Journey of My Life

seputar catatan yang katanya jurnal

  • Home

This is my very first fan fiction about Lovely Runner, the short story. You can check it out here: Vivid Remembrance .

Thank you. Happy reading and enjoy 😉 

Aku termasuk salah satu pengguna awal Storial.co yang terbantu banget menerbitkan hampir lima novel yang mengendap di laptop bertahun-tahun dan berbagai cerita pendek lainnya, termasuk satu buku non-fiksi tentang dibalik proses membuat cerita-ceritaku. Pernah ikut ambil bagian kumpulan cerpen yang diterbitkan Storial menjadi buku bersama Bang M. Assad, pernah masuk lima besar cerita mingguan, pernah di 'wawancarai' via Twitter, masuk Ipusnas juga untuk beberapa buku, bahkan ditawarin untuk jadi premium(tapi enggak aku iyain karena satu alasan). Dan gong-nya tahun ini di bulan Mei ini saat aku mau lanjut nulis lagi, eh, platform menulis ini sudah hilang. Bener-bener gak kasih kabar minimal via e-mail(yups aku udah cek e-mail dan gak ada atau masuk spam, yah?). Jadi, ceritaku yang setengah lusin itu raib, deh. Emang disuruh mulai dari awal lagi kali, yah. Harus banget cari platform yang kuat base-nya.

Sebelum Storial aku sempet punya wattpad. Tapi yah ngerasa anak baru banget diantara banyak judul cerita yang udah dibaca jutaan kali aku jadi jiper. Mentalku cuma kayak puding puyo, deh. Huhuhu... Jadinya aku hapus akunnya sama cerita-cerita yang udah dipublish. Sebelumnya aku juga posting di blog yang khusus untuk novel-novelku. Tapi aku hide karena mau fokus di Storial. Puncaknya aku gak buka-buka lagi web dan akunku sejak 2018 kali, yah. Bener-bener butuh waktu selama itu buat balik mau nulis lagi. Apa mau dikata. Udah closing. Udah gak ada webnya. Udah ilang novel-novelnya. So, start over lagi!

But, thank you Storial untuk jasanya membuatku bisa punya badge gold di platform kamu. Bisa dibaca banyak orang juga. Bisa ikutan nerbitin antologi cerpen. Makasih banyak untuk pengalamannya di umurku yang waktu itu seperempat abad. Walau kayak ditinggal tanpa 'pesan', tetep terima kasih banyak.

Isi tugas yang satu ini sudah seperti membuat rencana masa depan. Kalau dipikir-pikir, iya juga, ya. Hampir banyak hal dari hidup kita dimulai dari rumah, dari keluarga. Kalau dari rumah aja udah beres, udah rapi, dan teratur, Insya Allah hidupnya juga, kan?
Sebelum mulai baca, bismillah dulu, yuk! Semoga bisa jadi bacaan yang penuh manfaat.

Bagian pertama dari tugas ini adalah impian. Apa impian yang ingin kita wujudkan dalam waktu dekat atau nanti beberapa tahun lagi? 
Impianku sama seperti kebanyakan muslim lain: masuk surga dan beberes ini jadi salah satu cabang menuju impian tadi. Apalagi keluarga dan rumah adalah awal dari jalan panjang menuju surga. Punya suasana rumah yang memberikan ketenangan pada penghuninya, tempat berisitirahat dan berkumpul jadi salah satu hal penting menuju baitii jannatii. Rumah yang sesuai fungsinya, bersih, rapi, ada halaman, sirkulasi udara dan cahaya bagus. Tidak terlalu besar, kecil, dan cukup menunjang hidup penghuninya. Dari rumah akan berefek pada kehidupan harian keluarga. Punya keluarga yang sesuai sunnah, bermanhaj salaf, cukup secara finansial, dan hidup sederhana.

