karena kewajiban. Dan ia melakukannya. Ia hanya berusaha menunaikan kewajibannya tanpa menuntut hak. Biar Allah yang mengaturnya.





       Sejak dibuat, baru hari ini bisa ngetik deskripsi lengkapnya. Oke, pertama lihat fotonya.



Begitu, yah, denah dari miniatur tiny house yang akhirnya jadi kubuat. Kalo dilihat bentuk lantai satu kayak kontrakan tiga petak. Untuk lantai ini aja aku udah beberapa kali rombak posisinya. Aku tidak suka sebenernya kalo kamar mandi dekat dengan dapur. Apalagi pintunya pas banget ngadep dapur. Tadinya kamar mandi mau di bawah tangga. Atau tangga ada di tengah ruangan. Memisahkan antara dapur dan kamar mandi. Tapi apalah daya diri ini belum ahli membuat beginian. Karena akan ada lantai atas, agak bingung juga untuk meletakkan posisi kasurnya. Jadi, begitulah akhirnya.
Tidak seperti kebanyakan denah tiny house, aku sengaja memisahkan area ruang tamu dan dapur. Alasannya karena kalau ada tamu, tetap ada area privasi untuk pemilik rumah. Aurat rumah jadi terjaga. Itu juga kenapa ada pintu samping. Agar kalau ada tamu, anggota rumah bebas keluar-masuk tanpa terlihat tamu dan bisa tanpa berkerudung untuk beraktifitas di dapur. Jika ada kebutuhan, bisa ke kamar mandi dengan nyaman. Di ruang tamu yang banyak jendela ini (I love sunshine), ada meja lipat yang bisa berfungsi sebagai meja makan (makan di ruangan ini aja). Sengaja hanya ada satu sofa, tapi tipenya sofa bed. Kalau tamu banyak, yah, gelar tiker. Karena ini hanya denah rumah tanpa teras, kalau ada teras, aku mau bikin yang lebar kayak rumah Betawi tempo dulu. Jadi, kalo ada acara keluarga besar, bisa dijamu di teras.
Lanjut ke dapur. Sejak awal posisi dapur gak berubah. Maunya di situ. Cuma jadinya lebih kecil karena kamar mandi gagal diletakkan di bawah atau di dekat tangga. Lagi-lagi ada jendela panjang di situ yang bisa digeser-geser agar udara masuk. Di pojok kanan dekat pintu kamar mandi, ada mesin cuci bukaan atas. Karena ukuran kamar mandi kecil dan sempit, jadi mesin cuci taro di situ, deh. Kalau mau dipakai, tarik mesin cuci (pasang alas beroda empat di bawahnya). Tekan tombolnya dan dorong lagi ke tempat semula. Selang air kotornya masuk ke lubang di pintu kamar mandi (detailnya gak ada di miniatur). Area dapur lumayan luas, yah. Karena enggak suka pakai tangga sandaran atau ladder dan berisiko jatuh, juga kurang aman untuk anak-anak dan orang tua, maka aku pakai tangga tapak yang juga berfungsi buat tempat kulkas, lemari dan tempat simpan-simpan. Ada meja lipat juga untuk gosok cucian atau bisa buat naro makanan.


Kita ke kamar mandi. Ada tempat mandi shower, buffet lengkap dengan westafel, dan wc (ceritanya itu composter toilet). Karena keterbatasan ruang, pintunya sengaja dibuat yang tipe geser. Tidak lupa ada jendela dan exhaust.



Terakhir, kita ke loteng. Untuk di Indonesia, aku gak tahu apa bisa membuat loteng sebagai tempat tidur (semoga bisa, yah). Kalo mau disiasati, bisa cukup untuk kasur tipe king dan single dua biji. Jadi kayak ada tiga kamar tidur. Untuk tempat baju atau kebutuhan lain, silakan beli storage sendiri atau buat. Di sini tadinya aku mau buat lemari-lemarian atau box kecil, tapi gak jadi. Cukup bayangkan saja kalau ada barang-barang tadi. Oh, iya, untuk memisahkan area tidur bisa dibuat sekat. Tadinya ada sekat antara ruang tidur orang tua dan anak, tapi ‘roboh’. Ya, udah, aku cabut aja.


