Journey of My Life

seputar catatan yang katanya jurnal

  • Home
Home Archive for September 2018
Pernah pada suatu masa aku begitu antusias dengan dunia luar, dengan setiap hal yang ada di luar lingkunganku. Setiap ada kesempatan untuk pergi jalan-jalan, aku selalu tidak sabar. Tempat baru, orang-orang baru, dan pengalaman baru—walau aku sudah ke tempat yang sama berkali-kali misalnya—dan aku begitu percaya diri.
Lalu datang satu masa dimana semua yang ada di luar sana hanya membuatku terpuruk. Tidak ada tempat bersahabat di luar sana. Tidak ada yang ingin aku lihat. Aku tidak mau kemana-mana. Sudah tidak ada yang menarik bagiku hanya karena apa yang terjadi pada hidupku—kegagalan yang sangat membuatku terpukul dan melabeli diri pernah mengecewakan orang lain.
Kupikir dengan berdiam diri di rumah segalanya akan selesai atau setidaknya beban seseorang akan berkurang. Nyatanya, itu hanya membuatku semakin kehilangan banyak hal. Kemampuan berkomunikasiku menurun, aku takut bertemu orang hanya karena anggapan mereka semua pasti berpikiran buruk tentangku—pengaruh lingkunganku yang merugikan—aku mulai berpikir rendah diri, dan yang sangat kusadari, betapa tidak berkembangnya diri ini.
Dua tahun lebih aku hampir tidak pergi kemana-mana. Berkutat dengan kasur, kamar, dapur (untuk mencari makan), dan laptop. Aku hanya melihat dunia dari layar hape atau TV. Informasi yang kudapat hanya dari dua benda tadi. Aku jarang bicara, hanya tetap mengetik jurnal dan menulis beberapa hal. Tidak ada teman yang benar-benar kuhubungi. Aku seakan jauh dari peradaban.
Datanglah kenangan dan ingatan bagaimana aku dulu tidak takut keluar rumah. Bahkan kalau tersasar, masih bisa bertanya pada orang lain. Aku seakan lupa bagaimana dan kenapa dulu aku begitu antusias setiap keluar rumah. Aku lupa kalau keluar rumah begitu menyenangkan. Aku iri dengan diriku yang dulu, yang berjalan tanpa beban—aku bahkan tidak tahu ini bebanku atau orang lain yang meletakkannya di pundakku. Aku pun mencoba untuk keluar.
Apa aku harus terus di rumah hanya karena dunia saat ini sudah sangat buruk? Panas, polusi, orang-orang yang saling berjalan cepat memakai masker tanpa mempedulikan sekitarnya, dan kendaraan yang bergerak cepat tidak peduli pengguna jalan lain.
Aku tidak ingin menjadi katak di dalam sumur. Urusan tidak akan selesai hanya dengan diam. Jadi, izinkanlah aku untuk keluar, untuk melihat bagaimana matahari bersinar setiap pagi. Bolehkah?
Seperti anak kecil yang baru diajak pergi orang tuanya, aku begitu deg-degan pergi berjalan sendiri menyusuri pusat perbelanjaan. Aku benar-benar belajar dari awal. Setelah berani berjalan sendiri di pusat keramaian, barulah aku mencoba membeli sesuatu di dalam ITC. Mencoba bertanya pada penjaga toko berapa harganya—aku belum berani menawar.
Butuh waktu untuk memecut diri sendiri. Pada satu titik aku pernah hampir kembali tidak mau keluar rumah, tapi aku juga tidak mau kembali ke belakang. Aku berusaha lagi untuk membiasakan diri ke pusat perbelanjaan. Bahkan tanpa membawa uang, hanya ongkos. Aku hanya sedang melatih diri bahwa dunia luar tidak seburuk yang orang lain katakan dan diserap begitu saja oleh kepalaku.
Setahun berlalu, aku mulai berani, walau masih takut dan dag-dig-dug, terutama jika bertemu hal yang baru bagiku. Aku belajar naik kereta dengan kartu tap. Aku belajar naik ojek online. Aku belajar untuk lebih percaya diri dengan apapun yang aku kenakan. Aku belajar banyak hal. Aku berusaha berkomunikasi dengan baik. Bahkan terkadang berpura-pura tidak tahu arah dan bertanya pada satpam hanya untuk melatih diri.