Kedua, rumahku sekarang. Awalnya rumah orang tuaku sangat-sangat nyaman, tidak banyak barang, hampir free visual clutter, dan sampah selalu dipilah dua antara organik dan anorganik. Tapi lama-kelamaan, perabot rumah seperti sofa, kasur ukuran queen, lemari pakaian dan piring, juga boks susun, memenuhi rumah. Belum lagi adik-adikku yang kembali dari pondok pesantren membawa kardus dan boks berisi buku.
Aku yang semula tidak terlalu memperhatikan dan hanya fokus pada urusan bebersih rumah tangga, jadi memikirkan bagaimana caranya agar rumah bisa tetap lega. Belum lagi beberapa titik bocor di bagian rumah dan kusen jendela yang sudah lapuk. Selain itu kamar tambahan yang dibuat beberapa tahun lalu membuat rumah menjadi semakin gelap dan sempit. Akhirnya, ada ruang mati dan area laundry yang semula taman dan tempat sirkulasi udara, akhirnya jadi pengap karena ditutup kanopi dan dijadikan ruangan tambaha. 
Ibuku selalu mengatakan kalau rumahnya kecil, tapi itu lebih karena banyak perabot ukuran besar dan penataannya yang kurang tepat. Beberapa kali ibuku mengeluh rumah yang banyak clutter visual (aku baru sadar kalau ibuku sosok yang suka rumah free visual clutter) dan memintaku untuk mengaturnya. Walau kami sekeluarga rapi dan cinta kebersihan, tapi karena standar kami berbeda-beda, rumah bisa terlihat sudah cukup rapi dan tertata untuk satu mata, tapi tidak mata yang lain.

Ketiga, tujuanku berbenah: meringankan diri dari beban pekerjaan rumah yang banyak dan tidak ada habisnya. Kita hanya punya dua tangan, waktu 24 jam, dan juga bekerja di luar rumah lima hari. Setelah sempat stress dan beberapa kali menangis (apalagi kalo nikah dan jadi ibu), aku mulai putar otak. Pekerjaan rumah tangga tidak hanya sebatas cuci baju-piring, nyapu, ngepel, gosok dan masak. Apalagi kedua orang tuaku sangat perfeksionis dengan kebersihan (dengan standar yang berbeda-beda), debu jadi pekerjaan tambahan. Belum lagi mencuci hordeng, melap kaca, nyapu halaman, ngepel teras (yang semula carport). Aku berusaha meringkas pekerjaan, tapi tidak mengurangi hasilnya: kebersihan dan kerapian. Tujuan berikutnya: menjadikan rumah rapi dan tidak ada barang atau apapun jenisnya yang berakhir mubazir. Tidak dipakai, tidak dibaca, tidak disentuh. Dan tentu menjadikan rumah bukan penambah stres penghuninya. 

Keempat, motivasi. Kalau ditanya apa motivasiku, penggerak utamanya adalah waktu, tenaga, dan pikiran.
Setelah hampir sewindu berjibaku dengan segala barang dan isi rumah, aku menyadari betapa waktuku hanya untuk bersih-bersih. Dan banyaknya barang sebanding dengan banyaknya waktu, uang dan perhatian(tenaga) yang harus disisihkan. Padahal masih banyak amanah lain yang tidak hanya sebatas berhubungan dengan materi. Apalagi kalau apa yang sudah kulakukan tidak sesuai standar penghuni rumah lain (ini pernah kuutarakan pada ibuku agar beliau mengerti). Rasa tertekan karena selalu salah harus dibuang, disingkirkan. Walau saat ini masih sendiri dan bertanggung jawab penuh memegang urusan rumah tangga, tapi aku ingin agar melakukan itu semua tanpa harus mengorbankan dan menyingkirkan banyak hal. Karena suatu saat aku tahu, aku akan jadi istri, jadi ibu, dan ingin memberikan segalanya pada mereka. Rumah yang nyaman, saling membantu dalam kebaikan, dan memberikan manfaat untuk jangka panjang. 