Nah, itu sedikit penjelasan dari miniatur tiny house yang kubuat. Bagaimana? Apa aku suka? Seperti apa yang kutulis di atas, aku tidak suka kalau kamar mandi dekat dapur. Dapur akan mudah kotor dan kamar mandi kita umumnya tipe basah. Keset depan pintu hamam akan mudah kotor dan basah. Ruangan akan lembab karena kurang cahaya matahari. Jadi, aku kurang sreg dengan posisinya. Kalau mau bangun rumah kayak gini, aku akan memilih rencana sebelumnya: tangga sebagai pemisah hamam dan dapur. Akibatnya, sih, dapur akan lebih sempit tapi panjang, tapi bisa dibuat pintu dapur. Lebih mudah kalau mau jemur-jemur. Yang gak enak kalau pintu kamar mandi pas berhadapan dengan pintu tengah dari ruang tamu.
Satu hal yang paling penting adalah privasi pemilik rumah saat ada tamu. Penting banget untuk membuat ruang tamu yang tidak terbuka dengan area dalam rumah (seperti kebanyakan denah tipe apartemen atau open kitchen). Aku suka open kitchen, tapi lebih penting menjaga aurat rumah. Jangan sampai ada tamu, tapi pemilik rumah susah beraktifitas. Lain ceritanya kalau memang tamu hanya sebentar mampir. Berhubung ada teras, tamu bisa duduk di situ. Terus kalau tamu nginep? Wah, itu lain lagi ceritanya. Nanti aku lanjutin di postingan berikutnya.

