Istilah tadi kurang lebih menggambarkan apa yang akan terjadi di tempat bimbel.
Ada murid baru. Cissy namanya. Dia teman sekelas Aura--putri pemilik bimbel. Awalnya sih masih malu-malu kucing kalau belajar. Lama-lama Cissy mengatur sendiri jadwalnya mau belajar apa. Karena sama-sama kelas 1, Aura kadang suka ikut belajar. Walau cuma dua, tapi kalau sudah bersaing nilai dan rebutan 'Kakak' aka saya, hem... bisa tidak kondusif suasana kelas. Saat saya mengajari Cissy membaca, Aura akan mulai menggoda Cissy yang lebih mengarah pada ejekan hanya karena belum lancar membaca. Fokus utama yang diminta ibu Cissy adalah membaca; agar Cissy lancar membaca. Buku apapun itu, asal ada bacaannya akan saya minta untuk dibuka. Tapi Cissy lebih suka buku bahasa Indonesia. Kalau sudah membaca, lanjut menghitung. Kalau ada PR, lanjut PR. Atau PR dulu, baru membaca dan berhitung.
Seminggu Cissy tiga kali datang, tapi kadang hanya seminggu sekali. Secara teknis hanya ada satu siswa kelas 1, tapi karena ada Aura, jadi dua. Tidak masalah asal tenang. Namun, kenyataannya lebih sering becanda dan kata-kata yang keluar dari mereka adalah kata-kata yang tidak baik untuk anak kecil. Belum lagi kalo sudah ngomongin teman di kelas. Udah kayak ibu-ibu gosip. Kebanyakan hanya baru pendapat pribadi dari apa yang didengar dan dilihat, tanpa fakta pasti. Tapi emang anak SD kelas 1 ngerti fakta? Disuruh berhenti bicara juga cuma semenit dua menit. Lanjut lagi gosip dan menjelek-jelekan teman. Miris aja dengarnya. Belum lagi kalo udah saling menghasut dan mempengaruhi tentang si A yang begini dan begitu. Itu baru obrolan. Tapi kalo udah ribut berdua bisa sampe marah-marahan. Hem... lebaynya. Satu memojokkan dan tidak mau kalah. Satu kadang diem aja sambil ngerjain soal dan minta saya untuk memnyuruh Aura keluar dari kelas. Beberapa kali saya meminta untuk tenang atau salah satu keluar kelas dan tidak boleh masuk lagi. Masalahnya mulut yang satu bukan main bergeraknya. Ada aja kata-kata kasar dan merasa diri paling benar yang keluar. Udah dinasehatin, masih aja ngomong. Belum paham mana salahnya. Cissy jadi kadang gak betah. Males lanjut belajar. Atau kalo lanjut, pindah kelas. Tapi masih aja dicecer sama Aura. Ada aja yang dia omongin. Untungnya Cissy enggak terlalu masukin ke hati. Padahal mah kalo mau nangis, ya nangis aja. Miris, sangat miris.