Kelima, urutan berbenahku. Di bawah ini adalah rencana berbenah rumah kami yang sengaja kubuat sampai berbulan-bulan. Yang paling sebentar waktunya tentu karena paling mudah dan tidak banyak barang yang harus diatur atau dikeluarkan atau dibersihkan. Yang paling lama, selain karena tiga faktor tadi, juga karena alasana emosional dan area yang tidak mudah aku sentuh dan seenaknya saja kuatur ini-itu. Yang diluar area pribadiku atau area anak, pasti akan lama untuk dibenahi. Mengingat ini rumah orang tua dan bukan hanya aku seorang yang tinggal. Aku sangat menghormati barang milik orang lain dan tidak bisa semudah itu mengatakan kalau barang A tidak dipakai. Selama ini, aku hanya akan membersihkan dan menjaganya tetap rapi selama penghuni rumah tidak risih dan baik-baik saja dengan keadaan di dalamnya.

Keenam, jadwal berbenahku. Seperti inilah jadwal harianku sejak setahun ini (karena sudah mulai masuk kantor lagi).
Sama seperti pekerja lain, Sabtu dan Ahad adalah waktu beristirahat yang berarti bisa beberes rumah full. Di hari lain, seperti Senin dan Rabu, aku bekerja penuh dari jam 9 siang ke 9 malam. Kamis hanya sampai jam 5. Sisa hari kerja lain, diisi ngelesin ada yang dari ashar sampai maghrib, ada yang hanya sampai jam 5. Nah, di hari kerja ini biasanya aku mencicil pekerjaan ringan dan sebentar agar diakhir pekan tidak kelelahan fisik dan pikiran.
Disela-sela mencuci pakaian, biasa sambil Nyambi memilah sampah, mencuci kantong plastik, kadang mengepel, dan membersihkan area laundry. Untuk berbenah skala besar aku lakukan saat sedang haidh. Jadi, tidak terpotong waktu sholat.

Ketujuh, aku siapa bahan dan alat apa saja untuk berbenah. Berikut tabelnya:

Untuk setiap alat dan bahan, pakai saja apa yang ada di rumah. Aku berusaha tidak membeli alat baru atau barang baru dalam proses berbenah selama ini. Karena bagiku apa yang ada sudah sangat cukup. Untuk barang yang perlu disimpan saat berbenah nanti, aku biasanya putar otak bagaimana caranya muat di lemari perabot atau boks susun yang ada.

Kedelapan, kriteria seleksi barang-barang di rumah meliputi: 
barang/perabot tidak terpakai
barang/perabot rusak
barang kenangan/souvenir/hiasan
pakaian rusak/belel dan tidak terpakai
buku lama
pretelan kerajinan tangan/barang handcraft
barang elektronik rusak
sepatu dan sandal rusak
sampah B3
sampah rumah tangga

Alhamdulillah untuk semua barang yang memenuhi kriteria di atas akan keluar rumah ke tempat yang bertanggung jawab mengolahnya atau diberikan kepada yang mau/butuh.

Terakhir, bila tidak terpilih, maka barang-barang ini akan dipisahkan dan disimpan sementara waktu (maksimal sebulan) sambil tetap mencari jalan untuk dikeluarkan dari rumah, tapi tidak menjadi sampah dan beban lingkungan.

Itulah rencana panjang berbenahku bersama program Gemari Pratama ke 6 ini. Semoga kalian juga jadi punya rencana untuk beberes demi rumah yang rapi, aman, dan sehat. Tentu juga membawa kebaikan bagi penghuninya. Jazakallah sudah membaca.

 

Alhamdulillah pekan ini masih bisa melanjutkan tugas Gemari Pratama. Di pekan terakhir bulan November tahun ini, tugas Gemari Pratama berikutnya berhubungan dengan safety home. Keamanan rumah di sini berhubungan dengan isi rumah yang bebas kecelakaan dan aman. Yuk, kita kulik satu per satu per ruangan yang ada di rumah orang tuaku yang isinya orang dewasa (hanya sesekali ada cucu dan anak kecil bermain).

