Sejak
dibuat, baru hari ini bisa ngetik deskripsi lengkapnya. Oke, pertama lihat
fotonya.
Begitu,
yah, denah dari miniatur tiny house yang akhirnya jadi kubuat. Kalo dilihat
bentuk lantai satu kayak kontrakan tiga petak. Untuk lantai ini aja aku udah
beberapa kali rombak posisinya. Aku tidak suka sebenernya kalo kamar mandi
dekat dengan dapur. Apalagi pintunya pas banget ngadep dapur. Tadinya kamar
mandi mau di bawah tangga. Atau tangga ada di tengah ruangan. Memisahkan antara
dapur dan kamar mandi. Tapi apalah daya diri ini belum ahli membuat beginian.
Karena akan ada lantai atas, agak bingung juga untuk meletakkan posisi
kasurnya. Jadi, begitulah akhirnya.
Tidak
seperti kebanyakan denah tiny house, aku sengaja memisahkan area ruang tamu dan
dapur. Alasannya karena kalau ada tamu, tetap ada area privasi untuk pemilik
rumah. Aurat rumah jadi terjaga. Itu juga kenapa ada pintu samping. Agar kalau
ada tamu, anggota rumah bebas keluar-masuk tanpa terlihat tamu dan bisa tanpa
berkerudung untuk beraktifitas di dapur. Jika ada kebutuhan, bisa ke kamar
mandi dengan nyaman. Di ruang tamu yang banyak jendela ini (I love sunshine),
ada meja lipat yang bisa berfungsi sebagai meja makan (makan di ruangan ini
aja). Sengaja hanya ada satu sofa, tapi tipenya sofa bed. Kalau tamu banyak,
yah, gelar tiker. Karena ini hanya denah rumah tanpa teras, kalau ada teras,
aku mau bikin yang lebar kayak rumah Betawi tempo dulu. Jadi, kalo ada acara
keluarga besar, bisa dijamu di teras.
Lanjut
ke dapur. Sejak awal posisi dapur gak berubah. Maunya di situ. Cuma jadinya
lebih kecil karena kamar mandi gagal diletakkan di bawah atau di dekat tangga.
Lagi-lagi ada jendela panjang di situ yang bisa digeser-geser agar udara masuk.
Di pojok kanan dekat pintu kamar mandi, ada mesin cuci bukaan atas. Karena
ukuran kamar mandi kecil dan sempit, jadi mesin cuci taro di situ, deh. Kalau
mau dipakai, tarik mesin cuci (pasang alas beroda empat di bawahnya). Tekan
tombolnya dan dorong lagi ke tempat semula. Selang air kotornya masuk ke lubang
di pintu kamar mandi (detailnya gak ada di miniatur). Area dapur lumayan luas,
yah. Karena enggak suka pakai tangga sandaran atau ladder dan berisiko jatuh, juga kurang aman untuk anak-anak dan orang tua, maka aku pakai tangga tapak yang juga berfungsi buat tempat kulkas, lemari dan
tempat simpan-simpan. Ada meja lipat juga untuk gosok cucian atau bisa buat
naro makanan.
Kita
ke kamar mandi. Ada tempat mandi shower, buffet lengkap dengan westafel, dan wc
(ceritanya itu composter toilet). Karena keterbatasan ruang, pintunya sengaja
dibuat yang tipe geser. Tidak lupa ada jendela dan exhaust.
Terakhir,
kita ke loteng. Untuk di Indonesia, aku gak tahu apa bisa membuat loteng
sebagai tempat tidur (semoga bisa, yah). Kalo mau disiasati, bisa cukup untuk
kasur tipe king dan single dua biji. Jadi kayak ada tiga kamar tidur. Untuk
tempat baju atau kebutuhan lain, silakan beli storage sendiri atau buat. Di
sini tadinya aku mau buat lemari-lemarian atau box kecil, tapi gak jadi. Cukup
bayangkan saja kalau ada barang-barang tadi. Oh, iya, untuk memisahkan area
tidur bisa dibuat sekat. Tadinya ada sekat antara ruang tidur orang tua dan
anak, tapi ‘roboh’. Ya, udah, aku cabut aja.
Nah,
itu sedikit penjelasan dari miniatur tiny house yang kubuat. Bagaimana? Apa aku
suka? Seperti apa yang kutulis di atas, aku tidak suka kalau kamar mandi dekat
dapur. Dapur akan mudah kotor dan kamar mandi kita umumnya tipe basah. Keset
depan pintu hamam akan mudah kotor dan basah. Ruangan akan lembab karena kurang
cahaya matahari. Jadi, aku kurang sreg dengan posisinya. Kalau mau bangun rumah
kayak gini, aku akan memilih rencana sebelumnya: tangga sebagai pemisah hamam
dan dapur. Akibatnya, sih, dapur akan lebih sempit tapi panjang, tapi bisa
dibuat pintu dapur. Lebih mudah kalau mau jemur-jemur. Yang gak enak kalau
pintu kamar mandi pas berhadapan dengan pintu tengah dari ruang tamu.
Satu
hal yang paling penting adalah privasi pemilik rumah saat ada tamu. Penting
banget untuk membuat ruang tamu yang tidak terbuka dengan area dalam rumah (seperti
kebanyakan denah tipe apartemen atau open kitchen). Aku suka open kitchen, tapi
lebih penting menjaga aurat rumah. Jangan sampai ada tamu, tapi pemilik rumah
susah beraktifitas. Lain ceritanya kalau memang tamu hanya sebentar mampir.
Berhubung ada teras, tamu bisa duduk di situ. Terus kalau tamu nginep? Wah,
itu lain lagi ceritanya. Nanti aku lanjutin di postingan berikutnya.