Jangan samakan dengan Spongebob. Aku sengaja membuat judulnya seperti itu karena secara fisik spons menyerap apapun. Sama seperti isi kepala ini. (Kalau dibandingkan dengan Spongebob yang sangat percaya diri dengan hidupnya dan selalu bersemangat, diriku mungkin kebalikannya). Semakin ke sini, semakin bertambah umur, entah kenapa semakin banyak yang diserap tanpa disaring. Dikit-dikit dipikirin, dikit-dikit diambil ati.
Waktu masih kecil sampai lulus SMA, bahkan sampai lulus kuliah, tidak begitu banyak yang aku pikirkan dan dipertimbangkan begitu dalam. Kalau sudah ingin sesuatu, ya, aku lakukan. Tapi sekarang begitu banyak yang aku pertimbangkan. Entar gimana kata orang tuaku, kata orang lain, apa pendapat orang lain kalau aku begini, apa yang akan mereka pikirkan tentang diriku kalau aku begitu. Semua pertanyaan itu terus berputar di kepalaku, membuatku diam hanya karena “apa kata orang lain”. Aku terjebak dengan pikiran yang berlebihan yang akhirnya membuatku takut untuk melakukan banyak hal. Takut untuk mengejar apa yang aku mau.
Pikiran berlebih ini ibarat api yang pelan-pelan melahap kayu. Siapa yang rugi? Diriku sendiri. Setelah sempat terpuruk karena terlalu banyak mengambil dan mendengar apa kata orang lain, aku berusaha keluar dari belenggu yang sangat kuat mengikat. Sekali waktu aku berusaha keluar, sekali waktu aku kembali tertarik. Mereka yang ada di sekitar seakan lebih kuat, lebih benar tentang bagaimana hidup ini—hidupku terutama. Aku tidak bilang kalau apa yang kulakukann—untuk keluar—adalah hal yang benar, tapi juga tidak berarti salah. Aku hanya berusaha melepas apa yang negatif, yang buruk untuk diri ini dan kembali melihat dunia dengan lebih baik. Aku ingin kembali tersenyum, kembali melihat orang lain dengan prasangka baik, kembali berjalan keluar rumah dan meyakinkan diri bahwa tidak akan ada hal buruk yang terjadi. Aku hanya ingin berpikiran baik dan berprasangka baik. Salahkah? Aku hanya ingin meringankan pikiranku. Berusaha memikirkan hal yang baik-baik, mengurangi prasangka terhadap orang lain, dan tidak peduli seberapa buruk dunia ini, selalu ada orang baik di antara mereka.