1.       Ruang Tamu

Kondisi ruang tamu di rumah kami pernah sekali waktu langit-langitnya turun di bagian yang mendekati pintu kea rah area cuci dan jemur. Dan sudah diperbaiki. Untuk saat ini kondisi langit-langit yang terhubung dari ruang tamu sampai dapur boleh dibilang sedikit mengkhawatirkan. Walaupun bukan rumah lama, tapi sudah berumur lebih dari satu dekade dan mengingat bagaimana kualitas rumah saat ini yang tidak untuk bertahan puluhan atau sampai seabad, beberapa bagian langit-langit bisa saja ambrol jika tidak dicek berkala.  Tapi setidaknya untuk saat ini masih aman dan bisa bertahan. Untuk rencana perbaikan, orang tuaku sudah sudah merencanakannya. Tinggal menunggu kapan bisa dieksekusi yang kisarannya bisa sampai di atas setengah juga mengingat langit-langit yang dipasang saling terhubung dengan ruangan lain.

2.       Kamar Tidur 1 & 2

Ada dua kamar tidur di rumah kami. Satu kamar orang tua dalam kondisi baik dan kamar anak dalam kondisi setengah baik. Ada dua titik bocor dan rembesan di kamar anak. Untuk langit-langit masih aman kondisinya. Tidak ada barang yang bisa menyebabkan kecelakaan di kemudian hari. Pintu yang kusennya sudah keropos pun sudah diterpaiki karena kondisi darurat saat itu. Tinggal kusen jendela yang rusak dan kacanya bisa sewaktu-waktu jatuh atau terlepas dari kusennya. Saat ini baru dipasang penyangga sementara.

3.       Dapur

Kita pindah ke dapur yang keamanannya sangat harus diperhatikan. Karena dapur tempat api dan gas berkumpul, penghuni rumah harus berhati-hati jika sudah mencium bau gas dan saat memasang gas. Selain itu, langit-langit yang bocor juga menjadi perhatian; tikus-tikus yang di malam hari aktiff; dan cicak yang buang kotoran sembarangan. Untuk saat ini jika sudah malam, semua makan sisa akan masuk ke kulkas atau dihangatkan di magic jar. Wadah air atau panci harus ditutup. Perabot dapur yang jarang dipakai disimpan di lemari lain di ruang tamu dan disimpan di atas lemari dapur.

4.       Kamar Mandi 1 & 2

Ada dua kamar mandi di rumah, satu di dalam kamar orang tua dan satu di samping kamar anak. Langit-langit masih menjadi isu di rumah kami. Bukan karena akan turun posisinya, tapi karena bagian kapur pelapisnya sudah mulai rontok. Kedua kamar mandi sama-sama bocor di satu titik, bedanya di kamar mandi orang tua ada rembesan. Untuk urusan kebersihan kamar mandi, karena punya orang tua yang perfeksionis untuk urusan kebersihan dan hieginitas, kamar mandi harus rutin dibersihkan. Dan untuk isinya, kamar mandi anak yang WC jongkok tidak banyak barang. Beda dengan kamar mandi satunya yang WC duduk, cermin di dalamnya sudah longgar bagian pegangannya. Jika tidak ada penyangga seperti meja keramik kecil di bawahnya, cermin bisa saja jatuh.

5.       Area Cuci dan Jemur

Di area ini, berkumpul mesin cuci, mesin air, rak sepatu, tabung gas biru, dan kardus-kardus berisi pilahan sampah rumah tangga. Sebagai tempat yang bocornya paling parah (harus diserok airnya di lantai dan hampir di setiap sudut area), perlu berhati-hati saat melewati lantai area ini saat berjalan ke dapur. Beberapakali saya hampir terpeleset dan anak tetangga yang sedang main jatuh terduduk. Belum lagi kanopi di atasnya yang bisa saja ambruk karena kayu tempatnya bertumpu (kayu langit-langit dan penyangga genting) sudah keropos. Aslinya area ini adalah halaman belakang, lalu berubah jadi area cuci.

 

Secara umum, tidak ada banyak barang yang membahayakan atau kemungkinan jatuh dari tempat yang tinggi. Barang-barang yang jarang dipakai dan agak berbahaya, seperti pisau dan golok, sudah disimpan di tempat yang aman. Anak-anak tidak mudah membuka lemari di rumah dan jarang bermain sampai ke dapur atau kamar orang tua. Yang menjadi perhatian adalah langit-langit rumah yang bocor dan kusen pintu dan jendela yang mulai keropos, juga lantai rumah yang misalnya ketumpahan air atau basah.