Kadang saat ide muncul di kepala, segalanya begitu menarik seakan orang lain akan takjub. Tapi begitu dieksekusi, tidak sebagus ekspektasi.
Beberapa kali aku mengalaminya, terutama yang berhubungan dengan kerajinan tangan. Kebanyakan hasilnya gagal. Entah itu salah potong, salah ngelem, atau jauh dari bayangan awal ide muncul.
Aku setuju dengan penulis “Original”. Ada masanya satu ide diungkep, ditunda pelaksanaannya sampai benar-benar matang.
Satu dua ide yang ditunda eksekusinya lebih bagus hasilnya dibanding yang buru-buru langsung dikerjakan. Bahkan ada satu dua ide yang diawal terlihat cemerlang malah akhirnya sama sekali tidak dilakukan.
Salah satu yang kutunda dan akhirnya tidak jadi adalah membuat ecobrick. Aku sudah menghabiskan waktu dan tenaga, termasuk memasukkannya sebagai jadwal rutin di akhir pekan atau waktu senggang di to-do-list-ku. Akhirnya malah tidak terlalu memuaskan (yah, karena itu tadi, rasa bersalah menghasilkan sampah).
Tidak hanya ide, menunda beli sesuatu juga menguntungkan dari segi uang. Mungkin kalian pernah membaca buku atau tips yang menyuruh menunda sampai seminggu. Kalau hasratnya hilang, yah, enggak usah beli. Kalo masih ingat, yah, lanjut.
Aku sengaja membuat judulnya begitu kalau dilihat dari posisinya di denah.
Awalnya posisi seperti itu tidak masalah. Tapi karena pernah ada tamu yang baru pulang hampir tengah malam, pernah terjebak di dapur sampai juhur lewat pas lagi nyuci (gak ada kerudung dan jaket, mana ujan pula. Makin lama, deh, tamunya :(.  Udah mah gerah belom mandi) dan ada tamu yang nginep sampai sepekan lebih, yang akibatnya jadi sulit ke dapur atau bahkan sekedar ambil handuk di tempat jemur; udah  mah kami pada males kalo harus lewatin tamu (antara sopan atau malu atau mager), maka aku bertekad kalau punya rumah ruang tamu ada di ‘kamar’.
Emang, sih, ada pintu samping. Tapi akses ke kamar anak jadi susah. Kalau lagi ada keperluan di situ kedengeran banget ke ruang tamu. Kalau lagi di kamar, terjebak gak bisa ke dapur, gak bisa nyuci, gak bisa ambil sepatu. Kalau udah mepet, kayak harus pergi, akhirnya, sih, lewat juga. Tapi kalau urusan ke dapur, masih bisa ditunda sampai si tamu pergi atau sholat di masjid. Selebihnya, cuma bisa di kamar, ke hamam, atau ke ruangan satunya. Bener-bener terbatas. Pengen, deh, bongkar aja sekatnya dan dapur. Buat lagi sekat kayak dulu. Jadi bisa ke dapur, bisa nyuci, bisa keluar rumah tanpa harus lewatin tamu.
Kalau udah ada tamu yang durasi namunya lama, aktivitas harian yang berhubungan dengan dapur dan tempat cuci jadi tertunda. Itu kenapa aku tidak mau terulang lagi kalau punya rumah. Aku mau tamu juga bisa bebas namu lama dan aku bisa beraktifitas bebas. Kalau kamu punya rumah yang ruang tamunya tertutup, jadi gak keliatan dalam rumah, bersyukurlah. 
Sejak kecil samai sekarang ini udah gak tau deh berapa kali tukar posisi barang di rumah. Awalnya aku suka-suka aja dengan pergantian suasana. Sampai akhirnya aku berpikir berapa banyak waktu yang terbuang untuk proses tersebut. Karena semakin ke sini semakin banyak PR yang harus dikerjakan, aku pikir tukar-tukar posisi barang bukan hal darurat. Apalagi kalo yang punya ide butuh bantuan orang lain. Karena itu juga rumah impianku terus berubah.
Tau, yah, acara Rumah Idaman yang tayang di akhir pekan di stasiun TV Indo***r? Karena hampir gak pernah kelewat acara yang satu ini, aku jadi pengen punya rumah kayak ini dan itu. Ditambah lagi pas keluargaku mau bangun rumah, Abah jadi suka beli majalah Idea dan tabloid Rumah. Kesukaanku sama rumah makin menjadi. Akibatnya cita-citaku bergeser jadi arsitek.  Tapi karena pengalaman di atas, aku mulai mengubah cara pandangku pada perabot rumah, mana yang penting.
Walau pun denah rumah kadang itu lagi itu lagi, urusan jenis perabot berubah banyak. Sebelumnya, aku mau cerita sedikit. Kurang lebih seperti ini denah rumah kami kalo jadi:
Dan kalo ingatanku masih baik, udah tiga kali posisi ruang periksa dan ruang tamu berganti-ganti. Tadinya kamar di sebelah ruang tamu pernah sekali jadi ruang periksa. Awalnya kamar tidur, terus ruang periksa, eh, jadi kamar lagi sampai sekarang.
Hal lain yang bikin males adalah perabot-perabot yang besar-besar dan berat. Ada lemari atau bupet kayu jati yang isinya (orang tuaku suka kayu jati) buku-buku tebal dan berbagai perabot dapur. Selain itu (lihat denah), ada sekat tripleks di situ. Sekat ini udah dua kali bergeser. Pertama nutupin pandangan pintu depan rumah ke pintu tempat cuci. Waktu itu kamar tidur depan jadi ruang periksa dan ruang tamu jadi ruang tunggu pasien. Kedua, yah posisinya saat ini.  Bener-bener, deh, butuh seharian untuk urusan sekat ini. Pekerjaan berat banget yang ujung-ujungnya aku juga yang beres-beres sampai akhir. Ini yang bikin sebel karena tipe orang di rumahku jarang banget mau menyelesaikan satu pekerjaan sampai tuntas. Kalo ada orang lain yang bisa ngerjain sampai akhir, kenapa gak nyuruh yang lain aja. Kebangetan emang. Suka bikin kesel sendiri tuh akunya.
Pernah sekitar tahun 2014, gak lama setelah tetehku nikah dan pergi dari rumah, lemari kayu pinus custom made kena makan rayap. Dugaan sih ini rayap menjalar dari sekat tripleks tadi. Ketauan pas mau buka sepatu, kayak ada tanah-tanahnya gitu. Beberapa barang di laci, kayak sepatu Eagle-ku dan catridge bekas tinta printer jadi ada kerak tanah di sisi luarnya. Eh, pas dicek sampai ke ujungnya, ternyata bagian bawah lemari udah habis. Mulai, deh, tuh proses pembersihan rayap. Disodok-sodok dasar lemari, disemprot Baygon, dibawa keluar rumah, dibongkar (emang bisa dibongkar pasang). Sampai akhirnya dibuang dan tersisa dua laci sepatu. Sehari lebih, deh, aku ngurus tuh lemari. Karena itulah, aku mulai berpikir, semakin berpikir, hidupku bukan cuma buat beres-beres (apalagi kalo seorang diri ngurus banyak hal). Maka dari itu hal pertama yang aku soroti adalah perabot dan mebel.
1. Sofa dan lemari penyimpanan.
Aku tidak mau sofa besar penuh bantalan yang bikin ruangan kecil makin sempit. Mengingat perumahan saat ini ukurannya kecil, punya perabot besar hanya akan membuat rumah dan ruang semakin sempit. Kalo pun punya sofa, harus ada tempat penyimpanan di bawahnya. Jadi multifungsi. Atau kursi kayu pun sudah cukup atau lesehan aja, deh, pake tiker.
Pengalaman punya ibu yang perfeksionis dalam hal kebersihan dan bersih-bersih sampai debu seujung kuku, membersihkan perabot seperti lemari membutuhkan tenaga dan waktu khusus. Bagian atas masih bisa dibersihkan dengan mudah, tapi sisi bawahnya lebih susah lagi—kecuali punya penyedot debu. Karena itu untuk lemari aku punya standar tertentu. Lemari gak usah yang dari kayu berat penuh ukiran macam-macam yang kalo debuan sela-selanya lumayan bersihinnya. Mending yang datar aja polanya. Dan harus napak tanah, eh, lantai dan sampai plafon. Berhubung aku alergi debu dan punya asma, aku harus meminimalisir tempat debu hinggap. Syukur sekarang banyak mebel yang datar tanpa bentuk yang ribet.
2.  Lampu
Punya lampu gantung berarti harus siap bersihin entah itu dikerjain sendiri atau pakai jasa orang lain. Jadi, pakai lampu biasa aja tanpa pelindung. Kalau pakai pelindung, misalnya bentuknya kotak atau cembung, yang ribet itu pas ganti lampunya.
3. Kamar mandi
Harus terpisah antara area kering dan basah. Kenapa? Aku mulai dengan pertanyaan dulu, ya. Siapa yang sering nyikat kamar mandi? Bagaimana rasanya? Wah, bukan main banyaknya yang harus disikat. Baknya, dindingnya, keramiknya …. Berhubung aku juga kayak ibuku, pengennya hamam (kamar mandi) kinclong. Mengingat butuh tenaga yang lumayan, aku lebih pilih area basah ada khusus dan gak usah pake bak (ngurasnya itu loh yang lumayan juga).