Malam itu enggak bisa tidur. Iseng ikut nonton closing SEA GAMES 2017. Pas liat video tentang volunteer yang dipuji-puji menteri olahraga Malaysia yang sedang memberikan prakata, aku jadi sedikit terinspirasi. Ada, yah, volunteer untuk acara gituan? Baru tau, seumur-umur baru tau ini.
Tahun berikutnya, gak sengaja adekku ngajak ikutan daftar jadi volunteer Asian Games 2018. Wah, aku baru tau infonya. Dia dapet dari temennya yang pernah ikut invitation tournament Asian Games 2018 (ITAG). Oke, aku prepare untuk perndaftaran.
Pertama, SKCK. Bikin dah tuh bareng adekku. Karena alamat kami sama, bapak polisinya ngira sodara. Iya, Pak, adek-kakak. Itu hari kedua dateng ke Polsek. Sebelumnya dateng, tapi udah keburu tutup. Taunya cuma buka sampe jem satu.
Nunggu pengumuman lumayan ada sebulanan lebih, deh. Udah pasrah aja. Enggak ngarep banyak. Mengingat kalo di bagian form pengalaman organisasi sama pernah jadi panitia apa, hem, cuma ada satu-satunya. Berhubung aku udah jauh dari kata freshgraduate, jadi isi sama satu organisasi yang lumayan masih aku ikutin sekarang.
Adekku dapet info dari temennya kalo tes psikotes udah mulai. Lah, ini infonya aja aku belom dapet. Dia insiatif buka web volunteer dong. Donwload-lah PDF yang isinya nama-nama yang udah lolos seleksi berkas. Ada tuh nama aku sama adekku. Kami sama-sama dapet tempat tes di LPPI, tapi harinya beda. Aku Sabtu, dia Ahad.
Sambil dagdigdug, aku pergi Sabtu jem 10-an. Segala bawa bekel sama kue bolu—yang kemakan cuma kue bolu. Tes mulai jem setengah satu. Rada telat, tapi belom mulai. Intinya mah ketemu aja tuh LPPI setelah jalan kaki dari pertigaan jalan Ampera situ ke Kemang. Cuma aku rada bingung kenapa yang dateng pada pake baju item-putih udah kayak mau ngelamar kerja. Aku udah makin pasrah aja kalo diusir karena enggak ngikutin aturan, deh. Sambil duduk depan kelas nunggu masuk, ada yang lagi berbincang di sebelahku. Tiga orang, deh. Dia ngasih tau kalo baru dapet info ini semalam lewat SMS. Aku dalam hati ngomong, “Lah, aku aja gak dapet e-mail sama SMS”. Tau juga dari web-nya.
Tes pertama: psikotes. Mirip kayak mau tes PTN gitu, yang pake gambar-gambar, pola-pola dan simbol-simbol. Dilanjut sama ngisi ratusan pertanyaan tentang karakter pribadi. Sesi berikutnya, wawancara. Aku Ashar dulu. Udah pasrah juga, sih, kalo pas dipanggil orangnya lagi enggak ada, lagi sholat. Eh, taunya pas aku balik ke ruangan, baru deh namaku dipanggil. Kayaknya ngurut sesuai posisi duduk psikotes tadi. Alhamdulillah, aku duduk di baris kedua.
Wawancaranya dimulai dengan perkenalan pake bahasa Inggris sama motivasinya apa. Lanjut diskusi tentang “pemimpin” tuh harus yang kayak gimana sih. Kami ada sekitar 6-7 orang, satu laki sendiri yang perkenalannya beda sendiri: pake bahasa kita.
Udah tuh selesai sekitar jem setengah lima deh. Giliran nyari jalan pulang nih. Sedikit aku cerita, hapeku belakangan ini gak bisa pesen ojek online. Entah karena hapenya udah lama, entah karena hapenya gak kuat nangkep sinyal, entah karena sinyal provider yang aku pake jelek, entah karena apa, pokoknya gak bisa buka aplikasi. Kalo pun bisa, itu udah lola banget, pake sangat.
Aku nanya-nanya sama satpam di situ kalo mau ke Pasar Minggu naek apa. Tadi aku dari stasiun naek angkot merah sampe pertigaan Ampera situ. Kata Bapaknya, ada busway, tapi nanti turun di Ampera. Dari situ naek angkot yang merah tadi. Ada sih mikrolet, tapi udah jarang banget. Eh, sambil nanya-nanya sama bapaknya, taunya grab bisa dibuka. Udah, deh, cancel naek TJ yang selewatan mata memandang bentar lagi sampe di LPPI. Alhamdulillah, naek grab deh sampe Pasar Minggu. Tapi drivernya nurunin depan Ramayana situ, enggak depan stasiun. Oke, deh, pulang. Sampe rumah magrib. Dari stadebar naek grab lagi. Walau rada lola appsnya, yang penting bisa mesen.
Selesai sudah tahapan untuk hari ini yang aku enggak tau gimana hasilnya. Mau dapet atau enggak, udah enggak kepikiran, deh. Nanti lanjut lagi sama tahapan berikutnya. See ya...