Tugas kedua ini adalah rangkuman secara garis besar apa itu Gemar Rapi, metodenya, karakteristiknya dan pilar-pilar yang membuatnya berbeda dengan metode bersih-bersih lain.

Metode gemar rapi bisa dibilang cara bebenah yang Indonesia banget, yang berdasarkan karakteristik orang kita. Tidak terlalu kaku dan bisa dimulai dari hal yang ingin kita lakukan. Gemar Rapi tidak hanya sebatas bebersih rumah atau menata barang, tapi juga mencakup bagaimana menerapkan kebiasaan baik, kenyamanan bersama, kesehatan diri dan lingkungan, juga keamanan penghuni rumah.

Ada 5 metode Gemar Rapi yang diterapkan agar tercipta rumah yang rapi dan teratur.

1.    Pembentukan mindset, pendekatan spiritual, dan perubahan habit.

2.    Personalized, potensi individu, dan ramah anak.

3.    Faktor kesehatan dan menghargai perasaan.

4.    Safety first, aman kondisi, dan aman perbuatan.

5.    Sustainable, rumah ramah alam, less waste, dan tidak konsumtif.

 

Setelah metode, Gemar Rapi punya prinsip RASA

R Rapi dan teratur

A Aman dan nyaman

S Sehat dan bersih

A Alami dan berkelanjutan


 

 

Terakhir, ada 8 pilar Gemar Rapi:

1.    Dilakukan oleh pemilik barang

2.    Penguatan mindset sebagai pondasi awal

3.    Perubahan kebiasaan sebagai tujuan

4.    Pengurangan barang dengan prinsip Lagom (decluttering)

5.     Menyesuaikan kondisi individu

6.     RASA sebagai prinsip

7.    Memenuhi standar safety dan hygiene

8.    Tidak mencemari lingkungan

 

Kesemua hal ini—metode, prinsip dan pilar Gemar Rapi—perlu diterapkan selangkah demi selangkah agar terwujud keadaan rumah yang sesuai idaman. Karena diri setiap manusia unik, metode ini sangat cocok untuk yang sudah terbiasa dengan cara bebenah yang diajarkan nenek sejak kecil dan bisa dimulai dari yang menurut kita paling penting atau paling mudah. Kita bisa mengatur kapan waktu untuk bebenah dan decluterring sesuai dengan keadaan dan kondisi.

Dibanding beberapa metode bebenah lain, Gemar Rapi sangat memperhatikan faktor keamanan dan bagaimana efeknya pada lingkungan. Sepertinya tidak adil jika rumah kita bersih dan nyaman, tapi malah membebani dan mencemari lingkungan. Jadi, sambil bebenah ala Gemar Rapi, kita juga akan menjadi lebih sedikit menghasilkan sampah, belajar memilahnya, dan tidak perlu harus membeli tempat penyimpanan demi rumah yang free visual clutter.


3. Mindset Gemar Rapi yang ingin ditumbuhkan selama kelas Gemari Pratama: tentu siapa pun yang ingin terus tumbuh dan berkembang akan lebih memilih growth mindset. Itulah yang akan tetap aku pilih. Dulu, sekarang, dan seterusnya.

4. Prioritas utama hidupku saat ini : 
- menambah terus keimanan pada qodo dan qodar-Nya
- berusaha membayar hutang keluarga satu demi satu
- berhenti menyalahkan diri sendiri dan tidak mudah tertekan
- memperibaiki diri dan yakin akan menikah