Odol, sabun, sikat gigi, simpan aja di luar biar kena matahari atau buat lemari kecil di dalam hamam biar gak gampang lumutan atau kekuning kecoklatan dan akhirnya perlu dibersihin juga, disikat juga. Aku setuju dengan Konmari kalo botol-botol yang disimpan di hamam lama-lama akan kotor yang keliatannya malah jadi jorok. Aku juga akan menerapkan satu sabun untuk semua penghuni. Jadi di hamam tidak banyak produk untuk si A merek X, si B merek Y, misalnya. Dan tentu harus alami. Sampo, sabun badan dan muka harus batang. Odol harus pasta di wadah yang bisa dipakai lagi atau pakai siwak aja sekalian. Kelar, deh, isi kamar mandi. Gak perlu bejibun isinya. Jadi rapi, kan? Satu lagi hampir lupa, kamar mandi juga perlu cahaya matahari. Karena kamar mandi saat ini tanpa ventilasi, jadi agak pengap. Apalagi kalau lagi musim hujan, jadi makin lembab, deh. Maka penting untuk mendapat jatah sinar matahari di bagian rumah yang satu ini.
4. Dapur
Sama seperti hamam, dapur juga harus dapet sinar sang mentari. Aku tidak suka dapur (juga hamam) yang kedap cahaya atau dapet cahaya sedikit, dipojokan tanpa pintu belakang. Dapur impianku akan setengah terbuka. Pernah nonton “Urban Chef”? Kurang lebih akan seperti itu dapurnya. Dan tidak kalah penting, pot-pot tanaman menggantung tidak jauh dari bak cuci piring. Biar kuah sayur, air bekas minum bisa disiram ke pot. Tempat penyimpanan perabot harus maksimal dipakai. Kalo pernah lihat video tentang tiny house, kurang lebih kayak gitu bentuknya.
5. Kamar tidur
Hasil berjibaku dengan kutu kasur, harus hati-hati banget sama makhluk kecil ini. Tidur jadi gak tenang dan kamar jadi gak sehat. Penting juga untuk memilih spring bed yang bagus (harga emang gak boong, deh). Untuk dipan, harus juga berfungsi sebagai tempat simpan-simpan barang. Kalo pun gak ada dipan, yah kasurnya di lantai juga oke. Gak banyak yang aku mau untuk kamar tidur. Itu aja udah cukup.
 Dari lima hal ini, ketauan, yah, kalo aku rada males juga bersih-bersih. Pengennya sedikit bersih-bersih, tapi rumah bersih. Dan alasan kenapa aku mau seperti ini sekali lagi karena efek hidup di lingkungan yang harus banget bersih kinclong. Aku juga gak perfeksionis amat, sih. Pasti akan ada debu nantinya. Aku hanya berusaha meminimalisir kemungkinannya. Aku mungkin gak perlu meja makan. Udah lesehan aja. Bener, deh, punya banyak perabot juga berarti akan menyita, menghabiskan waktu, tenaga, dan pikiran kita yang sebenarnya bisa dialihkan untuk hal lain yang lebih produktif.
ini tentang hujan 
yang terkadang kita lupakan
ini tentang air yang terkadang kita sia-siakan
ini tentang rahmat-Nya 
yang terkadang tidak kita sadari
ini tentang bagaimana
yang kecil bisa bermanfaat
ini tentang bagaimana
gerimis tidak membuat kita segera naik ke atas ranjang
ini tentang bagaimana
semangat hujan turun
ini tentang air
yang tidak datang dari dalam Bumi
ini tentang wangi hujan
yang jarang bisa kita cium
ini tentang suara hujan
yang membuat kita tidak beranjak untuk wudhu
ini tentang energi di dalam hujan
yang sepertinya tidak ada artinya
ini tentang air di semesta
di dalam tanah, di perut Bumi,
di langit, di permukaan Bumi
di dalam xilem, di dalam pembuluh darah
di setiap pori-pori
apa dia tidak pernah diingat?
terlupakan tanpa jejak
tanpa guna
ini tentang hujan 
yang terkadang kita lupakan
ini tentang air yang terkadang kita sia-siakan
ini tentang rahmat-Nya 
yang terkadang tidak kita sadari
ini tentang bagaimana
yang kecil bisa bermanfaat
ini tentang bagaimana
gerimis tidak membuat kita segera naik ke atas ranjang
ini tentang bagaimana
semangat hujan turun
ini tentang air
yang tidak datang dari dalam Bumi
ini tentang wangi hujan
yang jarang bisa kita cium
ini tentang suara hujan
yang membuat kita tidak beranjak untuk wudhu
ini tentang energi di dalam hujan
yang sepertinya tidak ada artinya
ini tentang air di semesta
di dalam tanah, di perut Bumi,
di langit, di permukaan Bumi
di dalam xilem, di dalam pembuluh darah
di setiap pori-pori
apa dia tidak pernah diingat?
terlupakan tanpa jejak
tanpa guna
Langganan: Postingan ( Atom )