Langganan: Postingan ( Atom )

Featured Post

DATA IN-OUT DUIT

28/9/2015 Kadang di akhir bulan kita bertanya kemana saja uang gaji yang kita terima. Kemana saja perginya uang-uang tadi? Kita hanya tahu...

Iklan Gratis
Memuat

Total Tayangan Halaman

Google
Custom Search

Categories

  • berhenti sejenak (38)
  • film (4)
  • language (9)
  • motivation (4)
  • my culture (2)
  • my friend (2)
  • my mind (49)
  • my observ (40)
  • my resep (1)
  • the world (61)
  • tips (9)
  • tips: berpakaian (3)
  • tips: kesehatan (3)
  • tips: perawatan (1)

My Blog List

Diberdayakan oleh Blogger.

about me

Foto saya
limun
Hello, I'm Limun. I try really hard to fix my own life. You too? Manage my time and my life.
Lihat profil lengkapku

my friend

Archive

  • ► 2025 (2)
    • ► Juni (1)
    • ► Mei (1)
  • ► 2021 (8)
    • ► Desember (1)
    • ► November (3)
    • ► Maret (4)
  • ► 2020 (6)
    • ► Juli (2)
    • ► Juni (4)
  • ► 2019 (17)
    • ► Juni (6)
    • ► Maret (4)
    • ► Februari (7)
  • ▼ 2018 (15)
    • ► Oktober (8)
    • ▼ September (3)
      • Inside Outside
      • Am I Spongebob?
      • Volunteer Asian Games 2018: Mulanya
    • ► Mei (1)
    • ► April (3)
  • ► 2017 (29)
    • ► Oktober (2)
    • ► September (4)
    • ► Agustus (3)
    • ► Mei (7)
    • ► April (6)
    • ► Maret (1)
    • ► Februari (6)
  • ► 2016 (63)
    • ► Desember (24)
    • ► November (23)
    • ► Oktober (8)
    • ► Juni (4)
    • ► Maret (4)
  • ► 2015 (95)
    • ► Desember (3)
    • ► November (8)
    • ► Oktober (11)
    • ► September (11)
    • ► Juni (3)
    • ► Mei (2)
    • ► April (40)
    • ► Maret (17)
  • ► 2014 (11)
    • ► November (1)
    • ► Oktober (3)
    • ► September (6)
    • ► Februari (1)
  • ► 2012 (16)
    • ► Desember (1)
    • ► Januari (15)
  • ► 2011 (26)
    • ► Desember (3)
    • ► November (3)
    • ► Oktober (2)
    • ► September (3)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juli (4)
    • ► Juni (3)
    • ► Mei (7)
  • ► 2010 (10)
    • ► Juni (1)
    • ► April (1)
    • ► Maret (1)
    • ► Januari (7)
  • ► 2008 (1)
    • ► Oktober (1)
AllBlogTools.com Blogger Templates

Latest Posts

  • Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara
    Awalnya saya mencari-cari dimana Skotlandia? Dimana letak negara ini? Kalian tahu dimana? Beberapa tahun kemudian saya tahu dimana letak...
  • WhatsApp Initializing
    Pernah mengalami WhatsApp susah di-instal ulang? Notifnya “initializing” atau apalah ejaan Inggrisnya. Saya pernah mengalami kejadian i...
  • Pekerjaan Suami Saya Cuma Petani
    Kalo lagi kumpul-kumpul bareng teman lama, terutama karena udah pada berkeluarga, pasti ngomongin pekerjaan suami. Beberapa teman bisa ...

Visitors

free counters
Free counters
Copyright 2014 Journey of My Life.
Distributed By My Blogger Themes | Designed By OddThemes