Dari tugas ini dan tentu setelah membaca materi sebelumnya, lagi-lagi diingatkan kalau kita semua punya masanya masing-masing. Kita semua berada di jalan yang kita buat dan akan dilalui sendiri. Musim apa yang sedang kita alami tidak akan sama dengan yang lain. Cermin yang kita miliki akan berbeda dengan yang lain. 
Kadang hanya karena tidak terlihat melakukan apapun bukan berarti sama sekali tidak mengerjakan. Kadang hanya karena diam saja bukan berarti pasif. Kadang karena segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana, tidak berarti salah dan gagal total. Hanya melihat satu sisi bisa jadi kerugian besar. Padahal setiap manusia tidak seperti garis lurus dan bangun datar. Banyak sisi-sisi yang harus dilihat sebelum menghakimi perilaku dan sikap seseorang. Bahkan sekedar buruk sangka pun bukan hal yang baik. Tapi prasangka demi prasangka lebih mudah memutarbalikkan kenyataan yang tidak pernah terlihat langsung oleh mata. Mata dan diri ini kadang lebih ingin menjadi CCTV demi sebuah kepuasaan dan bukti akan kepastian prasangka yang dibuat-buat.
Stop, berhenti berpikir seperti itu. Ada lebih banyak nikmat Allah yang perlu kita syukuri. Ada begitu banyak hal yang bisa kita lakukan. Tidak peduli kecil, sepele, ataupun besar karena kita tidak tahu mana yang akan menjadi tabungan kebaikan tak terduga.
Terima kasih sudah meluangkan waktunya untuk membaca catatan tugas ini. Ke depannya, akan ada banyak tugas lagi sambil tetap pelan-pelan menyelesaikan beberapa PR yang menumpuk. Barakallah fiikum. Semoga Allah memberikan kita banyak kesempatan untuk selalu berbuat baik.
Tulisan kali ini merupakan bagian terakhir dari rangkaian tulisan kemarin yang berisi seputar sampah dan turunannya.
Kalau dilihat (dibaca) seakan semuanya nampak sempurna; sampah dipilah dan diserahkan ke tempat yang bertanggung jawab. Berusaha mengurangi pemakaian plastik sekali pakai; selalu menghabiskan setiap isi produk kamar mandi, makanan, dan produk pembersih lainnya; mengatur isi lemari; dan memperbaiki barang rusak. Tapi kenyataannya PR-ku masih banyak, masih jauh dari minim sampah, masih jauh dari kata efektif dan efisien. PR-ku masih bertumpuk. Belum bisa mengatur waktu, masih sibuk sama urusan receh.
PR-PR yang belum selesai ini sepertinya akan memperpanjang masa training-ku mengatur dan membersihkan rumah dari kotoran dan sampah. Dan sebagai efek sampingnya, beberapa kesenangan dan kesempatan harus ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan. Semua PR yang sengaja atau tidak muncul ini harus selesai satu per satu sebelum muncul PR-PR lain yang tak terduga. Kecuali beberapa hal baku. Kita tetap akan mencuci piring selama masih makan, kan? Kalau mengatur rumah sama halnya dengan sertifikat memasak bergelar chef, apa orang-orang akan senang jika menyebut kegiatan mereka 'bersih-bersih rumah'?
Karena kita hidup di era pekerjaan adalah bagian dari status sosial, tidak heran aku sempat minder dengan banyak hal. Salah satunya: beberes rumah. Tidak ada yang menarik dan bisa dibanggakan dari menceritakan bagaimana gosok baju dan mencuci piring. Kegiatan yang (sepertinya) membosankan ini tidak menarik untuk dibagi sesama teman yang bekerja. Bahkan ke teman yang sudah menikah. Kesibukanku bukan sibuk karena terikat pekerjaan 'resmi' di suatu tempat, tapi bukan juga terikat perjanjian dengan pihak kedua. Tidak ada yang menarik dari anak rumah tangga. Tapi setelah melewati masa akhir umur 20-an, ternyata tidak seburuk itu. Lagipula, setiap orang punya cara dan pengalaman sendiri untuk urusan rumah. Inget ucapan mantan bos kalo nyapu itu keterampilan dasar. 
Balik lagi, PR-ku masih banyak. Masih banyak melakukan hal yg sia-sia. Sebelum muncul tanggung jawab berikutnya, tanggung jawab tadi harus lulus(minimal A). Seperti kata pepatah, practice makes perfect. Dan yang paling penting belajar untuk tidak merugikan diri sendiri, orang lain (masih payah untuk urusan dua ini), biotik, dan abiotik.
I do love earth, nature, water, air, tree. It's really sad if the trees are cut down. They deserve to live. If a little ant is passing by, just let it cross it path. It works collecting their barn for the rainy season maybe:)
Sebagai penutup, terima kasih sudah menyisihkan waktunya yang berharga untuk membaca buih-buih pengalaman memilah sampah dan turunannya yang masih berantakan.
Sampai bertemu di tulisan berikutnya.