Featured Post

DATA IN-OUT DUIT

28/9/2015 Kadang di akhir bulan kita bertanya kemana saja uang gaji yang kita terima. Kemana saja perginya uang-uang tadi? Kita hanya tahu...

Iklan Gratis
Memuat

Total Tayangan Halaman

Google
Custom Search

Categories

  • berhenti sejenak (38)
  • film (4)
  • language (9)
  • motivation (4)
  • my culture (2)
  • my friend (2)
  • my mind (49)
  • my observ (40)
  • my resep (1)
  • the world (61)
  • tips (9)
  • tips: berpakaian (3)
  • tips: kesehatan (3)
  • tips: perawatan (1)

My Blog List

Diberdayakan oleh Blogger.

about me

Foto saya
limun
Hello, I'm Limun. I try really hard to fix my own life. You too? Manage my time and my life.
Lihat profil lengkapku

my friend

Archive

  • ► 2025 (2)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (1)
  • ► 2021 (8)
    • ► Desember (1)
    • ► November (3)
    • ► Maret (4)
  • ▼ 2020 (6)
    • ▼ Juli (2)
      • Mungkin Kitalah
      • Miniature Tiny House
    • ► Juni (4)
      • Menunda-nunda Ide
      • Ruang Tamu Serba Salah
      • Dream House
      • Air Hujan
  • ► 2019 (17)
    • ► Juni (6)
    • ► Maret (4)
    • ► Februari (7)
  • ► 2018 (15)
    • ► Oktober (8)
    • ► September (3)
    • ► Mei (1)
    • ► April (3)
  • ► 2017 (29)
    • ► Oktober (2)
    • ► September (4)
    • ► Agustus (3)
    • ► Mei (7)
    • ► April (6)
    • ► Maret (1)
    • ► Februari (6)
  • ► 2016 (63)
    • ► Desember (24)
    • ► November (23)
    • ► Oktober (8)
    • ► Juni (4)
    • ► Maret (4)
  • ► 2015 (95)
    • ► Desember (3)
    • ► November (8)
    • ► Oktober (11)
    • ► September (11)
    • ► Juni (3)
    • ► Mei (2)
    • ► April (40)
    • ► Maret (17)
  • ► 2014 (11)
    • ► November (1)
    • ► Oktober (3)
    • ► September (6)
    • ► Februari (1)
  • ► 2012 (16)
    • ► Desember (1)
    • ► Januari (15)
  • ► 2011 (26)
    • ► Desember (3)
    • ► November (3)
    • ► Oktober (2)
    • ► September (3)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juli (4)
    • ► Juni (3)
    • ► Mei (7)
  • ► 2010 (10)
    • ► Juni (1)
    • ► April (1)
    • ► Maret (1)
    • ► Januari (7)
  • ► 2008 (1)
    • ► Oktober (1)
AllBlogTools.com Blogger Templates

Latest Posts

  • Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara
    Awalnya saya mencari-cari dimana Skotlandia? Dimana letak negara ini? Kalian tahu dimana? Beberapa tahun kemudian saya tahu dimana letak...
  • WhatsApp Initializing
    Pernah mengalami WhatsApp susah di-instal ulang? Notifnya “initializing” atau apalah ejaan Inggrisnya. Saya pernah mengalami kejadian i...
  • Pekerjaan Suami Saya Cuma Petani
    Kalo lagi kumpul-kumpul bareng teman lama, terutama karena udah pada berkeluarga, pasti ngomongin pekerjaan suami. Beberapa teman bisa ...

Visitors

free counters
Free counters
Copyright 2014 Journey of My Life.
Distributed By My Blogger Themes | Designed By OddThemes