(hamba Allah yang buruk hafalannya, bukanlah orang yang mutqin, bukan pula orang yang bertaqwa, semoga Allah mengampuninya)
Langganan: Postingan ( Atom )

Featured Post

DATA IN-OUT DUIT

28/9/2015 Kadang di akhir bulan kita bertanya kemana saja uang gaji yang kita terima. Kemana saja perginya uang-uang tadi? Kita hanya tahu...

Iklan Gratis
Memuat

Total Tayangan Halaman

Google
Custom Search

Categories

  • berhenti sejenak (38)
  • film (4)
  • language (9)
  • motivation (4)
  • my culture (2)
  • my friend (2)
  • my mind (49)
  • my observ (40)
  • my resep (1)
  • the world (61)
  • tips (9)
  • tips: berpakaian (3)
  • tips: kesehatan (3)
  • tips: perawatan (1)

My Blog List

Diberdayakan oleh Blogger.

about me

Foto saya
limun
Hello, I'm Limun. I try really hard to fix my own life. You too? Manage my time and my life.
Lihat profil lengkapku

my friend

Archive

  • ▼ 2025 (2)
    • ▼ Juni (1)
      • Lovely Runner: Vivid Remembrance
    • ► Mei (1)
  • ► 2021 (8)
    • ► Desember (1)
    • ► November (3)
    • ► Maret (4)
  • ► 2020 (6)
    • ► Juli (2)
    • ► Juni (4)
  • ► 2019 (17)
    • ► Juni (6)
    • ► Maret (4)
    • ► Februari (7)
  • ► 2018 (15)
    • ► Oktober (8)
    • ► September (3)
    • ► Mei (1)
    • ► April (3)
  • ► 2017 (29)
    • ► Oktober (2)
    • ► September (4)
    • ► Agustus (3)
    • ► Mei (7)
    • ► April (6)
    • ► Maret (1)
    • ► Februari (6)
  • ► 2016 (63)
    • ► Desember (24)
    • ► November (23)
    • ► Oktober (8)
    • ► Juni (4)
    • ► Maret (4)
  • ► 2015 (95)
    • ► Desember (3)
    • ► November (8)
    • ► Oktober (11)
    • ► September (11)
    • ► Juni (3)
    • ► Mei (2)
    • ► April (40)
    • ► Maret (17)
  • ► 2014 (11)
    • ► November (1)
    • ► Oktober (3)
    • ► September (6)
    • ► Februari (1)
  • ► 2012 (16)
    • ► Desember (1)
    • ► Januari (15)
  • ► 2011 (26)
    • ► Desember (3)
    • ► November (3)
    • ► Oktober (2)
    • ► September (3)
    • ► Agustus (1)
    • ► Juli (4)
    • ► Juni (3)
    • ► Mei (7)
  • ► 2010 (10)
    • ► Juni (1)
    • ► April (1)
    • ► Maret (1)
    • ► Januari (7)
  • ► 2008 (1)
    • ► Oktober (1)
AllBlogTools.com Blogger Templates

Latest Posts

  • Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara
    Awalnya saya mencari-cari dimana Skotlandia? Dimana letak negara ini? Kalian tahu dimana? Beberapa tahun kemudian saya tahu dimana letak...
  • WhatsApp Initializing
    Pernah mengalami WhatsApp susah di-instal ulang? Notifnya “initializing” atau apalah ejaan Inggrisnya. Saya pernah mengalami kejadian i...
  • Pekerjaan Suami Saya Cuma Petani
    Kalo lagi kumpul-kumpul bareng teman lama, terutama karena udah pada berkeluarga, pasti ngomongin pekerjaan suami. Beberapa teman bisa ...

Visitors

free counters
Free counters
Copyright 2014 Journey of My Life.
Distributed By My Blogger Themes | Designed By OddThemes